Jagat Play 
  • HOME
  • CHANNELS
    • PC
    • PlayStation
    • Nintendo
    • Gaming Gear
    • Top List
    • Time Machine
  • JAGAT NETWORKS
    • JAGAT REVIEW
    • JAGAT GADGET
    • JAGAT OC
    • JAGATREVIEW.TV
  • CONTACT US
  • SEARCH
Jagat Play
  • Home
  • Features
  • PlayStation
  • Home
  • Features
  • PlayStation
Features PlayStation May 25, 2018 Author: Pladidus Santoso

Review Detroit – Become Human: Memahami Arti Manusia!

Sepak terjangnya sebagai salah satu developer game interactive story terbaik dan terpopuler di pasaran memang tidak bisa lagi dipungkiri. Kondisi yang menjadi motivasi mengapa banyak gamer yang berujung selalu mengantisipasi sepak terjang Quantic Dream selanjutnya. Walaupun proyek mereka di masa lalu tidak bisa dibilang sempurna, namun ia selalu dikenal sebagai game eksklusif Playstation yang selalu mendorong kualitas presentasi, dari animasi, visual, hingga suara ke puncak terbaik. Berawal dari sebuah proyek main-main untuk memperlihatkan standar kualitas visual seperti apa yang ingin mereka kejar ke konsol generasi selanjutnya di kala itu, proyek demo KARA Engine Quantic Dream berujung menjadi sebuah game penuh yang akhirnya tersedia di pasaran saat ini. Benar sekali, kita bicara soal Detroit: Become Human.

Anda yang sempat membaca artikel preview kami sebelumnya sepertinya sudah punya gambaran terkait apa yang hendak ditawarkan oleh Detroit: Become Human itu sendiri. Mengambil setting futuristik yang tetap mengakar pada skenario yang masih mungkin terjadi secara rasional, game ini mengusung sistem permainan yang sepertinya, akan terasa sangat familiar untuk Anda yang sempat mencicipi game Quantic Dream di masa lalu. Salah satu kekuatannya tidak hanya terletak pada konten presentasinya yang kembali fantastis saja, tetapi caranya menangani cabang cerita yang ada. Cabang cerita yang begitu banyak dan kompleks-nya, hingga memungkinkan Anda untuk melewatkan begitu banyak momen dan skenario sembari meracik cerita Anda sendiri. Cerita yang kami yakin, ketika Anda diskusikan dengan teman Anda yang lain, besar kemungkinan berbeda.

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Detroit: Become Human ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang berusaha memahami arti manusia itu sendiri? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Detroit mengambil setting masa depan yang tidak terlalu jauh, di tahun 2038, dimana Android sudah cukup canggih untuk menjadi bagian hidup manusia.

Lewat beragam trailer dan screenshot yang dilepas selama masa promosi, Anda sepertinya sudah paham bahwa cerita Detroit: Become Human akan mengambil perspektif dari tiga karakter dengan latar belakang cerita yang berbeda: Markus, Kara, dan Connor. Settingnya sendiri mengambil tahun 2038 di Detroit, Amerika Serikat. Sebuah masa depan yang tidak terlalu jauh dan mustahil untuk terjadi. Sementara Detroit sendiri dipilih karena di cerita, ia merupakan kota induk untuk CyberLife – produsen Android yang merevolusi bagaimana cara dan kehidupan sosial manusia bekerja. Di dunia yang masih dalam proses transisi inilah, Markus, Kara, dan Connor merajuk benang cerita mereka masing-masing.

Kara – Android pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Todd – seorang ayah bajingan yang sering melakukan kekerasan pada anak perempuannya, Alice.
Markus – Android yang punya fungsi mirip dengan Kara, namun dengan majikan dan situasi rumah yang lebih ramah dan menerima. Sang majikan bahkan mendorong Markus untuk mengeksplorasi sisi “kemanusiaannya”.
Connor – prototype baru Android CyberLife yang diminta untuk menyelidiki kasus para Deviant – Android yang memperlihatkan emosi layaknya manusia dan berujung melakukan aksi yang tidak logis dan seharusnya.

Kara adalah sebuah Android asisten rumah tangga yang kembali bekerja di seorang rumah pemabuk dan pengadat bernama Todd. Diminta untuk mengurus rumah, Kara juga bertanggung jawab untuk kesejahteraan anak perempuan Todd – Alice yang menjadi korban kekerasan ayahnya. Sementara Markus yang punya peran yang tidak berbeda, tinggal di sebuah rumah yang begitu berbeda. Ia justru tinggal bersama dengan majikan yang menjamin kehidupan selayaknya manusia, sembari mendorongnya untuk mengembangkan sisi kemanusiaan lewat kebebasan berekspresi dan seni. Di sisi lain, kita bertemu dengan Connor – sebuah prototype Android terbaru dari CyberLife yang diminta untuk bekerja erat dengan aparat keamanan. Misinya? Berburu para Android “rusak” yang disebut sebagai Deviant. “Rusak”karena alih-alih datar dan mengikuti apapun perintah majikannya, para Android ini berujung membangkang, memperlihatkan emosi seperti sedih dan takut, dan beberapa berakhir membunuh majikannya sendiri.

