Review One Punch Man – A Hero Nobody Knows: OK untuk Fans!
Kota Superhero
Berbeda dengan game fighting kebanyakan yang biasanya hadir dalam beragam pilihan menu untuk menawarkan pengalaman berbeda di halaman utama, One Punch Man: A Hero Nobody Knows sama sekali tidak menawarkan hal tersebut. Sebagai gantinya, Anda langsung dilempar masuk ke dalam hub seperti kebanyakan game Bandai Namco yang lainnya. Di dalamnya, Anda baru bisa mengakses mode Versus – dimana Anda bisa mengakses mode pertarungan, baik melawan player lain secara local, online, ataupun sekedar melawan komputer. Mode yang satu ini akan kita bahas secara terpisah di sesi artikel selanjutnya.
Yang menarik adalah fakta bahwa konsep ini memperkuat impresi kami bahwa inti One Punch Man: A Hero Nobody Knows memang bukan “game fighting”. Bahwa pada dasarnya Bandai Namco dan Spike Chunsoft hendak mereka ulang sensasi superhero di franchise One Punch Man dalam format sebuah game semi open-world yang meminjam konsep ala Yakuza atau eksplorasi di Persona 5, namun tidak memiliki opsi lain untuk mengunci mekanik gameplay aksi selain menjadikannya sebagai game fighting. Kesempatan masuk ke dalam genre fighting melawan player lain bisa dilihat sebagai “bonus mode” dan bukanlah sesuatu yang hendak mereka tonjolkan. Kita akan berbicara lebih jauh soal hal ini nanti, termasuk dari sistem unlock karakter yang kian memperkuat kecurigaan tersebut.
Hub yang disajikan memang tidak terhitung istimewa. Seperti kualitas visualisasi yang ia usung di karakter-karakter yang bisa Anda gunakan, kesetiaannya untuk menawarkan cita rasa anime yang kental dari detail karakter, animasi serangan, hingga pilihan warna juga tercermin dari tata desain kota yang sepertinya akan terasa familiar untuk Anda yang pernah menikmati sumber materi-nya. Menariknya lagi? Game ini juga berhasil menyajikan cukup banyak item kustomisasi, dari pakaian, warna, hingga bentuk wajah untuk memastikan karakter Avatar Anda tampil unik dan personal, terlepas apakah Anda tertarik untuk meracik sesuatu yang original atau mengikuti pakem desain karakter ikonik One Punch Man yang sudah ada sebelumnya.
Sayangnya, kualitas visualisasi ini tidak diikuti dengan representasi kota yang terhitung hidup. Kota berakhir sekedar menjadi hub untuk mengambil lebih banyak misi utama dan misi sampingan, yang jumlahnya mencapai ratusan jika Anda tertarik untuk menyelesaikan keseluruhan darinya. Sebagian besar karakter NPC akan berdiri diam di lokasi yang sudah ditentukan, tanpa pergerakan sama sekali. Anda juga biasanya hanya akan menemukan karakter hero yang lain berkeliaran jika mereka memang memiliki misi sampingan untuk Anda. Tidak ada event random untuk melawan kejahatan, tidak ada alasan untuk banyak mengeksplorasi hub ini, tidak ada sesuatu yang berhasil membuatnya terlihat “hidup”. Hub ini terasa seperti sebuah ruang kosong besar yang hanya berisikan Avatar player lain yang hilir mudik tidak jelas jika Anda bermain online. Sebuah potensi yang tentu saja sayang, tidak dimaksimalkan.
Namun untuk urusan karakter dan musik, sisi presentasinya tetap pantas untuk diacungi jempol. Seolah tidak ingin setengah-setengah, mereka memastikan bahwa hampir semua karakter yang sempat muncul di Season 1 versi anime-nya, terlepas dari seberapa kecilnya peran mereka, hadir sebagai karakter roster yang bisa Anda cicipi di sini. Masing-masing mereka datang dengan serangan khusus bernama “Killer Move” yang memang identik dengan mereka, animasi serangan kombinasi, dan serangan pemungkas akhir yang dramatis. Menariknya lagi? Setia dengan sumber materi yang ada, ada karakter seperti Mumen Rider yang tidak memiliki serangan pemungkas sama sekali, mengikuti jati diri di versi anime season 1 dimana ia memang tidak pernah mahir bertarung.
Sementara untuk urusan musik, walaupun musik di dalam momen pertarungan dan hub tidak bisa dibilang istimewa, namun keputusan untuk menghadirkan JAM Project – band legendaris yang identik sebagai suara di balik banyak OST anime populer termasuk One Punch Man itu sendiri tentu saja keputusan yang terhitung fantastis. Ditambah dengan cut-scene pre-rendered yang memuat banyak momen ikoniknya, musik dari JAM Project ini menjalankan tugasnya untuk membangun hype dengan baik di awal. Keputusan untuk memberikan pilihan VA bahasa Inggris ataupun Jepang juga keputusan yang pantas disambut dengan tangan terbuka. Sebagai gamer yang menikmati seri anime-nya (terutama Season 1), kami tidak ragu untuk memilih dan bertahan dengan VA Jepang.
