Review Fire Emblem – Three Houses: Darah, Takhta, Wanita!
Kesimpulan
Seperti sebuah rasa rindu yang terobati, tentu melegakan dan menyenangkan di saat yang sama untuk melihat nama Fire Emblem kembali ke platform yang lebih kuat dibandingkan performa handheld yang sudah berusia begitu uzur. Dan sejauh yang kami lihat, dengar, dan mainkan, Nintendo bersama dengan Intelligent System dan Koei Tecmo harus diakui, melakukan tugas yang baik dengannya. Bahwa mereka tampaknya mengerti apa yang diinginkan oleh para fans Fire Emblem dari seri ini, sembari tetap menawarkan konten yang cukup menarik untuk gamer pendatang baru di atasnya. Pada akhirnya, harus diakui, daya tarik utama tetap terletak pada karakter-karakter dengan desain dan kepribadian yang menarik dan mudah membangun kedekatan emosional dengan Anda, apalagi jika Anda memilih untuk menggunakan sistem permanent death yang ditawarkan sebagai opsi di sini. I
Namun tentu saja, Fire Emblem Three Houses tidak bisa dibilang sebagai game yang sempurna. Rasa kecewa yang tidak bisa ditanggalkan begitu saja menyangkut potensi menyelami kisah, budaya, dan politik Tiga Kerajaan yang terbengkalai memang terlalu besar untuk tidak dibicarakan. Sangat disayangkan bahwa semua aksi di sebagian besar skenario berpusat pada eksistensi Church of Serios sebagai sentral ini. Salah satu keluhan lain yang cukup menyebalkan? Sistem inventory miliknya. Ada begitu banyak langkah dan menu yang harus Anda pilih hanya untuk bertukar item, memilih senjata, menggunakanaksesoris, atau sekedar berbelanja dan memasangkan item tertentu ke karakter spesifik. Langkah-langkah menyebalkan yang seharusnya tidak lagi terjadi di game modern seperti ini. Opsi percakapan yang tidak banyak berpengaruh pada jalan cerita juga jadi catatan tersendiri.
Tetapi di luar semua itu, sulit rasanya untuk tidak menyebut Fire Emblem: Three Houses sebagai salah satu pengalaman game taktikal / strategi RPG terbaik yang pernah kami cicipi selama beberapa tahun terakhir ini. Bahwa pada akhirnya, ini tidak pernah selalu soal darah, takhta, dan wanita. Bahwa ini juga soal saudara, cinta, dan cerita.
Kelebihan
- Desain karakter memanjakan mata
- Karakter-karakter pendukung yang unik dan berbeda
- Mercedes
- Status “Guru” diimplementasikan ke dalam gameplay
- Sistem permanent death yang tetap membuat pertarungan menjadi intens
- Sistem pertarungan punya kedalaman tersendiri
- Cerita menarik (khususnya dari sudut Black Eagle)
- Voice Acting Jepang memesona
- The Waifus Potential
Kekurangan
- Voice Acting Barat merenggut banyak daya tarik karakter
- Tingkat kesulitan “Normal” terhitung rendah
- Sistem Inventory berbelit dan menyebalkan
- Tidak banyak eksplorasi di Tiga Kerajaan yang mengelilingi Church of Seiros
- 90% opsi percakapan berakhir “pemanis”
Cocok untuk gamer: yang menggemari genre taktik RPG, mencintai karakter-karakter dengan trope anime kental
Tidak cocok untuk gamer: yang tidak senang membaca banyak teks, menginginkan cerita yang lebih gelap dan brutal