Review Assassin’s Creed Origins: Kembali dengan Kekuatan Penuh!
Mesir yang Indah
Jika ada satu hal yang tidak pernah gagal dilakukan oleh Assassin’s Creed selama ini adalah membangun sebuah dunia dengan atmosfer yang tepat dan pantas untuk merepresentasikan timeline yang ada. Hal yang sama juga terjadi di Origins. Sebagai sebuah wilayah gurun dengan padang pasir yang dominan, Anda akan menikmati Mesir masa lampau dengan kapasitas yang optimal. Kemampuan Ubisoft untuk meracik dan mereka ulang hidup klasik ini dalam format visual platform generasi saat ini meamng pantas diacungi jempol. Kita tidak sekedar berbicara soal hal teknis seperti tekstur atau efek tata cahaya dramatis yang menyempurnakan hal itu. Namun bagaimana ia mampu meracik sebuah peradaban yang terasa realistis di atasnya.
Walaupun kami tidak punya pengetahuan mendalam soal kehidupan Mesir masa lampau, namun Anda akan bisa melihat keseriusan Ubisoft untuk membangun sebuah dunia yang sepantasnya dari peradaban yang indah ini. Anda bisa melihat bagaimana kota dan desa tumbuh di sekitar Sungai Nil – yang memang jadi sumber kehidupan di tengah gurun. Setiap kota ini hadir dengan arsitektur khasnya sendiri, dari sekedar perkumpulan rumah kecil dengan bentuk unik hingga bangunan megah yang berisikan beragam simbol hingga patung dewa-dewi Mesir dalam ukuran yang masif. Namun di sisi lain, Anda juga akan menemukan wilayah lain yang hidup dari mata pencaharian berbeda. Petani gandum di satu sisi, petani garam di sisi yang lain, dan mereka yang hidup sebagai peracik mumi untuk mereka yang meninggal.
Satu hal yang fantastis dari dunia yang diracik Ubisoft ini adalah keberhasilan untuk tetap membangunnya tidak terpisah dari nilai mistis yang ada, seperti yang seharusnya. Bahwa di peradaban masa lampau dimana tidak ada penjelasan sains untuk banyak fenomena, agama dan kepercayaan memang dilihat sebagai solusi. Di Origins, elemen in ditawarkan apa adanya, menyatu dengan kehidupan masyarakat Mesir itu sendiri. Bayek sendiri misalnya, adalah Medjay yang percaya pada pengaruh dewa-dewi Mesir pada nilai-nilai kehidupan, dari sekedar kesejahteraan hingga keadilan. Bahwa pengaruh mistis tersebut tidak lagi memunculkan beragam upacara religi, tetapi juga meracik sudut pandang untuk beragam masalah yang terjadi sekaligus solusi. Berhadapannya memang membuat Anda seolah terserap ke dalam Mesir masa lampau yang seharusnya.
Desain kota adalah salah satu bagian terbaik dari Assassin’s Creed Origins. Bahwa jelas Ubisoft memang punya data untuk meracik kota-kota yang ada dalam kapasitas yang seharusnya, dan bukan sekedar menerka dan menciptakan sebuah imitasi yang tidak banyak berbeda satu sama lain. Anda bisa bertemu dengan kota seperti Siwa misalnya, terasa seperti kota “standar” yang kecil. Tetapi di sisi lain, ada kota-kota lain seperti Alexandria yang jelas dibangun dengan kebudayaan Romawi sebagai pondasi. Kota-kota yang tinggal di samping Sungai Nil juga punya karakteristik spesifik yang berbeda. Beberapa berfokus mendirikan pelabuhan dengan kota yang mengitarinya, namun ada kota seperti Memphis misalnya yang mengintegrasikan Nil justru di tengah kota, membuat masyarakat yang berpergian harus melewati arusnya yang dangkal untuk bergerak dari sudut ke sudut yang lain. Setiap kota juga punya pendekatan mistis mereka sendiri, dari yang menyembah Dewa Buaya – Sobek hingga yang menyembah banteng yang disucikan. Dunia yang dibangun Ubisoft di Origins benar-benar mengagumkan.
Lalu kita akan berhadapan dengan dunia yang memang serasa punya denyut jantung, dengan masyarakat yang dinamis. Perubahan siang dan malam yang ada memang akan mempengaruhi banyak hal, terutama dari hal kecil seperti keramaian di dalam kota hingga yang lebih besar – seperti perilaku AI penjaga di sebuah markas yang hendak Anda “bereskan”. Seperti halnya padang gurun di dunia nyata, Anda juga akan bertemu dengan badai pasir yang hadir acak, yang akan membuat Anda punya sudut pandang terbatas sekaligus tidak mampu menggunakan Senu, burung andalan untuk proses scouting. Kerennya lagi? Anda terkadang bisa melihat badai pasir ini datang dari kejauhan.\
Ubisoft memang sempat mengklaim bahwa Origins hadir dengan dunia terbesar yang pernah mereka tawarkan di game Assassin’s Creed manapun. Kami dengan senang menyampaikan, bahwa klaim tersebut memang benar adanya. Walaupun beberapa bagian dari area tersebut memang berisi padang gurun yang tidak punya banyak konten menarik di dalamnya, sebagian besar area ini terbagi menjadi wilayah kota, desa, atau rawa dengan kehidupan yang padat di dalamnya. Dengan begitu banyak points yang bisa Anda jelajahi, ini adalah dunia yang siap menawarkan gameplay hingga puluhan jam untuk Anda yang tertarik untuk menyelami setiap sudutnya. Anda mungkin bisa membenci Assassin’s Creed, namun seri ini seolah kian membuktikan, bahwa membangun dunia adalah salah satu kekuatan utama Assassin’s Creed.
