10 Game Paling Mengecewakan di 2015!
Menjelang penutupan tahun, dan tidak ada lagi momen yang lebih tepat untuk melihat apa yang sudah kita lakukan selama setahun terakhir ini, tentu saja – lebih pada kapasitas kita sebagai seorang gamer. Tahun 2015 adalah tahun yang cukup memanjakan bagi para gamer, apalagi dengan begitu franchise raksasa yang akhirnya menelurkan seri-seri teranyar mereka. Developer mulai beralih pada konsol generasi terbaru, melahirkan game-game dengan kualitas visual yang memang pantas menyandang predikat sebagai “new-gen”, dan developer indie secara konsisten mengeksplor konsep gameplay yang terhitung menyegarkan. Walaupun demikian, tidak sedikit pula yang justru hadir membawa lebih banyak kekecewaan daripada rasa puas. Game-game yang berujung tidak mampu memenuhi apa yang mereka janjikan sejak awal.
Semakin besar harapan, semakin pula besar kekecewaan yang bisa timbul, konsep ini mungkin paling tepat untuk menjelaskan salah satu kata yang kian sering diucapkan di industri game saat ini, Over-Hype. Dengan trailer dan screenshot yang dikemas sedemikian rupa, apalagi klaim dan janji para developer yang terus bergaung selama beberapa bulan sebelum rilis, tidak mengherankan jika gamer mulai membangun ekspektasi tertentu terhadap game yang mereka incar. Namun sayangnya, kita sering lupa bahwa industri game tetaplah sebuah bisnis. Hype yang sudah terbangun manis, berujung pada angka pre-order yang manis. Namun sayangnya, tidak seperti dongeng dengan akhir cerita indah, gamer justru mendapatkan sesuatu yang bertolak belakang dari apa yang mereka harapkan. Kekecewaan menjadi respon yang tepat.
Tapi ingat, mengecewakan bukan berarti buruk. Hampir sebagian besar game yang dimasukkan ke dalam list ini adalah game-game yang masih bisa dinikmati, bahkan menawarkan kekuatan visual, gameplay, dan terkadang – cerita yang solid. Mengecewakan di sini hanya mengakar pada ketidakmampuan game-game ini untuk hadir dalam kualitas yang sepadan dengan hype yang sudah terbangun selama ini. Game-game yang sudah membuat banyak gamer berharap dan bermimpi, namun berakhir melemparkan semua energi positif ke tanah dan menginjak-nginjaknya tanpa ampun.
Jadi, dari semua game yang dirilis di tahun 2015, game-game mana saja yang menurut JagatPlay paling mengecewakan? Berikut adalah list 10 game paling mengecewakan tahun ini:
Battlefield Hardline
Usaha untuk menjauhkan diri dari sebuah seri Battlefield utama, bahkan dengan ekstra penundaan beberapa bulan yang ditawarkan, ada ekspektasi tersendiri bahwa Battlefield Hardline bisa menawarkan sebuah sensasi Battlefield yang berbeda, apalagi dengan konsep polisi – kriminal yang ditawarkan Visceral di dalamnya. Namun sayangnya, eksekusinya tak berakhir sebaik yang dibayangkan. Dirilis dengan harga penuh, Battlefield Hardline adalah sebuah game yang mudah dilupakan baik dari sisi multiplayer maupun single player. Eksekusi ala film-film polisi jadul Amerika di mode single player dan mode multiplayer yang berujung tak terlalu inovatif membuatnya menawarkan sensasi yang tak banyak berbeda dibandingkan dengan seri-seri utama Battlefield selama ini. Apapun konsep dan mimpi yang hendak dieksekusi oleh Visceral, apapun mimpi yang diharapkan gamer darinya, Battlefield Hardline gagal memenuhi semua harapan tersebut.
The Order 1886
Kami bisa dibilang sebagai kelompok gamer yang sebenarnya tak punya ekspektasi terlalu tinggi terhadap The Order 1886, terlepas dari fakta bahwa ia adalah salah satu game eksklusif andalan Sony untuk Playstation 4 tahun ini. Kami bahkan menyebutnya sebagai salah satu game yang berpotensi mengecewakan di 2015 ini. Dan hasilnya? Cukup terbukti. Satu-satunya hal yang pantas untuk dibicarakan dari The Order 1886 hanyalah kualitas visual dan atmosfer kota London versi steampunk-nya yang dieksekusi dengan manis. Namun Anda tahu, bahwa ada sesuatu yang salah jika satu-satunya hal yang pantas untuk dibicarakan dari sebuah video game yang seharusnya berakhir kompleks hanyalah visual yang mereka usung. Terlalu mainstream, konten yang sangat pendek, cerita yang terlihat jelas dibangun untuk sebuah seri sekuel, dan desain QTE yang dipertanyakan jadi catatan tersendiri untuk game yang satu ini. Indah? Iya. Menyenangkan? Tunggu dulu.
Star Wars Battlefront
Anda bisa membayangkan ekspektasi apa yang muncul di industri game sejak eksistensi seri terbaru Star Wars Battlefront diumumkan dengan DICE sebagai penanggung jawab. Sebagian besar gamer hanya berharap bahwa ia mampu menawarkan sensasi gameplay dan konten yang tak jauh berbeda dengan seri Battlefront lawas, namun kini didukung dengan visual lebih mumpuni. Untuk urusan kedua ini, DICE memperlihatkan taji mereka. Star Wars Battlefront dengan basis Frostbite pantas menyandang predikat sebagai calon game dengan visualisasi terindah tahun ini. Namun sayangnya, tak demikian dengan sisi gameplay yang ditawarkan. Terasa terlalu casual dengan beragam masalah balancing yang masih terjadi hingga saat artikel ini ditulis hanyalah sedikit dari masalah yang terjadi di Battlefront. Berita buruknya lagi? Ada kesan bahwa EA menjadikannya sebagai sumber uang baru yang sengaja dieksploitasi berlebihan. Harga yang ditetapkan tak sebanding dengan konten yang ditawarkan, lengkap dengan rencana DLC dengan harga tinggi sebagai “penyempurna” untuk masalah ini. Ini lebih difokuskan ke strategi bisnis EA yang justru mencederai game yang satu ini.
Tony Hawk Pro Skater 5
Seberapa mengecewakannya Tony Hawk Pro Skater 5? Cukup mengecewakan hingga kami sendiri bahkan tak tertarik untuk mencicipinya setelah membaca begitu banyak review yang dirilis oleh media-media luar. Ada mimpi besar bahwa inilah yang kita butuhkan, apalagi setelah performa dan kualitas seri Tony Hawk di era lawas yang sulit untuk dihapuskan dari otak begitu saja, sebuah seri game skating untuk platform generasi saat ini. Kita memimpikan sebuah game inovatif yang lebih realistis, sebuah kualitas sekelas Skate, sebuah game dengan konten yang mungkin menggoda dan mengejutkan di saat yang sama. Namun apa yang kita dapatkan? Sebuah proyek yang justru terlihat seperti usaha untuk menggali ekstra uang dari sebuah franchise yang hak gunanya akan kadaluarsa di akhir tahun 2015 ini. Activision “membunuh” apa yang seharusnya jadi pemenuhan mimpi para pecinta franchisenya. Grafis sekelas game Playstation 2, patch yang bahkan lebih besar dari ukuran game di hari pertama rilis, serta beragam glitch yang membuatnya mustahil untuk dicicipi jadi bukti dari mimpi buruk ini. Tidak membeli THPS 5, apalagi mengingat harga penuh game AAA yang ia tawarkan, adalah keputusan terbaik yang kami ambil tahun ini.