Review Coffee Talk: Ngadem, Ngobrol, Ngopi!
Toge Productions, hampir sebagian besar gamer Indonesia sepertinya sudah mengenal nama developer / publisher lokal yang satu ini. Selama beberapa tahun terakhir, nama yang satu ini memang menjadi motor pendorong rilis beberapa game lokal dengan kualitas mumpuni yang tidak hanya tersedia di PC, tetapi juga mulai merambah ke pasar konsol. Yang menarik adalah varian genre yang untungnya tidak selalu berkutat pada genre horror dengan menyuntikkan mitologi lokal di dalamnya. Toge Productions sudah melahirkan beberapa game menarik, dari game olahraga dengan setting luar angkasa hingga yang lebih “membumi” seperti Coffee Talk. Sebuah game visual novel yang berfokus pada sisi cerita.
Sudah cukup lama diumumkan dengan proses pengembangan yang memakan waktu, Coffee Talk memang berbagi konsep yang serupa dengan VA-11 Hall-A dari Sukeban Games. Gamer yang sekedar membaca dan melihat konsepnya memang akan menemukan elemen yang familiar di antara keduanya, walaupun ia tetap mengusung identitas yang unik di dalamnya. Kini, setelah penantian yang cukup lama, gamer akhirnya bisa berkesempatan untuk menjajal Coffee Talk secara penuh – sebuah seri novel yang membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam untuk diselesaikan. Sebuah kesempatan untuk menyelami dunia yang diracik oleh otak kreatif Indonesia dalam sebuah dunia fantasi fiksi dengan masalah yang nyata.
Lantas, apa apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Coffee Talk ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang berpusat dalam aksi ngadem, ngobrol, dan ngopi? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Selamat datang di Seattle 2020, sebuah kota ternama di Amerika Serikat. Namun tidak seperti Seattle yang kita kenal di dunia nyata saat ini, di luar intensitas curah hujan yang memang tinggi, Seattle yang ditawarkan Coffee Talk tampil bak sebuah dunia fantasi, dimana ia tidak hanya dihuni manusia saja, tetapi juga beragam ras makhluk lain dari Vampire, Orc, Elf, Succubus, hingga Nekomini yang dari perawakan mereka, memang sudah hidup dan membaur untuk waktu yang sangat lama.
Anda berperan sebagai seorang barista dengan sebuah kafe kopi dengan pengunjung setia yang untuk alasan yang tidak jelas, terus kembali dan kembali. Menjadi satu dari sedikit toko kopi yang buka di malam hari, Anda kedatangan begitu banyak karakter menarik yang hadir dengan masalah mereka masing-masing. Suasana tenang kafe dengan situasi kota yang terus-menerus diguyur hujan, Anda berperan tak ubahnya “cermin” tempat para karakter ini berkeluh kesah, sembari berusaha menenangkan mereka dengan menyediakan minuman non-alkoholik yang mereka pinta.
Seiring dengan waktu berjalan, Anda akan bertemu dengan semakin banyak karakter yang kerennya, juga menemukan jalan untuk membangun hubugan pertemanan satu sama lain mengingat frekuensi mereka saling bertemu di kafe milik Anda. Pelan tapi pasti, seiring dengan waktu berjalan, Anda akan mendapatkan gambaran lebih jelas soal konflik yang tengah mereka hadapi, bagaimana cerita mereka berlanjut, dan apakah konklusi yang mereka dapatkan memang memuaskan atau tidak. Sebagian besar karakter pendukung ini juga mengemuka dari ras-ras yang berbeda, sehingga Anda juga bisa sedikit “mencicipi” lore dunia dari ras-ras ini.
Lantas, karakter mana saja yang akan Anda temui sebagai sang barista? Konflik seperti apa saja yang mereka hadapi? Dan apakah masing-masing dari mereka akan mampu menyelesaikannya? Anda tentu saja harus memainkan Coffee Talk untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini.