10 Karakter Video Game Paling Narsis!

Reading time:
February 22, 2016
feat-image

Berapa sering Anda mendengar kata “Narsis” saat ini? Ia seolah jadi istilah yang terus diulang beragam di media sosial untuk menggambarkan karakteristik teman yang  sering mengunggah fotonya sendiri di beragam kesempatan, atau aktivitas yang tengah ia kerjakan di saat itu. Ia juga jadi kata yang dilemparkan untuk menyebut kolega yang mungkin secara konsisten, lebih banyak membicarakan dan membanggakan soal dirinya sendiri dan lupa untuk jadi telinga bagi cerita orang lain. Dengan kata lain, di tengah masyarakat modern saat ini, tak sulit untuk menemukan seseorang yang punya simtom narsisme yang cukup kuat di kepribadian mereka. Sesuatu yang ternyata, juga sering kita temukan di video game dengan jajaran karakter uniknya. Tapi apa sebenarnya indikator utama untuk menentukan apakah seseorang hanya  sekedar “sombong” atau memang memperlihatkan kecenderungan narsisme di dalamnya?

Narsisme sendiri didefinisikan sebagai rasa cinta berlebih pada sesuatu yang ada pada diri kita. Ada beberapa indikator yang cukup kuat untuk mendefinisikan kepribadian yang satu ini, termasuk pembicaraan yang selalu berfokus pada diri sendiri, tak punya empati, sensitif pada hinaan, rasa malu terasa lebih mengancam daripada rasa bersalah, dan juga senantiasa membicarakan apa saja yang mereka capai dan bahkan membuatnya terasa berlebihan. Di video game dengan begitu banyak karakter unik yang jadi “bumbu” cerita yang ada, karakter seperti ini sudah pasti muncul dan biasanya hadir sebagai tokoh antagonis yang akan senantiasa membuat Anda terpesona, atau berakhir super kesal karena kepribadian mereka yang begitu egois.

Lantas, dari semua karakter yang muncul di industri game, karakter mana saja yang menurut kami pantas untuk dikategorikan sebagai yang paling narsis? Ini dia list versi JagatPlay:

  1. Davey Wreden [The Beginner’s Guide]

the beginners guide (90)

The Beginner’s Guide? Keputusan untuk memasukkan game yang satu ini ke dalam list kali ini memang sesuatu yang cukup meragukan, bahkan dari kami sendiri. Game berbeda yang membawa Anda dalam perjalanan emosional dengan memainkan game-game tidak selesai yang satu ini memang membawa Anda pada latar belakang dan konflik yang meliputi sosok Davey Wreden yang justru muncul sebagai pengkritik yang terus menerus menemukan kelemahan game racikan temannya. Cukup untuk membuat temannya berakhir muak, menyerah, dan justru berhenti mengejar mimpi pengembangan video game hanya untuk menghindari kritik Wreden. Pembicaraan yang mengarah dari satu game ke game lainnya, diikuti dengan pencerahan apa yang sebenarnya tengah terjadi, membuat sosok Wreden sulit untuk diabaikan dari elemen narsisme yang menempel terlalu erat. Ia adalah orang yang terlalu berfokus pada apa yang menurutnya harus memuaskan apa yang ia inginkan, dan berakhir tak peduli bahwa orang lain mungkin mengejar sesuatu yang berbeda. Aksinya yang terus melemparkan kritikan tanpa berusaha memahami apa yang dialami oleh orang lain jadi indikator yang kuat.

  1. Johnny Cage [Mortal Kombat]

johnny cage fatality

Sulit rasanya untuk tidak mengembangkan kepribadian yang begitu egois dan narsistik jika Anda adalah seorang aktor film laga yang sempat memiliki basis penggemar yang begitu besar di masa lalu. Bagi Cage, pertarungan untuk memastikan keselamatan Earthrealm bukanlah sesuatu yang penting dibandingkan dengan usahanya untuk kembali mencapai puncak popularitas. Walaupun akhirnya memainkan peran yang lebih penting pada pertarungan klasik, Cage tetap memperlihatkan kepribadian yang egois, yang mungkin sering dilihat sebagai bagian dari kepribadiannya yang penuh humor. Di masa mudanya, segala sesuatunya adalah mengenai dirinya, apa yang menurut dia nyaman atau tidak, apa yang menurut dia menguntungkan, apa yang memastikan dirinya bisa bertahan hidup hingga akhir turnamen. Kepribadian yang tak hanya dipotret dengan begitu baik oleh video gamenya saja, tetapi juga lewat film adaptasinya di masa lalu. Seberapa narsisnya ia? Cukup untuk membuatnya berusaha memperlihatkan wajah dan senyumnya lewat tulang rusuk  yang ia robek.

  1. Genesis Rhapsodos [Crisis Core: Final Fantasy VII]

genesis

Satu dari hasil Jenova Project yang tak sempurna, Genesis memang selalu melihat tokoh antagonis Final Fantasy VII – Sephiroth sebagai tokoh panutan sekaligus sebagai saingan terbesar. Kemampuannya yang luar biasa sebagai seorang Soldier membuatnya tampil sebagai sosok yang seorang yang kekanakan dan juga sombong, di saat yang sama. Ia mencintai sosok fisiknya yang menurutnya tampan dan elegan, ia mencintai gaya bertarungnya sendiri, dan ia menyukai betapa populer dirinya di antara orang-orang, dan tak suka berhadapan dengan orang-orang yang menurutnya tak sebanding, kecuali bersama dengan Sephiroth dan Angeal. Genesis memenuhi hampir semua indikator seorang yang narsis, terlepas dari konflik dalam diri yang harus ia hadapi.

  1. Vyers [Disgaea]

vyers

Kenyataan memang selalu lebih pahit daripada mimpi. Bahwa terkadang, apa yang Anda lihat dan banggakan dari diri Anda sendiri, ternyata berakhir jadi sesuatu yang tak istimewa di mata orang lain. Hal inilah yang mungkin pantas diceritakan dari sosok Vyers. Usahanya untuk menjadi raja di Underworld harus terhalangi dengan kebangkitan Laharl yang ia lihat sebagai seorang rival utama yang harus ia tundukkan. Berita buruknya? Tak demikian dengan Laharl. Ia selalu melihat Vyers sebagai saingan biasa yang tak perlu diperhatikan sama sekali, bahkan menyebutnya sebagai seorang “Mid-Boss”. Vyers selalu kalah, namun harga dirinya membuatnya tak bisa menerima konsep tersebut. Ia akan senantiasa menyediakan beragam alasan untuk membuatnya terlihat seolah terjadi karena pengaruh komponen lain selain kemampuannya sendiri. Ia begitu mencintai dirinya sendiri hingga ia siap menangisi keindahan dan kekuatannya sendiri, apalagi dengan akses Perancis-nya yang menyebalkan.

Pages: 1 2 3
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

April 25, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Kim Hyung-Tae dan Lee Dong-Gi (Stellar Blade)!

Kami berkesempatan ngobrol dengan dua pentolan Stellar Blade - Kim…
April 24, 2024 - 0

Review Stellar Blade: Tak Hanya Soal Bokong dan Dada!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Stellar Blade ini? Mengapa kami…
April 22, 2024 - 0

Review Eiyuden Chronicle – Hundred Heroes: Rasa Rindu yang Terobati!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes ini?…
April 11, 2024 - 0

Review Dragon’s Dogma 2: RPG Tiada Dua!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2? Mengapa kami…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…