30 Game Paling Mengecewakan di Generasi Gaming Saat Ini!
15. Homefront
Pertempuran melawan Korea Utara yang akhirnya mendapatkan suksesi kepemimpinan dinasti? Homefront mungkin memprediksi “masa depan” dengan sangat akurat, namun sayang tidak cukup kuat untuk tampil memesona. Lupakan dahulu soal kualitas visualisasi yang berantakan dengan segudang efek visual generasi sebelumnya, karena game ini masih memiliki banyak masalah yang lain. Gameplay repetitif, AI yang scripted, voice acts yang datar, dan beragam bug – glitches menjadi menu andalan yang akan membuat pengalaman bermain Anda , jauh dari kata “baik”. Homefront menawarkan sebuah tema yang unik, tapi gagal di ekskusi utama.
14. Never Dead
Pernah membayangkan jika Anda berperan sebagai karakter utama yang abadi dan tidak perlu berhadapan dengan kematian? Lost Odyssey – salah satu JRPG dari Xbox 360 mengeksekusi hal tersebut dengan sangat sempurna. Dengan konsep yang hampir serupa pula lah, Konami memperkenalkan sebuah game third person shooter yang baru – Never Dead. Karakter utama Anda tidak bisa tewas. Setiap damage akan membuat tubuhnya termutilasi, dan membuat Anda harus menumbuhkan atau menghubungkan anggota tubuh yang lain untuk dapat terus hidup. Sayangnya, hal ini justru menjadi blunder. Kontrol yang tidak nyaman, tubuh yang secara konsisten terpotong karena damage kecil, hingga desain karakter yang aneh membuat Never Dead tampil sebagai sebuah produk gagal. Bagian terbaik dari game ini? Tentu saja OST – Never Dead yang dinyanyikan oleh band metal legendaris – Megadeth. Selain itu? Tidak ada.
13. Alone in the Dark V
Hadir di awal-awal perilisan Playstation 3 dan Xbox 360 di masa lalu, seri terbaru Alone in the Dark ini memang sempat mendapatkan pujian atas kualitas visualisasi yang begitu luar biasa di kala itu. Tidak hanya itu saja, ia juga dikembangkan dengan sejumlah konsep gameplay yang inovatif untuk mengejar level realisme tersendiri. Konsep yang justru membuatnya sulit untuk dinikmati. Tingkat kesulitan yang terlampau sulit, kebingungan akan apa yang seharusnya Anda lakukan untuk memicu progress cerita, hingga kesan horror yang tidak lagi kentara membuat proyek ini dicerca, terutama bagi mereka yang sempat mencicipi franchise ini di masa lalu.
12. Dungeon Siege III
Melenceng dari pesona yang selama ini membuatnya dikenal, campur tangan Square Enix di Dungeon Siege III mungkin membuat seri ini terlihat menarik untuk para gamer yang belum pernah mengenal nama ini sebelumnya. Namun fakta bahwa ia ditawarkan dalam format gameplay yang terasa tertutup, sederhana, dengan tingkat kesulitan yang tidak menantang sama sekali benar-benar mencederai apa yang seharusnya mampu dihasilkan dari sebuah game Dungeon Siege. Seolah semua prestasi dan identitas yang terbangun di seri-seri sebelumnya tidak menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi Square Enix ketika merilis game yang satu ini. Mengudang banyak tanda tanya apa yang sebenarnya tengah mereka pikirkan.
11. Medal of Honor
Dengan gelombang peran modern yang dikobarkan Call of Duty: Modern Warfare beberapa tahun sebelumnya, EA akhirnya memutuskan untuk melahirkan kembali sang franchise kompetitor – Medal of Honor dengan gaya yang sama. Hasilnya? Tidak sebaik yang dibayangkan. Terlepas dari beberapa karakter ikonik yang mereka tawarkan, Medal of Honor gagal menawarkan sensasi sinematik yang membuatnya memorable seperti Call of Duty. Tidak hanya itu saja, serangkaian glitch dan mekanik yang ditawarkan juga terasa begitu datar, bahkan di seri kelanjutannya sekalipun. Seandainya saja mereka tetap mempertahakan identitas franchise ini untuk perang dunia kedua, hasil yang dicapai mungkin tidak akan “sekeras” ini.