Pemain League of Legends Rilis Makalah Sebagai Tanda Berhenti
e-Sports memang tengah menjadi buah bibir saat ini. Dengan tingkat popularitas yang kian tinggi, coverage yang kian luas, dan jumlah hadiah yang kian menggoda, susah tampaknya untuk tidak membicarakan scene kompetitif yang ada. Di antara semua arena kompetitif yang ada, MOBA masih menempati peringkat pertama, dengan DOTA 2 dan League of Legends menjadi ujung tombak. Banyak pemain professional yang diperlakukan bak artis, terutama di negara-negara seperti China dan Korea Selatan. Tidak mengherankan pula, jika tindak tanduk mereka terus menjadi sorotan. Tidak hanya aksi mereka di depan komputer, tetapi ternyata juga tingkah laku mereka di luar arena.
Seperti yang dilakukan oleh pemain pro League of Legends yang cukup terkenal – Austin “Link” Shin. Setelah berkiprah dengan prestasi yang cukup baik, Shin akhirnya memutuskan unutk “gantung keyboard” dan lebih berfokus pada pendidikan. Namun tidak sekedar berhenti baik-baik, Shin memutuskan untuk keluar dari pro-scene dengan cara yang absurd. Tidak main-main, ia merilis sebuah makalah 18 halaman dengan analisa di dalamnya. Inti makalahnya? Menjelaskan alasan ia keluar, sekaligus melemparkan kritik keras, alasan, dan kelemahan yang ia lihat di anggota tim-nya yang lain.
Lantas mengapa Shin keluar? Selain tidak lagi mampu berfokus pada League of Legends karena kesibukannya dan ambisi yang menurutnya, tak kunjung terpenuhi, Shin juga menyerang game MOBA yang membesarkan namanya tersebut. Ia menyebut bahwa League of Legends, khususnya di server Amerika sudah turun derajat, menjadi sebuah game MOBA yang bahkan tidak ia kenali lagi. Ia merasa bahwa semua orang yang ia temui di server ini, bahkan tidak bisa bermain dengan baik. Semua hal tersebut ia sajikan di makalah 18 halaman yang ia rilis.
Going out from pro-scene? Release 18 pages thesis. Asian.