Review Hatred: Sekedar Menjual Kontroversi!

Reading time:
June 3, 2015

Kontroversi

Sejak pertama ia diperkenalkan kepada publik, Hatred sudah memicu kontroversi.
Sejak pertama ia diperkenalkan kepada publik, Hatred sudah memicu kontroversi.

Seperti yang sempat kita bicarakan sebelumnya, Hatred memang kontroversial sejak pertama kali ia diperkenalkan. Banyak situs raksasa gaming merilis beragam artikel opini, menyebut game action racikan Destructive Creations sebagai standar terendah gaming, sebuah game yang seharusnya tidak pernah diciptakan. Di tengah status gaming sebagai kambing hitam banyak kasus kriminal, terutama di Amerika Serikat yang seringkali mengasosiasikan hal tersebut dengan kasus penembakan acak di sekolah, Hatred ditakutkan muncul sebagai justifikasi akan ketakutan akan efek negatif gaming tersebut. Ia terus disebut sebagai proyek kreatif yang terlalu mengagung-agungkan kekerasan di tingkatan yang sulit untuk ditoleransi. Sementara di sisi gamer, opini terpecah dalam dua kutub ekstrim. Ada yang tidak berkeberatan dengan konsep seperti ini, namun ada yang setuju bahwa Hatred tidak seharusnya eksis.

Kontroversi ini jugalah yang akhirnya membuat Hatred mendapatkan rating AO (Adult Only / Hanya untuk Dewasa) – menjadikannya sebagai game kedua yang mendapatkan rating ini hanya karena konten kekerasan tanpa konten ketelanjangan / seksual sama sekali. Gelombang ketakutan akan efek Hatred ini juga mulai menyebar ke banyak aspek. Epic Games sebagai pemilik lisensi Unreal Engine 4 yang menjadi basis pengembangan Hatred langsung merilis pernyataan resmi, bahwa mereka tidak ikut campur dalam proses pengembangan dan tidak lantas setuju dengan tema yang diusung oleh game ini. Portal distribusi digital seperti Steam juga sempat menolak distribusi game ini, namun akhirnya luluh ketika gamer menuntut Steam untuk membiarkan gamer sendiri yang menentukan mana yang pantas atau tidak pantas untuk mereka. Belum berakhir, Hatred kini juga gagal didistribusikan via GOG dan dilarang sebagai konten streaming untuk Twitch.

Ada ketakutan bahwa tema yang ia usung akan memperburuk nama industri game itu sendiri.
Ada ketakutan bahwa tema yang ia usung akan memperburuk nama industri game itu sendiri.
Berbeda dengan game seperti GTA V misalnya, membunuh orang tidak berdosa adalah keharusan dan menjadi bagian misi utama untuk Hatred.
Berbeda dengan game seperti GTA V misalnya, membunuh orang tidak berdosa adalah keharusan dan menjadi bagian misi utama untuk Hatred.

Pertanyaannya kini cuma satu, tentu saja. Apa yang membuat Hatred berbeda dengan game action lainnya yang memungkinkan Anda untuk membunuh orang awam tidak berdosa? Sebagai contohnya, GTA V, misalnya. Argumen yang paling sering terdengar adalah soal kebebasan. Di GTA V, Anda memang punya kesempatan untuk melepaskan rasa frustrasi dengan membunuh orang awam di tepi jalan dan bersenang-senang dengannya. Namun Rockstar tidak pernah menjadikan hal tersebut sebagai “misi” sama sekali. Gamer yang memilih aksi tersebut, dan Rockstar menyediakan konsekuensi lewat kejaran pihak berwajib dengan beragam senjata lengkap mereka. Sementara di sisi lain, Hatred adalah sebuah game yang mendorong Anda untuk membunuh orang tidak bersalah, bahkan menjadikannya sebagai bagian dari misi utama. Hal inilah yang kemudian menjadi kontroversi.

Satu yang pasti, terlepas dari kesengajaan ataupun tidak, Destructive Creations baru saja meluncurkan strategi marketing cuma-cuma paling efektif untuk Hatred. Dengan mengusung tema seperti ini, mereka berhasil menarik perhatian publik, terutama gamer tanpa mengeluarkan sepeserpun biaya. Hal sama yang akhirnya menarik kami untuk menjajalnya. Dari sisi gameplay? Ia tidak semenarik yang dibayangkan.

