Review The Inpatient: Horror Setengah-Setengah!

Reading time:
February 7, 2018

Horror Setengah-Setengah

The Inpatient jagatplay 19
The Inpatient terasa seperti horror setengah-setengah.

Seperti sebuah game yang dipaksa disambung dengan sebuah alat perekat yang tidak mumpuni, pengalaman seperti inilah yang kami temukan di The Inpatient. Karena pada dasarnya, game yang satu ini terbagi ke dalam dua arc cerita besar. Arc pertama berpusat pada usaha Anda untuk mencari tahu siapa sebenarnya Anda dan mengapa terjebak di dalam sebuah bangsal tanpa memori yang jelas. Sementara arc kedua muncul untuk menjadi jembatan cerita dari apa yang Anda kenal dari Until Dawn sebelumnya. Berita baiknya? Kedua arc ini punya daya tarik yang bertolak belakang.

Arc cerita pertama The Inpatient berujung fantastis. Sebagai sebuah game yang menjadikan misteri sebagai daya tarik, ia berhasil mengeksplorasi sisi horror dengan efektif lewat skema mimpi buruk yang terus dialami oleh karakter Anda. Terjun masuk ke dalam sebuah dunia mirip rumah sakit tetapi dengan tata pencahayaan hijau yang mencekam, arc pertama ini menyentuh semua aspek game horror yang Anda harapkan. Sebuah dunia yang punya atmosfer super menyeramkan, kesunyian yang siap untuk membuat jantung Anda berdegup kencang, keharusan untuk mengalahkan kecemasan bahwa Anda akan berhadapan dengan jump-scare, dan tentu saja jump-scare itu sendiri. Arc pertama yang berpusat pada kehidupan Anda di dalam bangsal ini adalah higlight The Inpatient, sebuah sensasi horror dalam format VR yang pantas untuk dikejar. Sayangnya, pengalaman tersebut berhenti di tengah jalan.

The Inpatient jagatplay 11 1
Arc pertama kami menyebutnya, sebelum Anda keluar dari bangsal, menawarkan sensasi horror yang intens.
The Inpatient jagatplay 29
Arc kedua ketika Anda sudah tahu apa yang akan terjadi menawarkan sesuatu yang berbeda.

Begitu perjalanan lepas dari bangsal dan mulai masuk ke “semesta” The Inpatient itu sendiri, arc kedua kehilangan sebuah konten fantastis yang ditawarkan oleh arc pertama tersebut. Tidak ada lagi dunia mimpi buruk dan jump-scare yang siap untuk membuat Anda berteriak layaknya anak perempuan. Ia bergerak dalam garis cerita lurus yang super linear, dengan konten interaktif yang sekedar meminta Anda mendorong atau menutup pintu dan satu titik, untuk diam tak bergerak. Bagi gamer yang sempat mencicipi Until Dawn, arc kedua yang menjadi jembatan cerita ini berujung menawarkan sumber ancaman yang sudah pasti terasa familiar. Sulit rasanya untuk merasa takut, jika Anda sudah tahu apa yang Anda hadapi dan formula seperti apa yang kira-kira akan digunakan untuk membuat Anda berteriak. Maka arc kedua ini berjalan seperti sebuah game walking simulator yang di mata kami, gagal menghasilkan pengalaman gaming yang berkesan.

Hasilnya, adalah sebuah game horror setengah-setengah. Di arc pertama, pengalaman gameplay dengan konsep horror yang jadi basis tampil begitu intens, menyeramkan, dan juga penuh rasa penasaran untuk menyelami dan mencari tahu apa yang berada di balik misteri. Sementara arc kedua, bergerak dalam plot cerita klise, terlalu “sejalan” dengan apa yang Anda tahu soal Until Dawn, dan gagal menawarkan atmosfer yang sama. Untuk urusan kedua ini, fakta bahwa Anda juga berpetualang bersama dengan NPC yang lain bersama-sama juga menurunkan faktor tersebut.

