Review God of War: Babak Baru yang Mengagumkan!
Dunia yang Baru

Sudah bukan rahasia lagi memang bahwa Kratos kini tidak lagi berpetualang di daratan Yunani, tetapi terjun masuk ke dalam mitologi Norse bersama dengan Atreus. Sony Santa Monica tentu saja punya pekerjaan berat untuk memastikan bahwa setting yang Anda dapatkan berakhir berbeda dengan apa yang Anda temukan di masa lampau. Sejauh ini, mereka berhasil melakukannya.
Daerah Skandinavia yang menjadi “rumah” bagi para petarung hebat sekelas Viking memang punya pendekatan arsitektur dan dunia yang berbeda dengan apa yang kita kenal dari Yunani sebelumnya. Anda kini akan berpetualang di tempat dengan alam liar yang terlihat lebih indah, dengan pegunungan tinggi dan bersalju yang siap menyambut apapun yang Anda persiapkan untuknya. Tentu saja, Anda juga harus berhadapan dengan jenis monster yang berbeda, sekaligus reruntuhan dan bentuk peradaban yang unik. Apalagi mengingat bahwa mitologi Norse tidak hanya berkisar soal Midgard saja. Ada dunia lain dengan cita rasa berbeda yang siap menyambut aksi Kratos dan Atreus, lebih dari sekedar sebuah tempat dingin bersalju dengan aura mistis yang kuat saja.


Satu yang menarik, adalah timeline cerita itu sendiri. Kratos tidak tengah terjun di sebuah masa mitologi Norse yang masih “murni” dan damai pada saat God of War ini dimulai. Ia masuk ke dalam sebuah dunia dimana para ras di dalam mitologi Norse itu sendiri, sudah berbagi masa lalu kelam lewat beragam perang yang ada. Maka, Anda akan menemukan sisa-sisa konflik tersebut, berserakan di atas dunia yang tengah Anda jelajahi. Tiga ras utama di sini – Vanir, Aesir, dan para Giants sudah berbagi begitu banyak konflik dan kematian yang memperlihatkan hal tersebut dengan jelas lewat puing-puing di Midgard. Cerita dan kisah bagaimana mereka berusaha menghabisi satu sama lain juga dilemparkan lewat dongeng dari karakter bernama Mimir, atau sekedar dari informasi yang Anda temukan lewat eksplorasi yang Anda lakukan. Melihat bagaimana jejak-jejak mereka jelas tertinggal di Midgard menghasilkan pemandangan yang bahkan, lebih mengagumkan.
Menggunakan performa yang ditawarkan oleh Playstation 4, Sony Santa Monica memang menghasilkan sebuah produk yang lewat sisi detail, memang tampil memesona. Pada saat cut-scene terjadi, detail karakter seperti Kratos dan Atreus, dari lekuk otot, darah, cedera, ekspresi wajah, hingga hal kecil seperti bulu janggut pun terlihat penuh detail. Namun jika berbicara soal presentasi visual, satu fitur tambahan yang menurut kami berhasil menghasilkan sensasi pertarungan yang lebih epik adalah efek kehancuran lingkungan yang kini juga tersedia. Tengah bertempur di sebuah medan yang memuat pepohonan kecil atau kotak misalnya, pertarungan intens yang melibatkan musuh atau Anda yang terlempar kesana-kemari akan menghancurkan objek tersebut, bahkan terkadang, membuat efek partikel seperti salju berjatuhan.

Di samping kemampuannya menyajikan dunia keren dan kualitas visualisasi yang penuh detail, sensasi epik ini juga kian memancar kuat lewat implementasi soundtrack yang di telinga kami, tepat sasaran. Anda masih ingat dengan “Overture” yang sempat dipresentasikan secara live di pengumuman perdana God of War di E3 2016 yang lalu? Hadir di beberapa titik cerita, musik tersebut melebur sempurna dengan scene yang Anda hadapi di depan mata, memperkuat emosi yang terjadi. Tidak hanya Overture, beberapa soundtrack lainnya juga berakhir tidak kalah memesona. Elemen audio ini juga memperlihatkan kualitasnya lewat voice acting untuk semua karakter yang terasa tepat sasaran, sesuai kepribadian, dan mengalir natural, dari Atreus hingga dinamika pertengkaran antara dua bersaudara – Brok dan Sindri. Bagian terfavorit kami? Menggunakan headset di volume maksimal sebelum percakapan dengan si Serpent of World – Jormungandr yang punya bahasa uniknya sendiri di nada yang begitu rendah. Fantastis!


