JagatPlay: 100 Game Terbaik Satu Dekade (2010 – 2019)

Reading time:
December 5, 2019
  1. Life is Strange (2015)

life is strange

Setelah kegagalan rilis Remember Me, keputusan Dontnod Entertainment untuk meracik sebuah game interactive story yang di kala itu melekat hanya pada dua nama developer – Quantic Dream dan Telltale tentu saja disambut dengan rasa pesimis, termasuk dari kami. Bahwa game yang bernama Life is Strange yang berdiri di bawah bendera Square Enix tersebut adalah resep pasti kegagalan. Namun siapa yang menyangka bahwa tema lebih remaja yang dikombinasikan dengan fantasi ternyata berhasil membangun cerita penuh emosi yang begitu menggetarkan hati. Walaupun harus diakui, beberapa tema yang ia usung mungkin tidak terasa relevan dengan hidup ramaja Indonesia.

  1. Outlast (2013)

outlast

Apa yang berhasil dicapai oleh Amnesia memang menginspirasi beberapa developer untuk membangun game horror yang serupa, namun dengan eksekusi lebih matang. Red Barrels via Outlast membawa gamer ke dalam sebuah rumah sakit jiwa misterius yang juga menjadi ruang eksperimen yang mengancam. Konsep karakter utama super rentan bekerja dengan begitu baik di sini. Namun harus diakui, salah satu yang membuatnya fantastis justru terletak pada eksekusi beragam jump scare tepat sasaran dan tak terlalu berlebihan yang berhasil membuat gamer antara berteriak atau membuat kontroler mereka ke tepi ruangan.

  1. Metal Gear Rising: Revengeance (2013)

metal gear rising revegeance

Sudah digoda cukup lama dengan ragam potongan video yang memperlihatkan sistem belah objek yang keren, namun tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Setelah melalui proses pengemabangan yang bermasalah, keputusan Konami untuk menyerahkan Metal Gear Rising: Revengeance kepada Platinum Games adalah hal terbaik yang mereka lakukan. Anda mendapakan sebuah cerita pasca Metal Gear Solid dari kacamata Raiden yang kini harus bertarung melawan musuh-musuh super keren dengan pedang tajam yang bisa membelah Metal Gear Ray layaknya pisau panas yang berhadapan dengan mentega. Sistem belah dalam bentuk slow motion dan pertarungan intens yang cepat membuatnya tampil sebagai salah satu game action terbaik yang pernah ada. Sayangnya, mimpi untuk sebuah seri sekuel yang sempat dibicarakan sepertinya kian jauh dari harapan.

  1. Hotline Miami (2012)

hotline miami

Menjadi salah satu pondasi perubahan persepsi bahwa terlepas dari pendekatan visual yang tidak setara dengan game-game AAA, sebuah game indie juga bisa menawarkan sesuatu yang tak kalah fantastis, ,seperti yang diperlihatkan Hotline Miami itu sendiri. Kisah kriminal dengan karakter memorable ini menawarkan cita rasa game shooter yang cepat, tetapi di sisi lain juga tetap butuh perhitungan. Bagian paling mengejutkan juga tentu mengakar pada pilihan musik yang ternyata fantastis. Cita rasa tahun 80-an mengalir kuat dari Hotline Miami yang di luar visualisasi yang sederhana, ternyata memuat daya tarik yang sulit untuk ditolak untuk gamer pencinta genre action.

  1. Tomb Raider – Reboot (2013)

tomb raider

Butuh selebrasi tersendiri ketika melihat sosok Lara Croft yang sempat “tenggelam” karena beberapa seri terakhir Tomb Raider yang penuh masalah dan buruk ternyata kembali relevan di industri game. Tangan dingin Crystal Dynamics berhasil membuat karakter ini bangkit kembali, yang anehnya juga didukung dengan resepsi positif pada perubahan gameplay dan pergantian visualisasi ikonik Lara Croft itu sendiri. Adalah keputusan yang pantas diacungi jempol untuk memulai era baru Tomb Raider ini dengan membawa Lara kembali ke petualangan pertamanya, yang memberikan insight lebih baik soal terror dan dilema moral ketika di satu titik, ia harus menghabisi nyawa manusia yang lain. Menggembirakan melihatnya kembali sebagai karakter yang tidak lagi dikenal hanya karena hotpants dan besar payudara-nya saja.

