Menikmati Atmosfer GESC: Indonesia DOTA 2 Minor

Seperti sebuah mimpi yang jadi kenyataan, itulah yang dirasakan oleh gamer penggemar DOTA 2 di Indonesia ketika mendengar kabar bahwa di tengah usaha Valve untuk mendistribusikan turnamen berhadiah fantastis di sepanjang tahun, negara kita akhirnya “kedatangan” salah satunya. Bukan turnamen raksasa dengan label “Major” memang, namun sistem point dan jumlah uang yang bisa dimenangkan menjadi salah daya tarik GESC: Indonesia DOTA 2 Minor yang berakhir, kedatangan beberapa tim raksasa yang menarik untuk diantisipasi. Kita bicara soal tim sekelas DC, Fnatic, EG, Infamous, hingga tentu saja – Na’Vi. Kita juga berbicara soal usaha salah satu tim asal Indonesia – RRQ untuk menguji kemampuan mereka.
Sabtu pagi, 17 Maret 2018, bertempat di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, kesempatan untuk menikmati turnamen tersebut akhirnya berlangsung. Sejak pagi hari, antrian gamer yang tidak sabar lagi hendak menyaksikannya sudah berbaris panjang, dengan begitu teratur dan tenang. Gamer yang membayar lebih mahal untuk mendapatkan tiket dan kursi VIP yang terletak lebih dekat dengan para pemain punya jalur sendiri, termasuk untuk media pula. Segala sesuatunya berjalan dengan seharusnya, dengan proses pemeriksaan keamanan yang juga dilakukan serius. Begitu masuk, Anda akan disambut dengan sebuah layar besar dan dua panel cukup berdekatan yang akan memuat tim-tim yang bertanding. Desain jalur jalan para tim yang terletak di tengah memungkinkan fans yang duduk di tepi untuk menyapa mereka, dengan begitu, menciptakan hype yang besar.


Ada sedikit kekecewaan memang bahwa desain stage yang ada, memang tidak terlihat seperti “standar” turnamen besar pada umumnya yang biasanya, didukung dengan soundproof booth. Dengan teriakan para fans yang begitu keras dan kencang, apalagi dengan audio komentator dan panelist yang juga disiarkan langsung via speaker raksasa yang ada, ada kekhawatiran bahwa suara-suara ini bisa “menembus” masuk ke dalam tim yang bertanding. Hal ini bisa berujung membocorkan informasi esensial atau sekedar memecah konsentrasi. Namun mengingat tidak ada satu pun tim yang mengeluh, baik secara langsung ataupun di Reddit, sepertinya tidak ada masalah dengan desain seperti ini. Walaupun sulit rasanya untuk tidak mengakui, bahwa terlepas dari kenyamanan tepat sasaran seperti lighting yang indah namun tidak mengganggu hingga ukuran layar yang masih bisa dinikmati di kursi belakang sekalipun, turnamen GESC tidak didesain semewah yang yang Anda bayangkan.


Jika ada satu hal yang perlu kami beri pujian tinggi tentu saja mengarah pada para crowd yang harus diakui, sangat teratur. Cukup teratur untuk mengerti batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tetapi tetap cukup berani mengekspresikan diri atas rasa cinta mereka pada DOTA 2 dan khususnya – Na’Vi ketika momen tepat itu hadir. Semuanya bergerak tanpa perlu dikomando. Antri pada saat masuk, antri pada saat jeda istirahat, antri pada saat makan, hingga antri pada ke toilet sekalipun, membuat atmosfer event berjalan dengan kondusif. Berteriak ketika harus berteriak, diam ketika harus diam, duduk ketika harus duduk, dan melompat kegirangan jika memang atmosfer mendukung hal tersebut. Yang Anda dapatkan adalah perkumpulan orang-orang yang bisa Anda mengerti, berbagi rasa cinta yang sama dengan Anda, tumpah di satu ruang yang sama. GESC: Indonesia DOTA 2 Minor juga menyediakan ruang terpisah untuk makanan dan beragam toko menarik, dari periferal gaming hingga Secret Shop untuk membeli pernak-pernik DOTA 2 secara resmi, tentu saja dengan harga yang tinggi.


Berbicara sebagai seorang media, memang ada sedikit konflik kepentingan di sini. Penyelenggara memutuskan untuk menggelar proses wawancara di ruang terbuka dengan para tim yang duduk di depan untuk dilihat oleh para fans, alih-alih memanfaatkan ruang tertutup terpisah yang tentu saja, memungkinkan kualitas audio lebih baik dan suasana yang lebih profesional. Namun di satu sisi, kami bisa melihat dari kacamata fans bahwa format seperti ini bisa dilihat sebagai sesuatu yang lebih baik, mengingat mereka berkesempatan untuk melihat tim sekelas EG duduk dengan jarak yang dekat, sembari berusaha menangkap gambar apapun yang mereka inginkan. Kami memahami situasi simalakama seperti ini.


Maka dengan semua kombinasi desain yang walaupun tidak seberapa mewah, namun tepat sasaran dan nyaman ini, GESC: Indonesia DOTA 2 Minor berujung menjadi turnamen professional yang di mata kami, fantastis. Didukung dengan pertandingan yang juga tidak kalah seru, terutama untuk pertempuran Fnatic vs Na’Vi yang penuh momen menegangkan, ia menghasilkan banyak momen magis untuk semua gamer DOTA 2. Teriakan membahana menyemangati tim favorit sembari mempertahankan keteraturan itu sendiri. Mereka yang datang karena ingin melihat tim kesayangan mereka, mereka yang ingin sekedar berbelanja, mereka yang ingin mencicipi atmosfernya, mereka yang ingin sekedar ikut tren, atau mereka yang hadir dengan ingin membuktikan bahwa 4 juta user DOTA 2 di Indonesia adalah angka potensial yang harus terus diperhatikan Valve. I think we are ready for a Major, Valve..