Acungan dua jempol juga pantas diarahkan pada desain musuh yang Anda temui. Berbeda dengan mitologi Yunani yang lebih banyak memuat karakter bak monster di dalamnya, Norse memuat ancaman dengan bentuk visual yang lebih berdasarkan bentuk humanoid dengan sedikit twist, baik Draugr yang tidak lebih dari sekedar mayat hidup, Troll raksasa dengan Totem mereka, hingga para Revenant yang tampil bak penyihir yang mampu menghilang. Semakin jauh progress permainan Anda, semakin banyak pula varian musuh yang Anda temui dengan animasi serangan dan kelemahan mereka yang berbeda-beda. Pelan tapi pasti, perjalanan Anda mencari puncak tertinggi di realm ini akan berujung pada usaha bertahan hidup dari monster beragam ukuran. Tentu saja, Anda juga akan “bersinggungan” dengan penghuni Asgard nantinya.
Dengan semua daya tarik ini, maka bisa disimpulkan bahwa tidak ada yang bisa dikeluhkan dari God of War terbaru ini. Memesona dari sisi visual, dunia, dan audio yang dihadirkan, Anda benar-benar akan dibawa masuk ke sebuah setting yang unik dan berbeda dibandingkan seri-seri God of War sebelumnya. Namun di sisi lain, ada tetap bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang misterius dan mengancam di balik gunung-gunung tinggi bersalju di sini.
Serupa tapi Tak Sama

Jika kita harus menyederhanakan tiga jenis perubahan paling signifikan yang ditawarkan Sony Santa Monica di seri terbaru God of War ini adalah: Atreus, Sistem kamera, dan juga Leviathan Axe sebagai senjata utama. Perubahan sistem kamera menjadi over the shoulder dan bukan lagi fixed seperti di era Playstation 2 dan Playstation 3 memang menawarkan sensasi gameplay yang kini berbeda. Secara mengagumkan, terlepas dari semua perubahan yang ia tawarkan, ia masih menyisakan sensasi familiar yang serupa dengan apa yang Anda kenal dari God of War selama ini.
Perubahan sudut pandang menjadi over the shoulder ala game seperti The Last of Us atau Resident Evil 4 tentu menghadirkan satu konsekuensi yang pasti – sensasi permainan yang lebih sinematik. Menikmati pemandangan dunia yang baru dari sudut pandang ini, bersama dengan struktur bangunan yang ada tentu menghasilkan skala kemegahan yang seharusnya, dari ukuran, luas, hingga ragam efek visual yang mengikutinya. Maka seperti game-game yang mengalami pendekatan serupa pula, ada banyak fungsi yang tidak lagi bisa Anda temukan di sini. Fungsi tombol melompat atau memanjat kini berdasarkan prompt pada situasi tertentu, dan tidak bisa lagi dieksekusi secara manual. Pendekatan ini membuat God of War, terasa lebih modern.


Namun satu hal yang menarik, implikasi terkuatnya tentu ada pada sensasi pertarungan yang Anda lewati. Bertarung dengan kamera fixed yang lebih banyak isometrik di seri lawas tentu berbeda ketika Anda menikmatinya dengan sudut pandang kamera lebih dekat. Dengan sensasi pertarungan yang lebih personal seperti ini, maka pertarungan menjadi lebih difokuskan pada 1 vs 1 dan berusaha mawas pada ancaman yang datang dari luar sudut pandang Anda. Menyerang satu musuh dan berusaha menghabisi mereka secepat mungkin sebelum berpindah ke musuh yang lain akan jadi kunci kemenangan. Untungnya, seperti seri masa lampau, senjata baru Kratos – Leviathan Axe mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Sensasi menggunakan Leviathan Axe tentu berbeda dengan Blade of Chaos di seri-seri sebelumnya. Ia punya range lebih pendek dan animasi serangan biasa dan kuat yang tentu saja berbeda. Namun satu yang pasti, ia tetap efektif untuk menghancurkan musuh apapun yang Anda temui lewat kombinasi yang ada. Maka seperti game action pada umumnya, Kratos akan bisa mengeksekusi serangan kombo untuk menghasilkan damage atau efek tertentu. Beberapa animasi akan punya efek berbeda, seperti serangan kuat yang berpotensi meluncurkan musuh Anda ke udara untuk membuat mereka terbuka untuk serangan lebih lanjut. Semakin jauh progress permainan, semakin banyak pula kombinasi serangan yang bisa Anda akses. Tangan Anda akan terus sibuk karena tuntutan untuk menggabungkan ragam serangan terpisah ini menjadi satu serangan runtut untuk efek maksimal. Ada serangan yang meminta Anda untuk menahan tombol untuk membuat serangan lemparan kapak memutar, ada serangan dengan efek AOE yang bisa dieksekusi dengan berlari, hingga serangan kuat yang ditahan untuk damage besar yang bisa ditutup dengan animasi finishing yang lain. Secara mengejutkan, bahkan di pertarungan melawan boss sekalipun, porsi QTE untuk God of War sendiri juga sudah berkurang jauh. Proses menghabisi monster tertentu dengan scene yang epik biasanya bisa diselesaikan dengan hanya menekan satu tombol trigger saja, dan tidak lebih.


