Bos Besar Sony Bicarakan Dead or Alive Xtreme 3
Sebuah identitas yang memang tak bisa lagi disangkal, bahwa franchise Dead or Alive milik Team Ninja dan Koei Tecmo selalu menjadikan sensualitas sebagai salah satu nilai jual ekstra yang mungkin menarik varian pasar gaming spesifik. Hal ini semakin “diperparah” ketika kita membicarakan seri spin-off Xtreme miliknya, yang menjual karakter-karakter wanita Dead or Alive dengan desain menariknya lebih eksplisit. Pakaian renang minim bahan jadi andalan. Dengan gelombang feminisme yang begitu kuat di region Barat, terlepas dari salah kaprah atau tidak, Team Ninja memutuskan untuk tidak merilis sang seri terbaru – Dead or Alive Xtreme 3 untuk region Barat, sebuah keputusan yang mereka lihat sebagai langkah terbaik. Langkah yang juga memicu boss besar Sony untuk angkat bicara.
Dalam wawancara terbarunya dengan situs gaming – 4gamer, Shuhei Yoshida – President dari Sony sendiri akhirnya angkat bicara soal absennya rilis Dead or Alive Xtreme 3 untuk pasar Barat. Yoshida menyebut bahwa hal ini terjadi lebih karena masalah budaya. Ia beranggapan bahwa dunia Barat selalu punya pemikirannya sendiri soal apa yang pantas / tidak pantas ketika membicarakan potret karakter wanita di dalam video game, berbeda dengan Jepang. Hal sama pulalah yang membuat game bernama Dragon’s Crown di masa lalu mendapatkan kritik pedas dan review buruk karena permasalahan serupa.
Dead or Alive Xtreme 3 sendiri rencananya akan dirilis untuk pasar Asia dan Jepang, di Playstation 4 dan PS Vita pada 25 Februari 2016 mendatang. Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Shuhei Yoshida ini?