Review Monkey King – Hero is Back: Seekor Kera, Terpuruk, Terpenjara Dalam Gua..
Bukan AAA
Jika Anda berharap bahwa Monkey King: Hero is Back akan menjadi game dengan kualitas presentasi AAA, maka kami harus datang dengan berita buruk. Untuk Anda yang tidak terlalu familiar, ia merupakan proyek kecil developer asal Tiongkok – Hexadrive yang berusaha untuk memanfaatkan momentum kebangkitan industri game China untuk mulai masuk ke pasar non-mobile. Walaupun banyak dari sisi presentasinya setia dengan versi film yang ia adaptasikan, terutama dari model karakter yang ia usung, sisi ini bisa dibilang tidak sebaik yang dibayangkan. Karena untuk gamer yang tidak familiar seperti kami, hampir sebagian besar aspek yang lain justru kian mengukuhkan statusnya sebagai game dengan budget terbatas.
Salah satu keluhan terbesar kami tentu saja mengakar pada sisi aksi yang ia usung. Untuk sebuah game yang menawarkan genre ini sebagai daya tarik utama, aksi hack and slash seperti ini tentu saja adalah “nyawa” dari pengalaman bermain yang seharusnya. Namun alih-alih seru, cepat, dan intens, animasi sisi aksi Monkey King: Hero is Back ini justru terkesan kaku. Animasi serangan hadir repetitif, sistem kamera buruk yang seringkali membuat serangan Anda berakhir memukul udara, hingga sistem kombinasi serangan setengah hati yang sama sekali tidak terasa memuaskan. Berita buruknya? Tidak hanya datang dari Sun Wukong saja, masalah sama juga terjadi dan terlihat di semua musuh yang Anda temui di sepanjang permainan.
Cita rasa game non-AAA ini juga datang dari cara mereka menangani desain dunia yang bisa Anda jelajahi. Setiap level memang datang dengan desain linear dengan satu tujuan yang jelas, namun terkadang memberikan kesempatan sidetrack untuk mengumpulkan ragam resource yang akan kita bicarakan nanti perannya. Masalahnya? Tidak seperti banyak game modern yang sudah bisa membangun dunia super luas tanpa waktu loading sama sekali, Monkey King: Hero is Back masih terjebak pada gaya masa lampau. Benar sekali, untuk setiap transisi tempat yang Anda lakukan, bahkan ketika Anda masuk ke dalam rumah kecil sekalipun, Anda harus melewati waktu dan layar loading terlebih dahulu. Sebuah pendekatan desain yang benar-benar aneh.
Sementara dari sisi audio, tidak hanya musik yang tidak terlalu memorable, ia juga datang dengan voice acting barat yang begitu datar dan tanpa emosi, terutama untuk karakter Pat Kai dan Lieur. Tidak ada emosi yang terasa terekspresikan dengan baik, bahkan di kondisi genting sekalipun. Semuanya keluar layaknya teks yang sekedar dibaca dengan intonasi seadanya, tanpa ada kerja keras untuk membawanya ke level lebih tinggi. Namun setidaknya, untuk sisi presentasi visual, cut-scene yang ia tawarkan cukup pantas untuk diacungi jempol. Baik cut-scene bergerak ataupun presentasi cerita singkat lewat gaya slideshow, kesemuanya memberikan ekstra pesona tersendiri untuk karakter atau cerita yang ia usung.
Maka dari sisi presentasi, Monkey King: Hero is Back memang tidak terasa istimewa. Bahwa semua keterbatasan yang terlihat di sana, terutama dari kakunya animasi gerak dan serangan serta waktu loading setiap kali transisi area terjadi, menguatkan kesan bahwa ia memang sebuah game dengan budget rendah. Untuk sebuah proyek yang diklaim merupakan adaptasi dari film yang “mendulang emas” di negeri Tiongkok, ini tentu pendekatan yang dipertanyakan.
Solid, Tapi Tak Istimewa
Meracik sebuah game action memang terdengar seperti sebuah konsep yang sederhana, dimana Anda hanya harus memogram bagaimana sang karakter dengan beberapa jenis serangan, yang jika mengenai musuh akan melukai mereka. Jika HP musuh habis, mereka akan kalah. Sayangnya, terlepas dari kesederhanaan konsep seperti ini, meracik sebuah game action yang “memuaskan” adalah tantangan yang lain. Anda bisa melihat bagaimana developer sekelas Platinum Games misalnya, selalu menyuntikkan sistem evade, reward pantas dengan mengambil resiko saat menghindar, hingga ragam animasi keren yang membuat setiap pertarungan terasa intens. Monkey King – Hero is Back, sayangnya, justru mendarat di kalimat pertama.