Gameplay? Meh.

Dari tema, ia mungkin kontroversial. Namun dari sisi gameplay? Sayangnya, tidak semenarik yang dibayangkan.
Dari tema, ia mungkin kontroversial. Namun dari sisi gameplay? Sayangnya, tidak semenarik yang dibayangkan.

Dengan kamera isometrik yang mengambil sudut gambar dari atas kepala sang karakter utama, Hatred bisa disimpulkan sebagai game action twin-stick shooter, genre yang tentu tidak asing lagi bagi Anda yang sempat menjajal Dead Nation atau Helldivers, misalnya.

Disebut dengan twin-stick shooter, karena bagi Anda yang menjadikan analog sebagai kontroler utama, kedua analog memainkan peranan paling penting untuk bergerak dan mengarahkan tembakan. Satu hal yang cukup menarik dari Hatred adalah aspek estetika yang ia usung. Seolah ingin memperkuat tone game yang gelap dan brutal, warna hitam-putih mendominasi game ini. Beberapa warna yang lebih cerah muncul dari objek elektronik, api, ataupun ledakan, menghasilkan elemen visual yang cukup mencolok. Memanjakan mata? Sayangnya, tidak. Dengan model karakter yang juga didominasi pakaian hitam, pilihan warna ini terkadang sering membuat Anda kehilangan arah dimana posisi karakter Anda, apalagi ketika pertempuran berjalan begitu panas.

Acungan jempol pantas diarahkan untuk pilihan estetika dengan warna hitam putih yang mendominasi.
Acungan jempol pantas diarahkan untuk pilihan estetika dengan warna hitam putih yang mendominasi.
Seperti halnya game action pada umumnya, inti Hatred tetap sama - melemparkan peluru ke siapapun yang berada di depan Anda.
Seperti halnya game action pada umumnya, inti Hatred tetap sama – melemparkan peluru ke siapapun yang berada di depan Anda.

Jadi apa itu Hatred? Destructive Creations menonjolkan posisi karakter utama Anda sebagai sosok antagonis. Seperti halnya latar belakang singkat yang muncul di awal cerita, Hatred bukanlah game action yang terhitung unik. Anda tetap mengangkat senjata yang Anda miliki, mengumpulkan senjata lebih kuat yang mungkin tercecer di jalan atau dari korban yang Anda bunuh, dan mulai menempuh objektif yang ditugaskan sebelum bisa beralih ke level selanjutnya. Bedanya? Seperti “nilai jual” utamanya, sebagian besar objektif utama Anda adalah berkisar soal membunuh orang awam tidak berdosa hingga dalam jumlah tertentu. Level sendiri dibuka secara bebas untuk dieksplorasi, dengan beberapa side-quest sampingan – seperti menghancurkan supermarket terdekat atau “membersihkan” lobby hotel yang ada. Intinya tetap sama, memastikan senjata api Anda terus meluncurkan peluru ke berbagai arah.

Untuk orang awam, perlawanan boleh dibilang sama sekali nihil. Sebagian dari mereka yang Anda bunuh tidak melawan balik, layaknya sasak tinju yang menerima begitu saja pukulan yang Anda lemparkan. Parahnya lagi, ada kelemahan juga di cara NPC bereaksi terhadap aksi Anda. Tidak sedikit orang awam yang justru hanya berdiri diam walaupun sudah jelas Anda baru saja meledakkan kepala orang di samping mereka. Proses ini terlihat mudah. Namun bukan berarti game ini akan membiarkan Anda melanggeng begitu saja tanpa perlawanan. Anda harus berhadapan dengan kekuatan oposisi dengan senjata yang lebih lengkap, dimulai dari sekedar satpam, polisi, SWAT, hingga tentara dengan senapan mesin. Yang cukup menarik, para orang awam yang terdesak juga terkadang bisa mengangkat senjata yang tercecer di jalan dan “memburu” Anda.

Membunuh civilian terasa seperti bertarung dengan sasak tinju. Walaupun terkadang, beberapa dari mereka bisa melawan balik jika menemukan senjata di sekitar mereka.
Membunuh civilian terasa seperti bertarung dengan sasak tinju. Walaupun terkadang, beberapa dari mereka bisa melawan balik jika menemukan senjata di sekitar mereka.
Tantangan utama berasal dari kekuatan oposisi yang juga mengangkat senjata, dari satpam hingga tentara.
Tantangan utama berasal dari kekuatan oposisi yang juga mengangkat senjata, dari satpam hingga tentara.

