Review Code Vein: Souls Tanpa Stress!
Waifu Souls
Sekilas memandang, sepertinya tidak sulit untuk menyimpulkan apa yang menjadi tema utama dari sisi presentasi Code Vein ini. Mengamini langkah yang sudah mereka bangun sejak awal, ia memang terasa seperti sebuah seri Souls-like yang berfokus untuk menawarkan cita rasa anime Jepang yang lebih kental di setiap sisi Anda memandangnya. Kita bicara soal teknik visualisasi, desain karakter, hingga kisah perjuangan yang diisi dengan persahabatan, romansa, dan ragam cut-scene dramatis yang akan terasa familiar untuk Anda yang memang menggemari produk kreatif Jepang tersebut. Hingga pada batas bahwa kata yang kami pilih di atas – “Waifu Souls”, bukanlah sesuatu yang berlebihan.
Tidak percaya? Lihat saja bagaimana mereka membangun dan menawarkan desain karakter wanita yang sebagian besar merupakan companion Anda. Hadir dengan pakaian minim yang menonjolkan desain tubuh non proporsional dengan dada yang menonjol, ia sepertinya punya misi jelas – menawarkan sebanyak mungkin fan-service yang bisa mereka tawarkan. Trope karakter yang khas anime, dari sahabat masa kecil yang harus berkorban untuk pria yang tidak pernah secara eksplisit membalas cintanya hingga kisah persaudaraan penuh dramat ditawarkan di sini. Masih belum cukup? Code Vein juga memuat sistem permandian air panas yang membuat semua karakter, pria atau wanita, berkumpul dengan sekedar berbalut handuk. Setidaknya untuk urusan terakhir ini, ada sedikit tambahan mekanisme yang berpengaruh pada sisi gameplay, yang akan kami bicarakan nanti.
Mengingat ia dibangun dengan pondasi tema yang jelas, maka tidak ada alasan untuk tidak memainkan game ini dengan menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar alih-alih dub bahasa Inggris yang harus diakui, terkadang terasa “kurang bernyawa” di beberapa adegan. Memenuhi dan mendukung cita rasa anime yang lebih kuat, VA Jepang memang jadi pilihan paling rasional.
Berita baiknya? Presentasi audio, terutama musik pengiring, juga pantas diacungi jempol. Dengan choir yang mendominasi, proses dramatisasi setiap pertarungan atau perjalanan yang Anda lewati memang terasa mengamplifikasi pentingnya peran Anda sebagai seorang “Mesias” di dunia yang berantakan ini. Walaupun harus diakui, bahwa beberapa loop lagu yang tercipta, justru lebih kuat meninggalkan kesan Velvet Room di Persona 5 daripada sebuah cerita soal pertarungan melawan monster-monster raksasa.
Jika ada satu hal yang kami sukai dari sisi presentasi ini, maka ia akan mengakar pada desain ragam efek visual yang muncul, baik ketika Anda mengayunkan begitu banyak varian senjata yang tersedia, semburan darah yang terjadi saat pukulan Anda melukai musuh, hingga sekedar animasi serangan dari skill yang bisa Anda picu. Ia meninggalkan kesan kuat bahwa dunia dimana Anda tengah berdiam ini, memang begitu terobsesi pada darah dan seberapa pentingnya ia dalam kehidupan. Desain para Revenant, cut-scene pendek saat Anda mengeksekusi serangan, desain monster dan boss yang Anda temui, berkontribusi memperkuat atmosfer dan tema dunia Code Vein yang ada.
Maka dari sisi presentasi, Code Vein sepertinya datang dengan target pasar yang jelas. Ia berusaha menangkap sebuah game action RPG bercita rasa Souls-like namun dengan pendekatan anime yang jauh lebih kuat dari sisi visual, audio, hingga ragam fan-service yang ia usung. Wibu Souls? Waifu Souls? Anda bebas memilih salah satu di antaranya dan alih-alih terkesan “menghina”, pilihan ini akan mendefinisikan Code Vein dalam kapasitas yang seharusnya dan selayaknya.
Darah, Darah, dan Darah
Banyak dari Anda yang mungkin datang dengan satu pertanyaan yang sama terkait Code Vein – apa yang membuatnya berbeda dengan Dark Souls ataupun seri Souls-like yang lain? Di luar sisi presentasi yang sudah kita bicarakan sebelumnya, hampir keseluruhan mekanik gameplay yang diusung Code Vein memang hadir dengan keunikannya sendiri. Kesemuanya berpusat pada tema yang memosisikan Revenant yang tampil tak ubahnya Vampire dengan darah sebagai makanan, fokus, dan nyawa itu sendiri.
