Review Nintendo Switch: Inovasi Butuh Bukti!

Reading time:
March 23, 2017

Joy-Con yang Fantastis

Joy-Con,
Joy-Con, “bintang” Switch itu sendiri.

Nintendo Switch mungkin dilihat sebagai sebuah pencapaian teknologi yang jempolan karena konsep hybrid yang ia usung, sesuatu yang berakhir fantastis di mata kami. Fakta bahwa Anda bisa beralih ke dua mode ini dengan sangat mudah memang daya tarik tersendiri. Namun, tentu saja orang seringkali lupa bahwa ada daya tarik ekstra di teknologi pendukung yang disuntikkan Switch untuk kontroler yang ada – Joy-Con.

Alih-alih hadir dengan kontroler konvensional, Nintendo memutuskan untuk menyertakan sebuah varian kontroler yang menyematkan banyak teknologi di dalamnya bernama Joy-Con. Dipisahkan dalam dua perangkat terpisah untuk kiri dan kanan, kontroler ini akan terkoneksi secara instan dengan Switch Anda secara wireless jika dilepas. Dengan bentuk kecil yang bisa digenggam mudah, ia menciptakan pengalaman menggunakan kontroler yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Alih-alih tangan kanan dan kiri Anda harus mendekat satu sama lain seperti ketika menggenggam kontroler konvensional, Anda kini bisa menggunakannya sebebas mungkin, terpisah jauh satu sama lain senyaman yang dibutuhkan oleh tangan Anda. Anda ingin memainkannya sambil tiduran dengan posisi tangan terlentang? Kenapa tidak..

Namun yang membuat kontroler ini fantastis adalah fakta bahwa ia juga berperan sebagai perangkat sensor gerak dengan ekstra teknologi di dalamnya. Menjajalnya di game seperti 1-2-Switch akan membuktikan seberapa presisinya Nintendo mendesain Joy-Con ini, dengan kemampuannya membaca gerakan dengan sangat presisi. Seberapa presisi? Bahkan cukup untuk membuat gerak kecil ketika Anda bersiap di game koboi yang ia tawarkan, bisa dibaca oleh game sebagai usaha untuk “mencuri” start. Teknologi yang cukup sensitif. Namun yang fantastis di dalam Joy-Con ini adalah dua fitur teknologi lain – HD Rumble dan IR Sensor.

Kehadiran teknologi seperti IR Sensor dan HD Rumble membuka potensi baru.
Kehadiran teknologi seperti IR Sensor dan HD Rumble membuka potensi baru.
Tapi fungsi tersebut hanya terasa di 1-2-Switch. Di game seperti Breath of the Wild, keduanya berakhir jadi gimmick tak terpakai.
Tapi fungsi tersebut hanya terasa di 1-2-Switch. Di game seperti Breath of the Wild, keduanya berakhir jadi gimmick tak terpakai.

IR Sensor yang disematkan di salah satu Joy-Con adalah sebuah sensor yang bisa mengukur jarak dan mendefinisikan bentuk objek dalam jarak tertentu. Untuk saat ini, implementasinya sendiri memang masih belum optimal. Satu-satunya game yang menggunakan teknologi ini sementara hanya lomba makan, salah satu mini game di 1-2-Switch. Dengan menggunakan IR Sensor yang bisa membaca gerak buka dan tutup mulut Anda, game yang mesimulasikan seolah Anda tengah makan ini bisa dieksekusi dengan cukup lancar. Sementara HD Rumble bisa disederhanakan sebagai teknologi getar yang kini tampil lebih realistis. Ia memang tak begitu terasa seperti di Breath of the Wild, namun Nintendo juga memperlihatkan kemampuannya di salah satu game 1-2-Switch, yang bahkan cukup berani untuk mensimulasikan gerak bola dalam kotak yang meminta Anda untuk menerka berapa tepatnya jumlah yang diusungnya.

https://www.instagram.com/p/BRid0YxlDBQ/?taken-by=pladidus

Dengan teknologi fantastis Joy-Con seperti ini, ada satu hal yang juga pantas untuk dicatat. Terlepas dari kenyamanan untuk menggunakannya secara bebas (walaupun Anda yang lebih senang dengan format konvensional bisa menyematkannya di grip yang juga disertakan di paket penjualan) dan fungsinya yang memfasilitasi  konsep hybrid Switch, ragam fitur lain yang ia usung saat ini terasa seperti gimmick. Bahwa HD Rumble dan IR Sensor yang ia usung memang efektif di 1-2-Switch, namun sama sekali tak terasa signifikan di Breath of the Wild, misalnya. Apakah hal ini juga akan berlaku di game-game rilis Switch selanjutnya? Ataukah Nintendo akan memastikan kedua fitur ini diadaptasikan di mekanik gameplay yang lebih luas? Itu yang pantas kita tunggu.

Cacat Desain?

Salah satu kekhawatiran yang menghujani Nintendo Switch sejak rilis awalnya, adalah kerusakan di sisi teknis. Lewat sebuah video kompilasi yang ditawarkan oleh salah satu user Youtube ternama, Switch dikesankan sebagai sebuah produk konsol gagal yang penuh masalah. Padahal, setidaknya dari pengalaman bermain kami dan dari monitor kami terhadap gamer-gamer pemilik Switch yang bergabung di grup Facebook spesifik, tak semua gamer merasakan hal yang sama. Bahwa sebenarnya, yang mendominasi pasaran justru adalah gamer-gamer dengan Nintendo Switch yang bekerja sebagaimana mestinya. Seperti kebiasaan internet pada umumnya, masalah dan hal negatif seperti ini memang berujung lebih populer untuk dieksploitasi.