Sangat disayangkan, memang. Karena implementasi konten seperti ini membuat dua kelompok fans berakhir tidak mendapatkan pengalaman penuh. Gamer yang tidak familiar dengan Until Dawn dan menginginkan sebuah game horror VR berkualitas, hanya mendapatkan setengah konten saja. Sementara gamer yang familiar dengan Until Dawn dan menginginkan sebuah game VR yang mengeksplorasi semesta ceritanya dengan lebih kuat dan mendetail, juga hanya mendapatkan setengah konten saja. Sebuah desain yang di mata kami, pantas dipertanyakan.

Kesimpulan

The Inpatient jagatplay 22
Maka dengan semua konten dan fitur yang ia tawarkan, sayangnya, The Inpatient harus dikategorikan sebagai game VR yang tidak terlalu istimewa.

Maka dengan semua konten dan fitur yang ia tawarkan, sayangnya, The Inpatient harus dikategorikan sebagai game VR yang tidak terlalu istimewa. Ia kembali terasa seperti sebuah produk uji konsep yang berusaha melebur banyak hal di dalam satu ruang yang sama, sementara kehilangan identitas bahwa ke hati gamer seperti apa ia hendak menampilkan daya tariknya. Cerita dengan konsekuensi yang berbeda-beda memang intisari semesta Until Dawn, tetapi menyulapnya menjadi sekedar jawaban atas pilihan yang ditawarkan sepertinya adalah potensi yang tersia-siakan. Bahwa dari semua hal yang bisa mereka tawarkan untuk membuat keputusan pilihan tersebut lebih aktif, misalnya berdasarkan apa yang berhasil / tidak berhasil Anda lakukan, mereka memutuskan untuk merampingkannya dalam format pilihan teks, didukung dengan fitur voice recognition yang tak bisa dibilang signifikan.

Konten yang juga terbagi dalam dua arc terpisah dengan daya tarik yang terpisah juga berakhir membingungkan. Bagi gamer yang menikmati sensasi horror yang begitu intens di arc pertama, arc kedua menjadi cerita “memanjakan” yang tidak lagi menarik karena klisenya konten cerita dan semakin terprediksinya jump-scare yang direncanakan. Sementara  bagi gamer yang menikmati sensasi cerita ala Until Dawn di arc kedua kemungkinan besar tidak akan menikmati konten cerita arc yang pertama karena pengalaman berbeda yang ia tawarkan. The Inpatient terlihat sebagai sebuah produk yang bingung dengan identitasnya sendiri.

Jika Anda adalah gamer Playstation VR yang kebetulan sempat memainkan Until Dawn, kami akan merekomendasikan Anda untuk menunggunya di harga yang lebih terjangkau sebelum terjun masuk ke dalamnya. Namun jika Anda tidak terlalu familiar dengan Until Dawn dan berharap ini akan jadi sebuah game misteri dengan cerita yang solid, maka besar kemungkinan, Anda akan berakhir kecewa.

Kelebihan

The Inpatient jagatplay 26
Memainkannya berulang kali untuk mencari garis cerita berbeda membuat replayabilitynya cukup tinggi.
  • Kualitas audio fantastis
  • Fitur voice recognition yang potensial
  • Arc cerita pertama yang menyeramkan
  • Kualitas visual pantas diacungi jempol
  • Replayability tinggi

Kekurangan

The Inpatient jagatplay 13
Butuh lebih banyak interaktivitas.
  • Cerita terlalu klise
  • Arc kedua terasa terlalu “aman” dan pasif
  • Level interaktivitas yang terhitung minim

Cocok untuk gamer: yang penasaran dengan latar belakang misteri di Until Dawn, menginginkan game horror yang cukup intens (di arc pertama)

Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan sebuah game horror penuh dari awal hingga akhir, berharap ia punya tema se-“anak muda” Until Dawn.

Pages: 1 2 3
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…
March 19, 2024 - 0

Review Unicorn Overlord: Kuda, Tahta, Wanita!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Unicorn Overlord ini? Mengapa kami…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…