Vivendi Menolak Pinjaman 1 Milyar Euro!
Vivendi merupakan pemain lama di dunia game dan film. Perusahaan besar ini juga dikenal sebagai pemain besar yang memegang mayoritas saham di Activision Blizzard, perusahaan game jempolan yang menelurkan maha karya seperti World of Warcraft, Starcraft 2, dan Diablo III. Namun, perusahaan sebesar Vivendi ternyata tidak luput dari krisis hutang regional Eropa yang kini sedang hangat dibicarakan di dunia finansial. Kabar terakhir mengenai Vivendi adalah penolakannya untuk mengambil pinjaman uang. Tidak tanggung-tanggung, jumlah uang yang ingin dipinjam Vivendi adalah 1 milyard Euro atau sebanding dengan US$ 1.32 milyard! Jumlah yang sangat besar bila Anda rela menyisihkan waktu untuk mengubah angkanya ke dalam Rupiah!
Penyebab utama penolakan pinjaman tersebut oleh Vivendi adalah jumlah rasio bunga yang ditawarkan, yaitu 90 basis point di atas rasio yang dimiliki Euro Interbank. Sebelumnya, Vivendi setuju untuk diberikan bunga sebesar 75 point. Peningkatan yang sangat tinggi melihat jumlah uang yang diminta! Krisis yang terjadi di Eropa ternyata memainkan peranan atas terjadinya kenaikan ini. Menurut Roger Francis, analis keuangan dari Mizuho Securities, Bank Eropa menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan akses likuiditas (uang) ke perusahaan yang berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya melalui cara peminjaman uang.
Padahal, Vivendi sendiri pada laporan keuangan di pertengahan tahun fiskal 2011 mengalami keuntungan besar. Hal ini dipicu oleh peningkatan penjualan konten digital Activision Blizzard, yaitu World of Warcraft. Namun, bulan lalu Vivendi terpaksa menjual 35 juta sahamnya di Activision Blizzard demi meningkatkan nilai perusahaan sebesar US$427 juta. Mayoritas saham Vivendi tentunya semakin berkurang setelah menjual sebagian besar dari 63 persen kepemilikan Activision Blizzard. Selain itu, Activision Blizzard sendiri aktif membeli saham mereka, tepatnya sebesar 43 juta saham senilai US$479 juta. Hal ini menjadikan Activision Blizzard semakin dekat menjadi pemilik mayoritas saham dan menjadi pemilik perusahaan mereka sendiri.
Source: Bloomberg