Tanpa Sistem Tower
Seperti yang sudah mereka terapkan di Watch Dogs 2 dan berhasil, jawaban kritikan soal sistem open-world mereka yang kian “basi” akhirnya mereka terapkan pula di Assassin’s Creed Origins. Bahwa tidak lagi seperti seri masa lalu dimana Anda harus memanjat Tower untuk membuka beragam misi sampingan dan tempat-tempat penting untuk perjalanan Anda, Anda kini akan dihadapkan pada sebuah game open-world yang sesungguhnya. Bahwa Anda akan bisa berjalan ke sudut dunia yang ditawarkan oleh AC Origins sekalipun tanpa lagi dibatasi dengan fakta bahwa Anda harus membukanya via Tower terlebih dahulu.
Walaupun demikian, bukan berarti Ubisoft menghilangkan Tower ini begitu saja. Hanya saja, perannya yang dibuat tidak lagi signifikan dan tidak diharuskan untuk dipanjat dan ditaklukkan. Tersebar hingga puluhan buah di keseluruhan Mesir, Tower yang kini hadir dalam beragam bentuk dan lokasi ini akan menawarkan dua konten penting jika Anda berniat untuk melakukan sinkronisasi di atasnya. Pertama, adalah “Fast Travel”. Mengingat dunia Origins memang benar-benar luas untuk dijelajahi, Fast Travel memang akan jadi point yang penting jika Anda ingin bergerak dengan lebih cepat dan efektif. Kesempatan untuk tidak berkuda selama 15 menit untuk menuju ke misi yang ingin Anda selesaikan adalah sebuah anugerah tersendiri. Kedua? Ia kini mempengaruhi satu hal yang lebih esensial – efektivitas persepsi Senu, sang burung peliharaan Anda.
Karena hampir semua peran Tower kini memang digantikan Senu, burung peliharaan Bayek yang bisa Anda panggil dengan menggunakan satu tombol saja. Secara sederhana, Senu akan berperan layaknya Drone di Ghost Recon: Wildlands. Menjadi mata Anda di angkasa, Anda akan langsung secara otomatis bisa melihat beragam resource dan tempat penting yang mungkin bisa Anda kunjungi nantinya, dan kemudian menandainya dengan menggunakan custom marker. Senu juga bisa Anda gunakan untuk proses scouting, menandai penjaga, item penting, marker misi, hingga sekedar beragam peralatan lain yang bisa Anda gunakan saat misi. Di sinilah, persepsi Senu bekerja. Semakin banyak Tower yang Anda panjat, semakin tinggi persepsi Senu, semakin cepat proses penandaan ini bekerja. Di awal, Anda bahkan harus menyoroti satu penjaga selama beberapa detik hanya untuk menandainya dan melihat level yang ia usung. Di jumlah tower yang sudah menyentuh angka 40-an, persepsi Senu akan cukup untuk membuatnya menandai begitu banyak hal hanya lewat sekilas pandang saja.
Kehadiran Senu ini juga mendorong Ubisoft untuk menghilangkan sistem mini-map dari Assassin’s Creed Origins. Keputusan ini tidak hanya membuat pengalaman bermain secara visual yang fantastis karena tidak ada lagi user-interface “kotor” yang menghilangkan pengalaman imersif tersebut, tetapi juga membuat peran Senu menjadi lebih esensial. Apalagi mengingat bahwa Anda butuh mengumpulkan ragam resource untuk proses crafting pakaian atau senjata yang posisinya akan lebih efektif ditemukan dengan Senu. Kerennya lagi? Anda bisa mengatur Senu layaknya Drone, dengan memintanya untuk terbang lebih tinggi, misalnya. Semakin tinggi ia terbang, semakin luas sudut pandang yang ia miliki, semakin banyak informasi pula yang ia tawarkan untuk dijelajahi oleh Bayek.
Walaupun Anda sebenarnya punya kebebasan untuk menjelajahi dunia Origins sejak awal, Ubisoft tetap berusaha “membatasi” gerak Anda untuk memastikan Anda masih mendapatkan pengalaman bermain yang lebih berimbang. Salah satunya? Dengan menerapkan konsep RPG di dalamnya.