Satu yang pasti, ketika hal ini terjadi, Hatred terasa seperti game yang tidak mudah ditundukkan. Membunuh civilian tak berbeda dengan menjentikkan jari, sesuatu yang tak butuh usaha. Namun ketika melawan kekuatan oposisi dengan senjata? Hatred berubah jadi mimpi buruk dan terasa sulit. Mengapa? Karena Anda tidak hanya bertempur dengan 4 atau 5 tentara. Anda bisa bertemu dengan belasan hingga puluhan anggota SWAT atau tentara sekaligus, memburu Anda dari segala arah. Tembakan mereka akurat, jumlah mereka banyak, dan Anda akan terus terdesak. Game ini  berubah menjadi sumber frustrasi dalam waktu singkat.

Anda harus bertempur sengit di tengah kepanikan yang terkadang membuat Anda susah melihat dimana posisi karakter Anda karena warna pakaian hitam yang melebur bersama warna latar belakang. Hatred sebenarnya mengusung satu mekanisme yang akan membantu Anda bertahan hidup – Execution. Benar sekali, Anda bisa mengeksekusi korban Anda yang terkapar sekarat dengan gaya sinematik yang brutal. Ia tidak hanya digunakan untuk membuat karakter Anda terlihat lebih kejam, tetapi juga sebagai satu-satunya mekanisme “Healing” di Hatred. Benar sekali, terlepas dari logika yang tidak bisa diterima, Execution akan mengembalikan porsi Health Anda cukup besar. Hatred sebenarnya diciptakan dengan strategi seperti ini. Jadi Anda harus berperang terbuka melawan kubu oposisi, melakukan eksekusi ketika terdesak, dan kembali bertempur dengan health yang lebih banyak. Tapi, ada satu masalah ekstra yang tak kalah fatal.

Anda bisa mengeksekusi korban untuk mendapatkan kembali porsi health yang berkurang. Execution adalah satu-satunya solusi healing di Hatred.
Anda bisa mengeksekusi korban untuk mendapatkan kembali porsi health yang berkurang. Execution adalah satu-satunya solusi healing di Hatred.
Masalahnya? Tidak pernah ada indikator yang jelas apakah serangan Anda melumpuhkan atau membunuh target Anda secara instan.
Masalahnya? Tidak pernah ada indikator yang jelas apakah serangan Anda melumpuhkan atau membunuh target Anda secara instan.

Masalahnya? Anda tidak pernah bisa memprediksi korban mana yang langsung tewas di tempat atau memberikan kesempatan untuk Anda eksekusi. Tidak pernah ada indikator yang benar-benar jelas soal hal ini. Polisi yang Anda tembak dengan tiga peluru handgun bisa berakhir tewas seketika, sementara tentara yang Anda tembusi dengan 8 peluru AK-47 ternyata bisa berujung sekarat dan membuka kesempatan untuk Anda eksekusi. Ketika pertempuran berjalan panas dan terasa ketat, mencari “sumber health” justru menjadi sesuatu yang membingungkan, apalagi dengan peluru yang terus meluncur ke arah Anda dari segala penjuru. Sesuatu yang butuh diperbaiki oleh Destructive Creations, tentu saja.

Salah satu desain sistem Respawn paling menyebalkan.
Salah satu desain sistem Respawn paling menyebalkan.
Jika Respawn Points Anda habis, Anda harus memulai level dari awal lagi. Points ini bisa didapatkan dengan menyelesaikan side-quest yang ada.
Jika Respawn Points Anda habis, Anda harus memulai level dari awal lagi. Points ini bisa didapatkan dengan menyelesaikan side-quest yang ada.