Solid namun tidak menarik adalah kata yang kami pilih untuk menjelaskan sistem aksi yang ditawarkan game yang satu ini. Kera Sakti memiliki dua jenis serangan, kuat dan lemah, yang sayangnya tidak diikuti dengan serangan kombinasi memuaskan. Satu-satunya kombinasi serangan dua tombol yang bisa Anda eksekusi hanyalah runtut serangan lemah + 1 serangan kuat di akhir, dengan animasi serangan yang sama sekali tidak berubah. Monkey King: Hero is Back juga tidak mengusung sistem animation cancel, hingga Anda harus menunggu satu animasi serang selesai terlebih dahulu sebelum Anda bisa mengeksekusi serangan selanjutnya atau bahkan sekedar menghindari serangan. Ditambah dengan absennya sistem lockdown, setiap pertarungan terasa lambat, menjemukan, dan repetitif.
Monkey King: Hero is Back juga berusaha menyuntikkan sistem stealth yang jika berhasil Anda eksekusi, akan menghasilkan damage besar atau bahkan instant-kill untuk beberapa jenis musuh. Bahkan untuk konsep sesederhana ini sekalipun, ia masih memuat masalah di sisi desain. Ada level inkonsistensi yang terjadi, dimana terkadang Anda masih bisa mengeksekusi serangan kuat berbasis stealth ini walaupun posisi Anda sudah ketahuan oleh musuh lain di sekitar. Berita lebih buruknya lagi? Pergerakan stealth sang Kera Sakti ini juga terhitung lambat jika dibandingkan dengan gerak jalan musuh. Bahkan lebih buruknya lagi ketika Anda ingin mengendap-ngendap untuk membunuh secara instan musuh bak Golem yang memiliki sensor cahaya. Anda hampir selalu berakhir terdeteksi karena gerak mengendap Anda tidak sebanding dengan gerak sensor cahaya-nya yang berputar 360 derajat dalam kecepatan 2-3x lipat. Anda hendak berdiri dan berlari? Sensor ini akan langsung otomatis “menangkap” Anda.
Satu-satunya hal super menarik yang ia tawarkan adalah sistem magic dimana sang Kera Sakti, seperti yang diceritakan di mitologi, memiliki kemampuan untuk memunculkan beragam persenjataan dan kemampuan berbeda untuk mengatasi musuh yang ada. Dengan menggunakan resource spesifik – Magic Bar, berbentuk bar kuning di bagian bawah bar HP Anda, ada beberapa jenis Magic yang bisa Anda keluarkan. Ada yang membantu proses eksplorasi dengan memberikan Anda “true sight” untuk melihat objek mana saja yang bisa dihancurkan, bar HP musuh, hingga timing melakukan counter-attack. Ada juga yang memungkinkan Anda mengeluarkan sebuah kursi ajaib yang bisa digunakan untuk senjata melee, yang juga otomatis akan menahan serangan yang datang. Yang paling terpenting? Tentu saja kesempatan untuk mengeluarkan si tongkat sakti yang memperluas range dan memperkuat damage serangan Anda. Benar sekali, sang tongkat sakti sayangnya, bukan sesuatu yang bisa Anda keluarkan dan gunakan secara permanen.
Di luar potensi rasa jengkel yang mungkin muncul karena layar loading yang selalu terjadi setiap kali transisi area terjadi, proses eksplorasi Anda biasanya akan terbayar manis. Anda bisa mengumpulkan beragam material yang tersebar, yang jika Anda bawa ke merchant spesifik, akan memungkinkan Anda untuk meracik ragam item penyembuh – baik untuk Health ataupun Magic. Anda juga bisa mencari dan mengejar para Earth God yang tersembunyi untuk memperkuat atribut sang Kera Sakti, dari memperpanjang bar HP atau Magic, atau memperkuat damage serangan serta memperpanjang serangan kombinasi lemahnya. Satu merchant lainnya berbentuk patung Kwan Im memungkinkan Anda membuka atau memperkuat Magic yang ada, sekaligus mengunjungi lokasi-lokasi yang sempat Anda datangi sebelumnya.
Salah satu permasalahan terbesar Monkey King: Hero is Back juga mengakar pada desain musuh yang sangat terbatas. Walaupun waktu gameplay yang ia tawarkan cukup panjang, variasi musuh yang Anda temui di luar boss bisa dihitung dengan jari. Satu jenis musuh biasanya sekedar punya beberapa warna berbeda untuk sekedar menunjukkan level kekuatan mereka, namun berbagi animasi serang sama yang sekali lagi, tak butuh banyak strategi untuk ditundukkan. Desain level juga nyaris sama. Anda memang akan bergerak ke banyak lokasi dengan terain yang unik, namun tak banyak variasi gameplay yang ia usung. Tidak banyak puzzle, tidak banyak tantangan platformer, tidak banyak mini-boss rahasia yang bisa Anda tundukkan. Masalah seperti ini membuat Monkey King: Hero is Back terjebak di dalam satu sekuens repetitif yang menjemukan – hajar musuh dan bergerak ke area selanjutnya. Tetapi dengan aksi “hajar musuh” yang begitu dasar dan tidak memuaskan.