10 Game Paling Mengecewakan di 2014!
Menjelang penutupan tahun, dan tidak ada lagi momen yang lebih tepat untuk melihat apa yang sudah kita lakukan selama setahun terakhir ini, tentu saja – lebih pada kapasitas kita sebagai seorang gamer. Tahun 2014 adalah tahun yang cukup memanjakan bagi para gamer, apalagi dengan begitu franchise raksasa yang akhirnya menelurkan seri-seri teranyar mereka. Developer mulai beralih pada konsol generasi terbaru, melahirkan game-game dengan kualitas visual yang memang pantas menyandang predikat sebagai “new-gen”, dan developer indie secara konsisten mengeksplor konsep gameplay yang terhitung menyegarkan. Walaupun demikian, tidak sedikit pula yang justru hadir membawa lebih banyak kekecewaan daripada rasa puas. Game-game yang berujung tidak mampu memenuhi apa yang mereka janjikan sejak awal.
Semakin besar harapan, semakin pula besar kekecewaan yang bisa timbul, konsep ini mungkin paling tepat untuk menjelaskan salah satu kata yang kian sering diucapkan di industri game saat ini, Over-Hype. Dengan trailer dan screenshot yang dikemas sedemikian rupa, apalagi klaim dan janji para developer yang terus bergaung selama beberapa bulan sebelum rilis, tidak mengherankan jika gamer mulai membangun ekspektasi tertentu terhadap game yang mereka incar. Namun sayangnya, kita sering lupa bahwa industri game tetaplah sebuah bisnis. Hype yang sudah terbangun manis, berujung pada angka pre-order yang manis. Namun sayangnya, tidak seperti dongeng dengan akhir cerita indah, gamer justru mendapatkan sesuatu yang bertolak belakang dari apa yang mereka harapkan. Kekecewaan menjadi respon yang tepat.
Tapi ingat, mengecewakan bukan berarti buruk. Hampir sebagian besar game yang dimasukkan ke dalam list ini adalah game-game yang masih bisa dinikmati, bahkan menawarkan kekuatan visual, gameplay, dan terkadang – cerita yang solid. Mengecewakan di sini hanya mengakar pada ketidakmampuan game-game ini untuk hadir dalam kualitas yang sepadan dengan hype yang sudah terbangun selama ini. Game-game yang sudah membuat banyak gamer berharap dan bermimpi, namun berakhir melemparkan semua energi positif ke tanah dan menginjak-nginjaknya tanpa ampun.
Jadi, dari semua game yang dirilis di tahun 2014, game-game mana saja yang menurut JagatPlay paling mengecewakan? Berikut adalah list 10 game paling mengecewakan tahun ini:
10. Legend of Korra
Setelah Season 3 versi seri filmnya yang tampil begitu luar biasa, tidak heran jika banyak penggemar Avatar: Legend of Korra mengharapkan kualitas yang serupa di versi video gamenya. Apalagi game adaptasi ini disebut-sebut akan mengusung cerita baru yang menjadi semacam jembatan plot antara dua season berbeda. Kerennya lagi, ia dikembangkan oleh Platinum Games yang memang pantas menyandang gelar sebagai salah satu developer game action terbaik. Namun sayangnya, hasilnya justru berada di luar ekspektasi, dalam pengertian ini, mengecewakan. Platinum Games memang masih memperlihatkan taringnya dengan eksklusi mekanik gameplay action yang mumpuni, dengan empat elemen Korra yang bisa digonta-ganti dengan sensasinya yang unik. Namun di luar itu, game adaptasi ini jadi mimpi buruk fans. Platinum terlihat jelas tidak mengerti pesona franchise ini sehingga ia terasa seperti game action kacangan. Minim karakter cameo, kepribadian karakter yang tidak tercermin kuat, plot yang sangat lemah, aset yang terus digunakan terus-menerus, Legend of Korra tampil tidak memuaskan sama sekali.
9. Transformers: Rise of the Dark Spark
Transformers tumbuh menjadi sebuah franchise game action yang cukup diantisipasi setelah sepak terjang High Moon Studios yang terhitung berhasil “melahirkan kembali” potensi game yang satu ini. Lewat War on Cybertron dan Fall of Cyebertron, High Moon seolah membuktikan bahwa Transformers adalah semesta yang begitu luar biasa untuk dijadikan sebagai game action. Sayangnya, antisipasi yang sama untuk sang seri terbaru – Rise of the Dark Spark harus dibayar mahal. Ditangani oleh developer berbeda, seri ini seolah diracik sebagai seri “penggembira” untuk versi film – Transformers 4 yang dirilis dalam waktu berdekatan. Gameplay yang membosankan, karakter yang tidak kuat, plot yang tidak masuk akal, Rise of the Dark Spark justru mencederai popularitas franchise yang sudah mati dibangun oleh High Moon Studios itu sendiri. Sebuah seri yang luluh lantak karena nama besarnya sendiri.
8. Yaiba – Ninja Gaiden Z
Bayangkan betapa epiknya sebuah game yang akan memosisikan Anda sebagai seorang tokoh antagonis! Tidak main-main, misi utama Anda adalah membunuh Ryu Hayabusha – karakter protagonis ikonik Ninja Gaiden yang memang terkenal tangguh dan keren. Sejak plot seperti ini diumumkan, ada harapan untuk melihat pertempuran epik keduanya, dengan karakter yang kuat. Namun apa yang kita dapatkan? Selain visualnya yang unik, sebuah game yang tidak mampu menawarkan nilai jual apapun. Sistem kamera kacau, gameplay standar, plot generic, karakter yang tidak punya kepribadian sama sekali, Yaiba adalah contoh sebuah game yang sekedar meminjam nama besar franchise lain dan tidak lebih.
7. Assassin’s Creed Unity
Hype yang begitu besar, gamer mana yang tidak penasaran untuk melihat seperti apa visi dan misi Ubisoft untuk Assassin’s Creed ketika franchise ini memang dibangun khusus untuk platform generasi terbaru. Tantangan tersebut dijawab Ubisoft lewat seri Unity, lewat setting Revolusi Perancisnya yang memesona lewat serangkaian trailer dan screenshot yang ada. Namun apa yang kita temukan ketika game ini dirilis? Secara visual ia memang memesona. Ubisoft tetap pantas mendapatkan acungan jempol untuk kehebatan mereka mendesain kota Paris yang memesona, lengkap dengan tata cahayanya yang memanjakan mata. Gameplay-nya sendiri cukup solid, dengan karakter yang juga dipresentasikan dengan baik. Masalahnya, ia terasa seperti sebuah game yang belum benar-benar selesai dikembangkan sebelum dilepas ke pasaran. Assassin’s Creed Unity penuh dengan masalah teknis, dari paksaan mengunduh aplikasi mobile tertentu, sistem microtransaction yang tidak sepantasnya ada, framerate kacau, bug dan glitch yang terkadang memaksa Anda mengulang permainan, hingga kualitas cerita yang membingungkan. Kebijakan rilis tahunan yang dipaksakan oleh Ubisoft mulai memperlihatkan efeknya di seri ini.