Maka di sepanjang permainan, Anda akan menemukan begitu banyak hal yang direferensikan dengan kata “Blood” alias darah, bahkan di mekanik gameplay utamanya sendiri. Sebagai contoh? Blood Veil – yang bisa disederhanakan sebagai armor yang akan Anda temukan saat proses eksplorasi. Setiap Blood Veil akan hadir dengan status uniknya sendiri, yang bisa jadi menguatkan Anda di satu sisi tetapi juga mengorbankan sisi yang lain. Ada Blood Veil yang membuat Anda mampu membuat Anda bergerak dan menyerang lebih cepat misalnya, namun punya kapasitas daya tampung minim yang membuat Anda sulit untuk menggunakan senjata yang lebih berat. Atau Blood Veil yang berfokus untuk membuat Anda tahan banting melawan serangan-serangan magic berbasis elemen, namun payah ketika harus bertahan dari serangan fisik.
Sistem lain yang ditawarkan adalah Blood Gifts, yang notabene tak ubahnya sistem skill itu sendiri. Akan ada dua kategori terpisah yang bisa Anda pasangkan untuk karakter Anda – Blood Gifts yang bersifat pasif dan aktif. Yang pasif tentu saja akan berperan tak ubahnya buff yang akan senantiasa memperkuat karakter Anda, dari menambahkan status tertentu hingga membuat item regenerasi kini bisa memulihkan HP dalam jumlah yang lebih besar. Sementara Blood Gifts aktif berperan tak ubahnya skill yang harus Anda picu sendiri, yang bisa hadir dalam serangan spesial atau buff non-permanen yang hadir dengan beragam efek berbeda. Untuk Blood Gifts aktif ini, Anda harus mengorbankan resource bernama Ichor. Ichor akan bisa memulih bersama dengan banyaknya serangan biasa yang masuk atau lewat sistem serap darah yang bisa Anda picu. Jumlah Ichor yang bisa Anda bawa juga bergantung pada Blood Veil mana yang Anda kenakan.
Namun dari kesemua sistem Blood yang ditawarkan Code Vein, Blood Code adalah yang paling penting dan esensial untuk membentuk identitas game yang satu ini. Memenuhi narasi bahwa karakter utama Anda bisa menyerap darah karakter lain dan mengadopsi kemampuan mereka, Blood Code memang tampil tak ubahnya sistem Jobs di game RPG kebanyakan. Anda bisa menggonta-ganti Blood Code sesuka hati, yang masing-masing akan menawarkan penambahan status berbeda-beda, fokus pada jenis serangan spesifik, dan serangkaian Blood Gifts unik yang bisa Anda eksekusi nantinya. Beberapa Blood Code akan Anda temukan dari cerita, namun tidak sedikit pula yang meminta Anda untuk melewati proses eksplorasi terlebih dahulu sebelum bisa digunakan.
Maka, dari sisi gameplay, Anda sepertinya sudah bisa memprediksi pengalaman seperti apa yang Anda dapatkan. Melawan musuh-musuh menantang yang datang dengan tingkat kesulitan dan kuantitas yang merepotkan, Anda akan terus bertarung dari satu lokasi ke lokasi lainnya yang memang, terhubung dalam satu dunia yang besar. Seperti halnya bonfire di seri Souls, Anda juga akan menemukan “tempat aman” bernama Mistle yang tersebar. Ada dua jenis Mistle di game ini – yang memang menjadi tempat peristirahatan dimana Anda bisa meregenerasi item penyembuh, memperkuat karakter Anda, atau melakukan teleportasi ke tempat lain dan Mistle kecil yang hadir sekedar sebagai pembuka peta belaka tanpa ada kesempatan untuk interaksi lebih lanjut. Menemukan Mistle selanjutnya selalu akan jadi prioritas untuk memastikan progress Anda tidak sia-sia.
Lewat setiap pertarungan yang Anda lewati, Anda akan mendapatkan resource bernama Haze yang berperan tak ubahnya Souls di Dark Souls. Haze yang jumlahnya akan semakin menebal seiring dengan tingkat kesulitan musuh ini akan bisa digunakan untuk menaikkan level karakter yang ternyata bisa menembus lebih dari angka 100. Haze juga bisa digunakan untuk membuka Blood Gifts dari masing-masing Blood Code (semoga Anda masih bisa mengikuti istilah-istilah ini) yang memang menuntut jumlah Haze tertentu. Ada pula kebutuhan Haze dalam angka spesifik dan sebuah item material tertentu bernama “Activator” jika Anda ingin menguasai Blood Gift-nya ini hingga maksimal. Keuntungannya adalah kesempatan untuk menggunakan Gift yang sudah Anda kuasai ini walaupun Anda berganti Blood Code nantinya.
