Seperti Sebuah Wafer

Anda masih ingat iklan salah satu panganan Wafer yang menyebut bahwa makanan yang satu ini terbuat dari ribuan lapisan? Jika iya, maka tak ada kata lagi yang lebih tepat untuk menjelaskan apa yang sebenarnya menjadi daya tarik dari Get Even ini. Karena seperti yang kami bicarakan sebelumnya, ia bukanlah sebuah game yang fantastis dan pantas untuk dibicarakan dari sisi visual dan presentasi. Namun ada satu elemen yang akan membuat Anda bertahan di game yang satu ini, cerita.
Jika Anda termasuk gamer yang sudah mencicipi begitu banyak game yang menitikberatkan daya tarik pada cerita atau mungkin mengalir dari media lain seperti film, misalnya, maka insting Anda sepertinya akan langsung “mengerti” bahwa Get Even dan kisah Black yang jadi pondasinya, bukan sebuah cerita yang bisa Anda nikmati lurus tanpa kejutan. Bahwa sejak menit pertama Anda mencicipinya, Anda bisa menerka bahwa akan ada banyak plot-twist di sana sini yang membuat Black mungkin berakhir, bukan seperti yang Anda kenal di awal. Secara insting, Anda akan mendapatkan perasaan tersebut, bahkan sebelum kami menuliskannya di sini. Namun apakah ia berujung bisa diprediksi dengan mudah? Di sinilah kekuatan Get Even yang sebenarnya.


Ada begitu banyak hal yang terjadi di sini, ada begitu banyak pertanyaan yang mengemuka, ada begitu banyak variasi cerita, hingga Anda akan berhadapan pada satu titik yang sama – Anda tak akan bisa menangkap dengan jelas kira-kira kemana ceritanya akan mengarah. Get Even mungkin terlihat seperti sebuah game dengan plot-twist sejak awal, namun racikan cerita yang ia usung terasa seperti sebuah wafer cokelat dengan begitu banyak lapisan. Begitu Anda iseng mengupas lapisan atas, Anda akan berhadapan dengan lapisan lain yang mungkin membangun pondasi sama, tetapi mungkin punya tekstur atau bahkan, rasa yang berbeda.
Seberapa kompleks? Sekompleks Anda berusaha memahami apa yang terjadi di film-film karya Christopher Nolan di masa lalu. Di satu sisi, Anda bertemu dengan aksi Black sebagai prajurit bayaran dengan tembakan yang bisa mencabut nyawa siapapun. Lalu tiba-tiba, Anda dihadapkan pada kisah keluarga dengan elemen perselingkuhan. Kemudian memori Anda berujung melempar Anda ke sebuah investigasi polisi yang melibatkan seorang pecandu narkoba. Di sisi lain, Anda juga sempat mengingat aksi Anda mencuri senjata modern dari sebuah perusahaan besar. Get Even akan terus membuat Anda melakukan satu hal – menerka apa yang sebenarnya terjadi.

Dan Anda tidak akan mendapatkan jawaban yang pasti, setidaknya hingga Anda mencapai akhir permainan. Bahwa semakin dalam Anda menyelami memori Black dan juga berusaha selamat di fasilitas mental yang membelenggunya, semakin banyak pula Anda akan berhadapan dengan pertanyaan tanpa jawaban. Hingga akan ada satu titik dimana, lapisan-lapisan cerita layaknya wafer ini menyatu dan menghasilkan satu rasa yang sama. Sebuah sensasi yang akan terasa nikmati di mulut Anda. Pertanyaanya kini, seberapa sabar kah Anda?
Sayangnya, Lambat..

Karena terlepas dari jalinan cerita fantastis yang hendak ditawarkan sang developer di sini, Get Even bukanlah sebuah game yang punya daya tarik cukup kuat untuk membuat Anda bertahan hanya dari mekanik gameplay yang ada. Karena begitu Anda sudah berada di titik bosan dan tak lagi tertarik untuk mencari tahu apa yang terjadi, tidak ada satupun elemen lain yang akan mampu “mengikat” Anda dan membantu membakar motivasi Anda kembali untuk menyelesaikannya. Karena seperti yang kami bicarakan di awal, presentasi bukanlah salah satu kekuatan utama Get Even, begitu juga gameplay yang ada.
Dipadupadankan dengan sesi gameplay yang akan mulai terasa repetitif seiring berjalannya waktu, Anda akan mudah merasa lelah dengan Get Even yang ternyata memua waktu gameplay yang cukup panjang untuk diselesaikan. Masalahnya terletak pada sesi gameplay yang juga tak bisa disebut “menyenangkan” untuk dinikmati. Di sesi memori Black, animasi gerak dan sensasi menggunakan senjata yang ia tawarkan tak seberapa menarik. Apalagi ada kencenderungan untuk membuat Anda lebih menempuh sensasi stealth di sana, yang tentu saja memakan lebih banyak waktu dan tenaga. Sementara di sesi fasilitas mental yang ada, Black yang lebih banyak berjalan atau mencari rute juga tak mampu menghadirkan tantangan yang bisa disebut serius. Sekedar berjalan melewati koridor yang kusam, menuju ke area selanjutnya sembari membaca clue-clue yang ada, kembali bukanlah aktivitas yang menyenangkan.

Meracik sebuah game yang menarik secara mekanik, tetapi juga dari sisi cerita memang bukan pekerjaan yang mudah. Ada dua game yang setidaknya mengikuti formula seperti ini dan berakhir fantastis, seperti Spec Ops: The Line dan The Last of Us, misalnya. Di Spec Ops: The Line, Anda tetap menikmatinya sebagai sebuah game action third person shooter secara konsisten, dan cerita bergerak mengikuti progress dengan konten yang akan membuat otak Anda “meledak”. Begitu juga dengan The Last of Us, yang dari awal hingga akhir, terlepas dari cerita yang begitu emosional, tetaplah sebuah game survival horror. Kedua game tersebut didesain dengan begitu seimbang dan baik, untuk membuat gameplay tetap menyenangkan sembari mempertahankan kekuatan cerita yang ada. Sesuatu yang sayangnya, bagi kami, tidak untuk Get Even.
Terlalu panjang dan bertele-tele, Get Even tidak punya mekanik gameplay yang cukup solid untuk membuat gamer-gamer “mainstream” untuk terus bertahan dan mencicipinya, membongkar setiap misteri yang ada. Apalagi, diperkuat dengan animasi gerak, pertempuran senjata, dan desain level yang tak seberapa menarik, ini adalah tipe game yang akan sulit mencuri hati gamer di awal dan hanya bisa memperlihatkan daya tarik yang sesungguhnya pada gamer yang memang memutuskan untuk “bertahan”.
Lantas, apa yang menurut kami lebih baik untuk game dengan tipe seperti Get Even ini? Jika memang harus mempertahankan beragam sesi permainan seperti ini, maka menyuntikkan cut-scene dengan cerita yang lebih jelas di sesi ketika Anda menggunakan Black atau sekedar mempersingkat satu timeline cerita sepertinya akan jauh lebih efektif, daripada harus membuatnya panjang, repetitif, dan membosankan.
Tags: action, bandai namco, get even, pc, playstation 4, review, the farm 51, xbox one