Maka Anda mendengar berita bagaimana Nintendo Switch sering mengalami hang, tak bisa menjalankan game yang sudah dibeli secara resmi, mengeluarkan bunyi aneh yang entah darimana datangnya, mengalami masalah de-sync Joy-Con, Joy-Con yang susah dicabut, layar rusak, hingga layar yang tergores. Sesungguhnya, dari semua masalah yang sempat keluar di dunia maya tersebut, kami hanya sempat mengalami de-sync saja. Sempat mengalami putus sinyal saat bermain di ruang yang cukup luas, masalah tersebut teratasi ketika kami mendekatkan docking Switch ke posisi kami bermain. Memang sedikit menyebalkan,  namun teratasi dengan cara yang tak sulit. Sejauh ini, hanya masalah tersebut yang terjadi. Kami tidak menyangkal bahwa beberapa gamer mengalami masalah yang lebih berat di luar, namun sejauh ini, tak sebanyak yang Anda pikirkan.

Berita negatif memang lebih cepat menyebar. Namun nyatanya, Switch kami tak sekalipun mengalami masalah teknis selain de-sync Joy Con.
Berita negatif memang lebih cepat menyebar. Namun nyatanya, Switch kami tak sekalipun mengalami masalah teknis selain de-sync Joy Con.
Masalah de-sync tersebut teratasi seiring dengan jarak docking dan Joy-Con yang kian dekat.
Masalah de-sync tersebut teratasi seiring dengan jarak docking dan Joy-Con yang kian dekat.

Walaupun demikian, bukan berarti Nintendo Switch adalah sebuah konsol hybrid yang punya desain sempurna. Ada beberapa hal yang pantas untuk dipertanyakan pada Nintendo karena terlihat sepele, namun punya efek besar. Sebagai salah satu contoh? Layar yang ternyata tak didukung dengan anti-glare, atau menyertakan lapisan tersebut sebagai pilihan di dalam paket penjualan. Untuk sebuah konsol yang bisa digunakan sebagai handheld dengan  potensi Anda akan lebih sering memainkannya di luar ruangan bahkan terik siang, bahkan setting brightness tertinggi tak bisa “menyelamatkan” efek glare Switch ini. Anda bisa melihat jelas bagaimana ia justru memantulkan semua objek di dekat Anda, membuatnya hampir mustahil untuk dimainkan ketika berada di situasi luar ruangan yang terang benderang.

“Cacat” desain yang lain juga terletak pada fungsi-fungsi Switch itu sebagai hybrid. Pertama, dari sisi desain docking. Untuk sebuah konsol yang akan Anda sering lepas dan sematkan ke dalam celah docking tersebut, untuk alasan yang tak jelas, Nintendo justru mendesain bagian internal penopang tersebut dengan sedikit tonjolan yang berpotensi menggores layar yang berbahan sama. Padahal, secara fungsi, tidak ada keharusan untuk itu. Bagaimana mungkin desain seperti ini lolos uji kualitas? Kami juga bertanya-tanya soal hal tersebut. Hal lebih bodohnya lagi? Ketika Anda ingin menggunakannya dalam mode tabletop.

Tabletop mode, tapi slot charging USB-C terletak di bawah. Benar sekali, Anda tidak bisa memainkan game di mode ini sambil charging. What?
Tabletop mode, tapi slot charging USB-C terletak di bawah. Benar sekali, Anda tidak bisa memainkan game di mode ini sambil charging. What?
Glare pada layar yang tak
Glare pada layar yang tak “terselamatkan” bahkan dengan menaikkan brightness ke level tertinggi sekalipun.

Seperti yang kita tahu, Nintendo Switch juga punya mode tabletop yang membuatnya berubah jadi layar permainan dimanapun Anda inginkan. Tabletop juga didesain sebagai solusi jika Anda tiba-tiba tertarik untuk memainkan game berbasis multiplayer, dengan hanya perlu membagikan Joy-Con Anda yang bisa berperan sebagai dua kontroler terpisah. Masalahnya, Nintendo sepertinya lupa bahwa slot USB-C yang jadi port charger mereka ternyata diletakkan di bawah konsol. Dengan mode tabletop dimana Switch akan bersandar datar pada satu permukaan tertentu, Anda otomatis tidak akan bisa menyematkan apapun pada slot USB-C yang terletak di sana, membuatnya tak bisa dimainkan sembari melakukan charging. Mengapa desain seperti ini tak dipikirkan? Padahal jelas-jelas ia “menjual diri” sebagai perangkat portable dengan mode multiplayer yang tentu saja membutuhkan ekstra tenaga ketika dimainkan dalam waktu cukup lama. Kami juga bertanya-tanya seperti Anda.

Konsekuensinya kini menghasilkan sebuah fenomena yang unik. Bahwa kehadiran beberapa perangkat pihak ketiga tidak lagi didesain untuk sekedar kosmetik saja, tetapi juga “memperbaiki” apa yang gagal dipikirkan oleh Nintendo itu sendiri. Desain docking yang bisa Anda print dengan printer 3D Anda sendiri dengan potensi merusak layar yang jauh lebih minimal kini bahkan sudah hadir di dunia maya.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

April 11, 2024 - 0

Review Dragon’s Dogma 2: RPG Tiada Dua!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2? Mengapa kami…
March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…