Haze tetap menjadi faktor resiko paling tinggi jika Anda berhadapan dengan kematian. Haze akan jatuh di lokasi terakhir Anda mati dan harus diambil kembali jika Anda menginginkan kesemuanya kembali. Namun jika Anda tewas lagi sebelum mencapai Haze tersebut, maka ia akan hilang secara permanen. Berita baiknya? Code Vein juga menyediakan satu mekanisme baru yang untungnya, sedikit meminimalisir resiko tersebut, yakni permandian air panas. Benar sekali, selain fan-service, berendam di permandian ini akan memungkinkan Anda untuk mengumpulkan kembali Haze yang terjatuh di lokasi manapun. Namun sebagai gantinya, Anda akan kehilangan setengah dari total Haze tersebut secara permanen. Opsi yang tentu lebih rasional untuk ditempuh jika ia memang terjatuh di arena pertarungan boss atau lokasi yang memang sulit untuk ditundukkan.
Maka seperti halnya seri Souls, progress cerita juga akan bergerak dari satu pertarungan boss ke pertarungan boss lainnya, hingga Anda bertarung melawan sang raja di akhir. Namun Code Vein juga menyematkan ragam misi sampingan yang bisa Anda tempuh lewat para NPC yang tersebar di area-area yang sudah Anda “bersihkan” sebelumnya. NPC-NPC ini akan hadir dengan permintaan khusus, dari menemukan item hingga membersihkan area spesifik. Reward item dan material menjadi motivasi, namun yang terpenting justru datang dari item bernama “MAP” alias peta. Reward item bernama “Map” ini akan membuka akses untuk sebuah level tantangan khusus bernama Depths, yang jadi gudangnya material dan Haze jika ingin Anda eksekusi. Beberapa dari NPC ini akan menuntut cukup banyak tugas sebelum Anda bisa memanen “MAP” dari mereka dan membuka akses Depths yang ada.
Satu yang unik dari Code Vein dan jadi salah satu elemen yang kami sukai adalah bagaimana mereka menangani sistem Companion yang ada. Bahwa companion-companion yang ikut menemani Anda saat cerita dan bertarung ini bukanlah sekedar karakter pendukung saja, tetapi juga menjadi “toko” untuk mendapatkan item dan senjata yang Anda incar. Namun tidak membelinya dengan menggunakan Haze, Anda harus membangun level kedekatan dengan secara konsisten memberikan mereka beragam hadiah yang Anda temukan di sepanjang perjalanan.
Berita baiknya? Hubungan pertemanan ini dipresentasikan secara kuantitatif hingga Anda tidak hanya bisa melihat efektivitas hadiah yang Anda berikan saja, tetapi juga sekaligus jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan item yang spesifik hanya tersedia di karakter tersebut. Sebagai contoh? Louis mematok pedangnya di level kedekatan 50. Untuk bisa mendapatkannya, Anda hanya perlu memberikannya hadiah sebanyak dan seefektif mungkin hingga level kedekatan tersebut menyentuh angka 50, yang kemudian seperti halnya mata uang, bisa Anda “habiskan” untuk mendapatkan pedang tersebut. Beberapa karakter companion juga menjual item material yang bisa Anda sematkan di senjata atau Blood Veil untuk efek tertentu, seperti Poison atau Slow misalnya.
Karena seperti halnya game dengan tema seperti ini, selalu ada kesempatan untuk memperkuat karakter di luar sekedar kenaikan level saja. Jika Anda menemukan item material yang tepat, yang biasanya dimulai dengan kata “Queen” di depannya, Anda bisa menempa pedang dan Blood Veil Anda di karakter blacksmith bernama Masamune yang akan membuat mereka lebih kuat dan efektif di saat yang sama. Setiap senjata dan Blood Veil bisa diperkuat hingga angka “+10” dimana semakin tinggi, semakin langka pula material yang harus Anda cari. Berita baiknya? Sistem ini menuntut jumlah dan bahan material yang sama di setiap tingkatan, hingga Anda tidak perlu pusing mencari material-material berbeda untuknya.
Maka dengan semua sistem yang ia tawarkan, jelas bahwa Code Vein berakhir menjadi sebuah game Souls-like yang tetap punya identitasnya uniknya sendiri, terutama dari sistem Blood Code yang berperan tak ubahnya sistem Job di game-game RPG pada umumnya. Bergabung dengan tingkat kesulitan yang menantang, sistem Haze yang bisa jadi motivasi utama untuk menghindari kematian, dan juga sistem misi sampingan dan Depths yang bisa Anda kejar, ada banyak alasan untuk terus sibuk membabat begitu banyak monster di Code Vein.