Maka dengan semua kombinasi presentasi yang ia tawarkan, Bandai Namco sekali lagi berhasil menawarkan sebuah game berbasis anime yang setia di elemen yang satu ini. Bahwa untuk detail karakter dan kota yang menjadi hub Anda, bahkan dari sisi musik, ia memastikan bahwa One Punch Man: A Hero Nobody Knows ini memenuhi apa yang diinginkan oleh para fans. Namun sayangnya, kota yang ia tawarkan tetap mengusung masalah hub game BanCo yang lain – sepi, tidak dinamis, dan terasa seperti kota mati tak menarik yang hadir tak lebih dari sekedar ruang untuk memicu misi utama dan sampingan.
Sang Avatar
Berperan sebagai karakter Avatar Anda di dalam sebuah konsep hub seperti ini, Anda sepertinya sudah punya bayangan seperti apa pengalaman bermain yang Anda dapatkan. Benar sekali, seiring dengan cerita yang bergerak dan lebih banyak sisi kota yang bisa Anda akses, One Punch Man: A Hero Nobody Knows akan membagi misi menjadi dua jenis misi – utama dan sampingan. Utama berarti mendorong progress cerita sesuai kisah di anime dan misi sampingan akan memberikan Anda ekstra reward untuk diselesaikan. Beberapa misi sampingan juga datang dari karakter hero lain dengan ekstra cerita tambahan yang harus diakui, tidak seberapa menarik untuk diikuti. Jumlah akumulasi antara misi sampingan dan misi utama ini bisa mencapai ratusan.
Sebagian besar misi utama dan sampingan ini akan diperlihatkan dalam bentuk ikon dalam peta. Menariknya lagi? One Punch Man: A Hero Nobody Knows memutuskan untuk membagi format misi ke dalam dua area berbeda – Branch dan HQ yang masing-masing akan memberikan reward berbeda. Misi di Branch akan memberikan reward ekstra berupa nilai kontribusi pada masyarakat yang tidak berhubungan dengan level hero, tetapi biasa terikat pada reward EXP dan uang yang lebih tinggi. Sementara misi-misi di HQ juga datang dengan EXP untuk level hero, yang seperti di seri anime-nya, akan memungkinkan Anda melompat dari hero Level-C ke level-A bergantung pada seberapa rajin dan niat Anda menyelesaikan misi-misi repetitif dengan jumlah banyak ini. Anda juga akan menemukan misi sampingan di hub yang dipicu oleh ragam NPC yang biasanya akan meminta Anda antara mencari item atau mengalahkan musuh tertentu.
Maka lewat desain banjir misi yang ia usung, karakter Avatar yang Anda gunakan akan menguat. Ia akan menimbun sejumlah Skill Points untuk setiap kenaikan level yang berhasil dipicu, yang kemudian bisa didistribusikan ke beragam atribut sang Avatar yang masing-masing akan memperkuat aspek tertentu – dari sekedar damage serangan biasa, serangan spesial Killer Move, jumlah HP, hingga sekedar kecepatan muncul karakter support pendukung. Ada konsep kental game RPG di sini, apalagi dengan skill pasif berisikan buff yang juga bisa Anda sematkan, yang bisa Anda peroleh lewat sistem belanja di toko atau sebagai reward dari beberapa misi yang Anda selesaikan.
Namun sayangnya, terlepas dari segudang item kosmetik yang bisa Anda pasangkan untuk meracikan karakter Avatar sepersonal mungkin, fleksibilitas yang sama tidak ditunjukkan di sisi aksi itu sendiri. Game ini mengunci gaya bertarung Anda hanya dalam jumlah tertentu, yang berakhir merupakan “imitasi” dari gaya bertarung karakter hero yang lain. Gaya bertarung “Machine Type C” misalnya mengikuti semua animasi gerakan milik Genos atau “Weapon Type B” untuk Atomic Heart. Satu-satunya hal yang bisa Anda modifikasi hanyalah Killer Move dan Serangan Pemungkas yang lagi-lagi pilihannya terbatas pada gaya yang Anda pilih. Anda misalnya tidak akan bisa memilih gaya bertarung “Monster” dan menggunakan animasi pemungkas milik Metal Bat yang masuk dalam kategori “Weapon Type A”.