  1. Assassin’s Creed IV: Black Flag (2013)

black flag

Apakah ia seri game Assassin’s terbaik? Tidak. Apakah ia game bajak laut terkeren yang pernah ada di industri game? Dengan tanpa ragu, kami menjawab iya. Mengerti apa yang disukai gamer dari seri sebelumnya dan kemudian meracik sebuah game soal bajak laut yang diisi dengan nyanyian kru yang memanjakan telinga, sistem upgrade yang membuat Anda rajin mengumpulkan resource, visualisasi kepulauan tropis yang begitu berbeda, serta sistem pertarungan kapal super seru memang membuat Black Flag punya posisi yang istimewa di industri game. Bahwa tidak harus selalu soal robot, pesawat, atau infantri, Anda juga bisa menciptakan sebuah game pertempuran kapal perang lawas yang seru selama Anda membuat mekanisme kontrol yang ia usung, sederhana. Semua orang mengingat rasanya menjadi seorang bajak laut di Black Flag, namun hanya sedikit yang berakhir peduli dengan sisi cerita yang ada.

  1. Dragon’s Dogma (2012)

dragons dogma

Ketika nama Capcom selalu terasosiasi dengan produk-produk yang di versi final justru sering bertolak belakang dengan apa yang diinginkan oleh para fans, perusahaan asal Jepang ini ternyata sempat menelurkan sebuah game RPG keren yang belum pernah ditempuh sebelumnya. Bahwa di tengah situasi penuh keraguan ini, mereka berhasil melahirkan game sekelas Dragon’s Dogma yang kini seri sekuelnya terus dipinta oleh para fans. Cerita solid dan pertempuran melawan monster-monster raksasa menjadi highlight pengalaman yang membekas di hati.

  1. INSIDE (2016)

inside

Anda bisa bertanya kepada puluhan gamer yang sudah menyelesaikannya dan kami yakin, masing-masing dari mereka akan mengutarakan teori dan interpretasi yang berbeda terkait INSIDE. Game yang meminta Anda untuk berperan menjadi seorang anak kecil, tanpa diaog atau presentasi cerita eksplisit ini, siap untuk membawa Anda masuk dari dunia aneh ke dalam sebuah situasi yang tidak lagi bisa dinalar dengan logika. Namun di satu sisi, dengan presentasi dunia yang lebih banyak didominasi warna hitam dan abu-abu, Anda bisa merasakan aura keputusasaan dan misteri yang mengalir kuat di setiap jejak yang Anda ambil. Bahwa dunia INSIDE bukanlah dunia yang Anda kenali.

  1. Hellblade: Senua’s Sacrifice (2017)

hellblade

Sebagai sebuah game action, Hellblade yang notabene lahir dari Ninja Theory yang selama ini dikenal sebagai peracik genre action mumpuni, memang tidak bisa dibilang memesona. Namun konsep dasar yang hendak menggabungkan mitologi Norse dengan penyakit psikologis – schrizophrenia adalah apa yang membuat proyek ini begitu fantastis. Bahwa kombinasi konsep ini kemudian dipresentasikan lewat halusinasi suara dan visual yang tercermin jelas untuk merefleksikan kondisi psikologis Senua yang semakin memarah seiring perjalanan. Namun ia tetap memiliki lapisan misteri yang cukup untuk membuat Anda penasaran dan bertanya-tanya, apakah semua petualangan dan perjalanan yang ia lewati, memang benar adanya.

  1. Playerunknown’s Battlegrounds (2017)

pubg

Sama seperti kasus di Fortnite: Battle Royale, beberapa dari Anda mungkin setuju atau tidak setuju bahwa PUBG masuk ke dalam daftar game dekade kami, apalagi mengingat ia berada di posisi lebih tinggi daripada Fortnite itu sendiri. Walaupun ini bukan ide original mereka, namun PUBG memang harus diakui merupakan trend-setter sekaligus testimoni bahwa jika dieksekusi dengan baik, bahkan di level optimalisasi buruk sekaligus, game dengan genre battle-royale adalah ladang uang yang fantastis. Kita berbicara soal sebuah game yang di versi PC, tidak sulit menyentuh angka 2 juta user bersamaan di Steam di puncak popularitas dan berakhir menggeser game kompetitif original Valve seperti DOTA 2 dan CS:GO. Pasar PC-nya mungkin mulai meredup, namun PUBG tetap jadi salah satu game populer di pasar mobile saat artikel ini ditulis.

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…
March 19, 2024 - 0

Review Unicorn Overlord: Kuda, Tahta, Wanita!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Unicorn Overlord ini? Mengapa kami…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…