Acungan dua jempol memang pantas diarahkan pada game-game indie yang tidak hanya berupaya menandingi rilis game AAA dengan gameplay dan konsep yang berbeda, tetapi juga berhasil melampauinya. Budget kecil menjadi sejenis roket pendorong kreativitas untuk memastikan produk mereka berujung jadi sesuatu yang menarik untuk diantisipasi, dan pada akhirnya, berbeda dengan formula standar banyak game publisher besar yang sepertinya selalu bergerak di zona nyaman. Ide dan eksekusi manis ini menghasilkan beberapa genre populer yang sepertinya identik dengan game indie, seperti Roguelike yang terasosiasi kuat dengan desain level acak. Salah satu produk yang pantas untuk dilirik? Dead Cells.
Diracik oleh developer bernama Motion Twin, Dead Cells adalah sebuah game yang melebur dua genre di satu ruang yang sama – Roguelike dan Metroidvania. Bertarung melawan musuh-musuh tangguh yang siap untuk menghabisi Anda dengan begitu cepatnya hanyalah satu dari sedikit masalah yang harus Anda hadapi, di luar beberapa mekanik yang dengan mudahnya, siap untuk membuat rasa frustrasi Anda memuncak. Dipadukan dengan visualisasi pixelated yang mumpuni dengan animasi gerak halus yang pantas untuk diacungi jempol, Dead Cells memperlihatkan tajinya. Satu yang pasti, butuh kesabaran dan komitmen untuk bisa melewati setiap tantangan yang dilemparkan pada Anda, baik rasional ataupun yang terasa begitu tidak adil.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dead Cells ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan adiksi dalam mati? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda!
(Dimainkan dan di-review dengan SI HITAM MK.I)
Plot

Terlepas dari konsep metroidvania yang ia tawarkan, cerita sepertinya bukanlah kekuatan utama untuk Dead Cells. Alih-alih menawarkan cerita seperti layaknya game single-player kebanyakan yang meluncur lewat cut-scene atau dialog yang intensif, Dead Cells hanya menawarkan potongan informasi dari beragam lokasi dan objek yang Anda temukan, dengan detail yang terhitung minim. Dengan keasyikan yang memang didominasi dari gameplay dan tingkat kesulitan yang ada, Anda tidak akan berkeberatan dengan pendekatan seperti ini.
Dua hal pasti yang bisa Anda temukan dalam cerita adalah fakta bahwa Anda berperan sebagai sebuah gumpalan warna hijau yang sepertinya mendefinisikan kata “Dead Cells” itu sendiri. Mengingat bentuk yang tidak memungkinkannya untuk bertarung, ia menyerap beragam mayat tanpa kepala yang bertebaran di dasar penjara. Gumpalan ini menguasai mayat-mayat tersebut, membuatnya hidup kembali, menawarkan kemampuan bertarung, serta memperlihatkan tingkat kecerdasan tertentu. Informasi kedua yang bisa dipastikan bahwa misi utama Anda bukan sekedar keluar dari penjara saja, tetapi juga membunuh mereka yang bertanggung jawab untuk mayat-mayat yang berada di dasar penjara.


Gumpalan ini sendiri bisa dibilang abadi. Setiap kali Anda berujung tewas, gumpalan tersebut akan keluar dari mayat yang ada dan kembali ke dasar penjara untuk mendapatkan tubuh yang baru, dan kemudian berupaya untuk menempuh misi yang sama. Namun ada sesuatu yang unik pula terkait pula dimana penjara ini berada. Ia terus berubah-ubah secara berkala, menampilkan terrain yang baru setiap kali karakter “Prisoner” ini hidup kembali, membuat tantangan yang ada semakin kompleks.
Lantas, mampukah sang gumpalan dan mayat yang ia bawa ini menyelesaikan misi utama mereka? Pertarungan seperti apa pula yang harus mereka jalani? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan game yang satu ini.
Tags: action, dead cells, motion twin, nintendo switch, pc, playstation 4, review, RPG, xbox one