Apalagi, game ini juga mengusung salah satu sistem Respawn paling menyebalkan dan “ketinggalan zaman” yang pernah kami jajal. Game action pada umumnya biasanya akan menawarkan sistem checkpoint untuk memfasilitasi progress Anda, yang mungkin akan terhenti di beberapa titik. Ia memberikan jaminan bahwa setidaknya, Anda tidak perlu memulai semua proses ini kembali dari awal. Hatred sebenarnya mengusung hal yang sama, hanya saja mereka membatasinya untuk tiga kali saja. Benar sekali, tiga kali Respawn Points bisa Anda gunakan untuk hidup kembali tanpa memulai level dari awal kembali. Namun ketika points ini habis, maka Anda dipaksa untuk melakukan Restart Level dan mengulang semua hal tersebut. Respawn Points sendiri bisa didapatkan dengan menyelesaikan side-quest yang ada, yang berarti membuka Anda pada kondisi yang jauh lebih riskan. Tewas saat berusaha mendapatkan Respawn Points? Skenario yang bisa saja terjadi.

Datang, bunuh, pindah tempat, datang, bunuh, pindah tempat, dan begitu seterusnya.Tidak ada variasi di Hatred.
Datang, bunuh, pindah tempat, datang, bunuh, pindah tempat, dan begitu seterusnya.Tidak ada variasi di Hatred.
Walaupun Anda bisa mengendarai kendaraan yang ada, tidak lantas membuatnya tidak terasa repetitif.
Walaupun Anda bisa mengendarai kendaraan yang ada, tidak lantas membuatnya tidak terasa repetitif.

Maka semua pengalaman dan mekanisme gameplay Hatred mengakar pada satu pengalaman yang sangat disayangkan, terasa repetitif. Ia memang tampil sebagai game action yang murni tanpa proses upgrade senjata atau karakter layaknya produk belakangan ini, namun ia juga tidak menawarkan hal baru apapun. Terlepas dari ragam level yang Anda temui, Hatred mengakar pada sensasi gameplay sama yang muncul terus-menerus: datang, bunuh, datang, bunuh, lompat ke level selanjutnya, datang, bunuh, datang, bunuh, datang, bunuh, dan begitu seterusnya. Tanpa variasi, tanpa ada usaha untuk menawarkan sesuatu yang berbeda dan unik. Anda memang bisa mengendarai kendaraan lowong mengelilingi kota, namun otomatis membuatnya terasa variatif? Sayangnya, tidak. Hasilnya adalah sensasi repetitif yang bagi kami, sulit untuk dinikmati.

Walaupun demikian, bukan berarti Hatred tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Implementasi Unreal Engine 4 yang ia usung menawarkan salah satu efek destruktif terbaik yang pernah kami lihat di video game. Ledakan benar-benar bisa menghancurkan objek apapun di sekitar, termasuk dinding sekalipun. Terus-menerus menembak dinding yang sama dengan shotgun, misalnya, juga bisa membuat dinding pecah. Hasilnya? Anda selalu bisa mengimplementasikan strategi yang dibutuhkan ketika berusaha menginfiltrasi sebuah rumah / gedung misalnya. Tidak siap melawan pasukan di baris terdepan yang siap dengan senjata api? Anda bisa saja bergerak melewati sisi gedung, melempar granat ke dinding, dan voila! Anda baru saja menemukan sebuah “pintu masuk” baru yang lebih aman untuk kepentingan strategis tertentu. Dengan efek api dan ledakan yang juga berwarna lebih terang di tengah dunianya yang didominasi warna abu-abu, efek ini terlihat kian dramatis.

Tapi bukan berarti Hatred hadir tanpa kebanggaan sama sekali. Ia menawarkan sistem destruksi lingkungan terbaik yang pernah kami lihat.
Tapi bukan berarti Hatred hadir tanpa kebanggaan sama sekali. Ia menawarkan sistem destruksi lingkungan terbaik yang pernah kami lihat.
Dengan senjata atau granat, Anda bisa menciptakan
Dengan senjata atau granat, Anda bisa menciptakan “pintu masuk” Anda sendiri.

Namun di luar itu, gameplay Hatred sendiri memang terhitung terlalu biasa, atau bahkan disebut di bawah standar. Seperti halnya cerita yang tidak punya latar belakang, Anda juga tidak bisa mendapatkan experience yang sebanding dengan hype yang sudah terbangun selama ini. Repetitif, kontrol yang terkadang terasa canggung, tingkat kesulitan yang tidak masuk akal, ada banyak game action lain yang mampu mengeksekusi konsepnya dengan lebih matang.

Pages: 1 2 3
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

April 11, 2024 - 0

Review Dragon’s Dogma 2: RPG Tiada Dua!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2? Mengapa kami…
March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…