Mantan Dev. Bioware Bicarakan Keserakahan EA

Reading time:
October 24, 2017
me-andromeda2-600x338

Electronic Arts, nama yang siap untuk membuat gamer mengembangkan rasa cinta dan benci pada saat yang sama dengannya. Nama ini merepresentasikan produk berkualitas, dari game raksasa, developer game jempolan, hingga teknologi fantastis seperti Frostbite Engine, misalnya. Namun di sisi yang lain, ia juga menjadi simbol dari keserakahan tanpa henti di industri game. Begitu berorientasinya perusahaan ini pada keuntungan, hingga ia seringkali berakhir dengan kebijakan tak populer yang sayangnya, juga berakhir membunuh banyak studio developer dan franchise potensial yang berdiri di bawah bendera raksasa mereka. Seperti yang terjadi di Visceral Games beberapa waktu yang lalu. Seberapa parah sebenarnya “isi” EA itu sendiri? Salah satu mantan dev. dari Bioware akhirnya angkat bicara.

Sempat berkarir selama tujuh tahun di Bioware Montreal yang menangani multiplayer Mass Effect 3 dan Mass Effect Andromeda, gameplay designer – Manveer Heir berbicara pada Waypoint Vice. Tidak ragu untuk berbicara terbuka, Heir menyebut bahwa salah satu alasan mengapa EA sekarang tengah “menggilai” genre open-world saat ini adalah karena kemudahan menyuntikkan monetisasi di dalamnya. Genre open-world membuat gamer mudah merasa ingin kembali dan kembali, sehingga proses menjual microtransactions menjadi lebih mudah. Untuk saat ini, Heir menyebut bahwa EA bukan lagi perusahaan yang memikirkan apa yang diinginkan gamer, tetapi apa yang kira-kira membuat gamer rela mengeluarkan uang lebih.

Berbicara dengan Waypoint, salah satu mantan dev. Bioware membicarakan keserakahan EA yang memang, membuat mereka tidak lagi tertarik meracik game single-player yang linear.
Berbicara dengan Waypoint, salah satu mantan dev. Bioware membicarakan keserakahan EA yang memang, membuat mereka tidak lagi tertarik meracik game single-player yang linear.

Lantas, seberapa efektifnya microtransactions ini? Terlepas dari kritik umum yang mengemuka, ia ternyata cukup sukses. Heir menyebut bahwa ia sempat menemukan salah satu gamer yang bahkan tidak ragu mengeluarkan uang sekitar USD 15.000 atau sekitar 200 juta Rupiah di multiplayer Mass Effect. Hal sama juga yang mendorong Bioware mengerjakan game sekelas Anthem, sebuah game open-world berbasis multiplayer yang menurut Heir, juga didesain untuk tujuan tersebut. Bagi Heir, game linear single-player sepertinya memang sudah mati di tangan EA.

Berbicara soal Mass Effect Andromeda dimana ia sempat terlibat, Heir mengaku bahwa game Andromeda yang keluar di pasaran beberapa waktu lalu sebenarnya bukanlah versi Andromeda yang sempat mereka kerjakan di awal. Mereka sempat berencana meracik sebuah seri prekuel yang disebut sebagai Mass Effect Contact, namun terus berubah, dan akhirnya tumbuh menjadi sebuah seri sekuel. Proyek ini sudah mengalami proses reboot berkali-kali hingga munculah versi Andromeda yang dinikmati gamer, yang disebut Heir sebenarnya memakan waktu pengembangan tak lebih dari 2,5 tahun.

Jika melihat pendekatan yang dilemparkan EA dengan Star Wars Battlefront II, Star Wars “Ragtag” yang kini ditangani EA Vancouver, dan Anthem, sepertinya yang dibicarakan oleh Heir ini memang kian mendekati kenyataan. Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah menurut Anda, game-game bertipe single-player memang berada di ambang kematian?

Source: Waypoint via Eurogamer

Load Comments

PC Games

January 20, 2023 - 0

Review A Space for the Unbound: Standar Tertinggi Game Indonesia Saat Ini!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh A Space for the Unbound?…
October 18, 2022 - 0

Review Uncharted Legacy of Thieves (PC): Drake Pindah Rumah!

Seperti apa performa dan fitur yang ditawarkan oleh Uncharted Legacy…
September 23, 2022 - 0

Review IMMORTALITY: Misteri Dalam Misteri Dalam Misteri!

Apa yang sebenarnya  ditawarkan oleh IMMORTALITY? Mengapa kami menyebutnya game…
August 19, 2022 - 0

Review Cult of the Lamb: Menyembah Setan Sambil Bertani!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Cult of the Lamb ini?…

PlayStation

March 15, 2023 - 0

Review Resident Evil Village (VR): Panik? Panik Lah!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Resident Evil Village dalam mode…
February 28, 2023 - 0

Wawancara dengan Naoki Yoshida (Final Fantasy XVI)!

Kami berkesempatan untuk mewawancarai otak Final Fantasy XVI - Naoki…
February 28, 2023 - 0

Impresi Final Fantasy XVI: Langsung Kandidat Game of the Year 2023!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Final Fantasy XVI? Mengapa kami…
February 24, 2023 - 0

Review Like a Dragon – Ishin: Drama Samurai yang Ramai!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Like a Dragon: Ishin? Lantas,…

Nintendo

November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
August 4, 2022 - 0

Preview Xenoblade Chronicles 3: Seperti Sebuah Keajaiban!

Kesan pertama apa yang ditawarkan Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
April 6, 2022 - 0

Review Kirby and The Forgotten Land: Ini Baru Mainan Laki-Laki!

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Kirby and the Forgotten…