Preview Diablo III: Perwujudan Mimpi Puluhan Tahun!
Sudah tidak diragukan lagi, mata dunia saat ini tentu sedang tertuju pada “mahakarya” Blizzard yang baru saja dirilis – Diablo III. Bagaimana tidak? Diperkenalkan pada awal tahun 2001 silam, Diablo III seolah menjadi sebuah game impian dengan eksistensi yang tidak pernah pasti. Para gamer yang sudah mengantisipasi kehadiran game ini sejak tahun 2001 tentu saja memiliki satu mimpi yang sama, untuk segera memainkan game ini dan melampiaskan semua rasa penasaran. Namun nyatanya? Hal ini baru dimungkinkan 11 tahun kemudian. Setelah penantian yang begitu lama, Blizzard akhirnya merilis Diablo III ke pasaran dan langsung menuai antusiasme gamer yang tidak perlu diragukan lagi. Kami beruntung menjadi bagian darinya.
Kesan Pertama
Untuk sebuah game yang sudah dikembangkan lebih dari 10 tahun, Blizzard tentu menghadirkan visualisasi yang jauh lebih baik untuk Diablo III ini. Desain setting dan karakternya dibangun dalam kualitas yang terhitung baik, walaupun tidak bisa terbilang memesona dibandingkan game-game lain yang dirilis belakangan ini. Sayangnya, Anda tidak bisa melakukan zoom-in untuk menikmati semua keindahan grafis ini dalam tingkat yang lebih detail. Kesan klasik juga tetap dipertahankan oleh Blizzard dengan tetap mengusung gaya kamera isometric yang khas. Lantas bagaimana dari sisi gameplay nya sendiri? Anda yang begitu familiar dengan seri Diablo mungkin akan terkejut dengan seri terbaru ini.
Walaupun masih mengusung action RPG sebagai core utamanya, Blizzard mengubah banyak elemen yang di masa lalu mendefinisikan sebuah franchise Diablo. Anda tidak akan lagi menemukan skill dan atribut points untuk menciptakan karakter unik Anda. Sebagai gantinya, Anda akan dibekali dengan skill slot dan rune yang bisa didapatkan ketika Anda mencapai level-level tertentu. Bahkan boleh dikatakan, bahwa skill ini sendiri akan menjadi fokus permainan ketika Anda menjelajahi luasnya dunia Diablo III. Sistem equipment dengan level kelangkaan tertentu dan crafting menambahkan kesan MMO yang kental pada seri terbaru ini. Dibandingkan dua seri pertamanya, Diablo III benar-benar terasa sebagai sebuah game yang berbeda. Sebuah game yang seolah didesain agar lebih “familiar” untuk gamer-gamer pemula.
Sebagai sebuah game yang lebih berfokus pada pengalaman single player, Blizzard tidak segan untuk tetap mempertahankan kebijakan DRM yang menuntut Anda untuk terus terkoneksi pada server Battle.net lewat jaringan internet. Selain berfungsi untuk prosedur anti bajakan, Blizzard juga menyuntikkan fitur Auction House yang tampaknya akan menjadi salah satu motivasi utama para gamer untuk terus memainkan game ini. Apa itu Auction House? Kami akan membahasnya di artikel review nanti dan pengaruhnya pada “inti” sebuah seri Diablo itu sendiri.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, kami menyertakan screenshot di bawah ini untuk membantu memberikan sedikit gambaran. Sebagai catatan, preview dan review Diablo III ini akan didasarkan pada job Demon Hunter yang memang berfokus pada serangan range. Namun pemilihan job ini sendiri tentu tidak akan berpengaruh besar pada pengalaman bermain secara umum.