Untuk misi sampingan, game ini menawarkan cukup banyak tantangan yang terbagi ke dalam beragam level dan tingkat kesulitan. Sebagian besar akan menuntut Anda untuk menundukkan musuh, satu atau beberapa dalam satu level yang sama. Beberapa juga memberikan kesempatan bagi Anda untuk bertarung kembali melawan boss-boss lebih sulit yang menawarkan reward EXP besar di segala aspek, sekaligus ekstra item kosmetik untuk dipamerkan. Mengingat musuh-musuh ini terbagi dalam beberapa level, ada sedikit konsep “grinding” di sini. Tidak jarang Anda bertemu dengan situasi dimana Anda mustahil menang karena damage serangan Anda tidak sebanding dengan jumlah HP musuh yang tebal dan sebaliknya. Untuk situasi seperti ini, Anda biasanya didorong untuk menyelesaikan misi-misi level lebih rendah dulu, menuai level dan status, sebelum Anda siap bertarung kembali.
Kondisi ini memang terhitung sedikit menyebalkan. Apa pasal? Karena seperti kebanyakan game BanCo yang mengusung hal sama, misi-misi di One Punch Man: A Hero Nobody Knows ini terhitung begitu repetitif dan tidak menarik untuk dijajal berulang-ulang. Tidak jarang Anda akan menemukan situasi bahwa Anda sudah pernah melawan dan menundukkan musuh yang sama berulang-ulang, yang mungkin sedikit menguat dari status. Beberapa misi sampingan ini juga seringkali berujung dengan keharusan untuk melawan mereka dalam bentuk “gerombolan” bergilir yang berisikan karakter-karakter NPC musuh yang sudah Anda tundukkan pula. Tidak banyak ada alternatif atau modifikasi objektif untuk membuat situasi ini lebih menarik.
Sementara dari sisi misi utama, keputusan untuk bertahan dan setia dengan sumber materi utama – sang anime season pertama justru berakhir menjadi pedang permata dua. Apa pasal? Karena semua skenario pertarungan yang mengemuka berujung mengikuti apa yang harus terjadi di versi anime, membuat beberapa sekuens terasa seperti aksi buang-buang waktu yang hasilnya sudah Anda ketahui akan bergerak ke mana.
Seperti pertarungan Mumen Rider melawan Deep Sea King misalnya. Game ini sama sekali tidak memberikan kesempatan bagi gamer yang memiliki skill tinggi sekalipun untuk membuat Mumen Rider menang dan mencapai misi mustahil, yang seharusnya bisa ditangani Spike Chunsoft dengan menawarkan ekstra cerita tambahan sebagai reward misalnya. Namun yang terjadi? Pertarungan akan berakhir begitu HP milik Deep Sea King turun ke angka 90%, sebelum Saitama menyelesaikan segala sesuatunya dengan satu kali pukulan. Hal ini terjadi hampir di semua pertarungan boss yang ada. Ini membuat semua percakapan, sekuens bertarung, dan kerja keras yang Anda tempuh terasas sia-sia dan buang-buang waktu, apalagi ketika ia melibatkan karakter Avatar yang sudah Anda bangun dengan susah payah.
Satu desain menarik yang kami sambut dengan penuh suka cita di desain hub ini hanyalah misi-misi yang berkaitan dengan karakter-karakter hero di dalam kota. Mereka biasanya datang dengan cerita yang lebih menarik dibandingkan dengan misi sampingan dari NPC acak dalam kota, dan datang dengan reward yang menarik untuk dikejar. Misi-misi sampingan yang melibatkan hero ini akan membuat level kedekatan mereka dengan karakter Avatar Anda meninggi, yang berarti terbukanya akses untuk menggunakan gaya bertarung atau daftar panjang Killer Move yang mereka miliki. Beberapa misi ini hadir dengan cerita yang cukup mengundang senyum, seperti kisah Stinger yang ternyata cukup manis untuk menjadi superhero teladan bagi anak-anak dan warga sekitar yang terus mengikuti aksinya. Ada karakter seperti Blizzard misalnya yang mengharuskan Anda untuk mengenakan kombinasi kostum tertentu sebelum bisa memicu misi miliknya.
Maka dengan kombinasi-kombinasi ini, sisi cerita One Punch Man: A Hero Nobody Knows tidak bisa dibilang istimewa. Memang ada usaha yang jelas untuk mereplika dan setia dengan sumber materi yang ada, yang notabene merupakan anime season pertamanya. Namun eksekusi banyak dari hal ini terasa memble, dengan desain misi repetitif, hub yang terasa seperti “kota mati”, dan pertarungan filler omong-kosong yang tidak memberikan nilai tambah apapun mengingat Anda tahu bahwa Saitama pada akhirnya, akan jadi “solusi” untuk semua hal ini. Ini membuat waktu yang Anda habiskan dengan karakter Avatar Anda seolah tidak berkontribusi banyak pada pergerakan keseluruhan cerita.