Cerita bergerak lewat dua kacamata yang berbeda. Ketika Connor secara konsisten berburu para Deviant, dari satu kasus ke kasus yang lainnya, Kara dan Markus justru memperlihakan kecenderungan untuk berubah menjadi seorang Deviant. Keduanya harus mulai mendobrak “kekakuan” sifat mereka sebagai Android karena sebuah kejadian yang traumatis, yang berujung memberikan mereka kekuatan yang tidak seharusnya dimiliki – yakni, moral dan kesadaran diri. Ketika Connor terus melakukan proses investigasi, Kara dan Markus berhadapan dengan situasi sulit sebagai seorang Android. Yang menjadi misteri terbesar? Para Deviant ini ternyata memiliki benang merah yang sama. Connor terus menemukan sebuah kode bertuliskan “rA9” untuk setiap pertemuan Deviant yang ia dapatkan.

Misteri demi misteri muncul, termasuk obsesi pada simbol “rA9” yang diperlihatkan oleh sebagian besar Deviant.
Lantas, konflik seperti apa yang mengintai ketiga karakter ini?

Kara mebawa kabur Alice dan berusaha bertahan hidup di tengah perspektif terhadap Android yang masih begitu negatif, Markus tumbuh dan bangkit menjadi pemimpin revolusi untuk memperjuangkan nasib dan hak para Android, sementara Connor dengan dinginnya, justru berburu orang-orang seperti Kara dan Markus itu sendiri.

Lantas, apa sebenarnya para Deviant ini? Mengapa mereka bisa mengembangkan sifat dan kelakuan yang mirip dengan manusia pada umumnya? Bagaimana pula nasib dan takdir Connor, Kara, dan Markus? Konflik seperti apa yang harus mereka hadapi? Semua pertanyaan tersebut bisa Anda jawab dengan memainkan Detroit: Become Human ini.

Pages: 1 2 3 4

Tags: detroit: become human, interactive story, playstation 4, playstation 4 pro, quantic dream, review, Sony
  • Tweet
  • Share 0
  • Reddit
  • Email
Comments
RANDOM ARTICLES

Kojima Demokan 2 Jam Pertama Death Stranding untuk Guerilla Games

Pertemuan antara Hideo Kojima mewakili Kojima Productions dan Guerilla Games – developer dari seri Killzone dan Horizon Zero Dawn
continue

Epic Games Store Akan Bagikan 1 Game Gratis / 2 Minggu Selama 2019!

Bersaing melawan Steam untuk urusan distribusi game digital memang bukan pekerjaan yang mudah.

Layers of Fear 2 Jadikan Kapal Sebagai Setting Utama

Horror dimana Anda akan berhadapan dengan begitu banyak momen jump scare tanpa punya kemampuan melawan sepertinya masih dilihat sebagai
continue

A Plague Tale: Innocence Lepas Screenshot Baru

A Plague Tale: Innocence? Namanya mungkin terdengar asing bagi banyak gamer.



JAGAT REVIEW
  • Direct Release: Samsung Meluncurkan The Space Monitor dengan Layar Besar dan Desain Modern Minimalis
  • Review Acer Predator Aethon 500: Kurang “Kharismatik”!
  • Rune Factory 5 Akan Rilis Tahun 2020 untuk Nin. Switch
  • ESL Clash of Nations Siap Digelar di Indonesia
  • CPY Kembali, Tundukkan Denuvo Ace Combat 7: Skies Unknown!
  • Iklan Dead or Alive 6 Terlalu Seksi, Stream EVO Japan Ditarik
  • Synology Perkenalkan NAS DS1019+ dan DS2419+
  • Devil May Cry 5 Hadirkan Kontes Berhadiah Motor Dante!
LATEST NEWS
  • Catherine: Full Body Versi Inggris Tetapkan Tanggal Rilis Pasti
  • Sutradara “Chappie” Lepas Trailer Live-Action Anthem
  • Spesifikasi PC untuk Dirt Rally 2.0
  • Fire Emblem: Three Houses Umumkan Tanggal Rilis Pasti
  • Preview Metro Exodus: Dunia itu Ternyata Indah!
  • God of War Dominasi Penghargaan di DICE Awards 2019
  • Activision Akui Berpisah dengan Bungie Karena Penjualan Destiny
  • Dev. I Am Setsuna Umumkan JRPG Baru – Oninaki
  • The Legend of Zelda: Link’s Awakening Dapatkan Proses Remake
  • Super Mario Maker 2 Diumumkan, Rilis Tahun Ini!
  • Legenda WWE – Booker T Tuntut Hukum COD: Black Ops 4
  • Platinum Games Umumkan Astral Chain, Eksklusif Nin. Switch
JP ON FACEBOOK
POPULAR ARTICLES
  • Iklan Dead or Alive 6 Terlalu Seksi, Stream EVO Japan Ditarik
  • CPY Kembali, Tundukkan Denuvo Ace Combat 7: Skies Unknown!
  • Review Acer Predator Aethon 500: Kurang “Kharismatik”!
  • Devil May Cry 5 Hadirkan Kontes Berhadiah Motor Dante!
  • Spesifikasi PC untuk Apex Legends
  • Preview Metro Exodus: Dunia itu Ternyata Indah!
  • Rune Factory 5 Akan Rilis Tahun 2020 untuk Nin. Switch
  • 15 Istilah Gamer Paling Membingungkan untuk Orang Awam!
  • Review God Eater 3: Sederhana dan Seru!
  • 70 Nama Karakter Game Teraneh Setelah Di-Indonesia-kan!

Jagat Review
PT. Jagat Genta Teknologi
Jl. Pal Putih No. 192A
Kramat, Senen
Kota Jakarta Pusat
Jakarta - 10450
Indonesia

© PT. Jagat Genta Teknologi | 2010-2019