Leviathan Axe, seperti yang bisa Anda prediksi, tentu bukan sekedar diayunkan saja. Anda juga bisa melemparnya untuk tiga tujuan: menyerang, puzzle, atau untuk sekedar iseng. Perlu diingat, lemparan kapak milik Kratos ini tidak akan kembali secara otomatis. Sony Santa Monica bahkan menetapkan satu tombol khusus yang ditujukan untuk memanggilnya kembali. Walaupun jarak tempuh yang dihasilkan tidak selalu nyata, dimana semakin jauh Anda meninggalkannya – semakin lama pula waktunya untuk kembali ke tangan Anda, namun ini menghasilkan efek keren yang juga berguna di pertarungan dan puzzle. Jalur lempar kapak dari tangan Anda dan kembali ke tangan Anda dihitung sebagai serangan jarak jauh dengan damage tersendiri. Perlu diingat pula, bahwa kapak Kratos juga diperkuat dengan elemen es yang di momen tertentu, akan mampu membuat musuh membeku dan tentu saja, lebih bebas untuk Anda serang. Anda juga bisa melemparnya atas nama iseng, hanya untuk melihat seberapa jauh Anda bisa melempar kapak Anda di area bebas dan berapa lama ia kembali ke tangan Anda. Percaya atau tidak, di titik tertentu, Anda akan menjajalnya.
Elemen lain yang membuat peran kapak ini menjadi penting adalah rangkaian puzzle yang harus Anda lewati, baik untuk mengejar progress cerita ataupun sekedar membuka beragam peti yang berisikan reward yang menarik. Banyak dari puzzle ini akan meminta Anda untuk memerhatikan mekanisme pintu atau katrol tertentu misalnya, yang dengan kapak Anda, Anda bisa membuat mereka berhenti sementara sampai Anda memutuskan untuk memanggil kapak Anda kembali. Peti harta karun lebih penting yang berisikan komponen-komponen yang bisa menyediakan upgrade untuk bar HP dan Rage Anda misalnya, juga biasanya ditempatkan di dalam mekanisme yang mengharuskan Anda membuka tiga buah kunci dengan simbol berbeda. Simbol yang biasanya tersemat dalam batu atau lonceng, yang dengan lemparan kapak Anda, harus dihancurkan atau dibunyikan.


Lantas, bagaimana jika Anda tengah panik dan lupa untuk memanggil kapak Anda? Tenang saja, Kratos tetaplah seorang dewa dengan kekuatan fisik yang luar biasa. Anda tetap bisa bertarung dengan tangan kosong. Uniknya, pertarungan tangan kosong ini juga memuat mekanisme lain di dalamnya. Berbeda dengan Leviathan Axe yang menjamin damage yang cukup besar untuk setiap serangan, pukulan tangan kosong akan lebih efektif untuk memenuhi bar Stun milik musuh yang diwakili dengan garis berwarna merah muda di bawah HP mereka. Begitu bar Stun ini penuh, Anda bisa memicu aksi eksekusi dengan damage super besar, yang bisa jadi berakhir membunuh mereka. Sebagai contoh? Gerakan ikonik Kratos yang mampu naik ke atas Ogre dan mengendalikannya misalnya, kini bisa dikejar dan diakses dengan berupaya memenuhi bar stun ini terlebih dahulu. Beberapa varian musuh juga didesain untuk anti-Leviathan Axe yang membuat senjata ini tidak berguna, hingga tangan kosong menjadi keharusan.
Untungnya, Anda juga akan dibantu oleh Atreus yang tidak hanya berfungsi sebagai elemen cerita saja, tetapi juga terlibat secara aktif dalam pertempuran. God of War bahkan memberikan Anda satu tombol tersendiri untuk memerintahkan Atreus menembakkan panahnya. Fungsinya, tentu saja bukan sekedar untuk damage yang notabene tidak bisa terhitung efektif. Atreus bergerak layaknya karakter pendukung untuk Kratos dan berfungsi sebagai sebuah “senjata range” yang terus bisa diakses ketika dibutuhkan dengan jumlah panah yang layaknya skill, berbasis cooldown. Panah Atreus bisa digunakan untuk memancing perhatian musuh agar Kratos bisa menyerang lebih bebas, atau sekedar membuat mereka yang bergerak super cepat seperti Revenant mengalami sedikit waktu stun hingga bisa diserang. Seiring dengan progress permainan, dengan varian panah yang terbuka, Atreus juga bisa menggunakan panah cahaya dan panah listrik yang akan punya efek berbeda pada musuh dan bisa dimaksimalkan untuk kondisi tertentu. Panah ini juga akan menjadi kunci beberapa puzzle yang Anda temukan di sepanjang permainan.


Trik Kratos masih belum berhenti sampai di sana. Walaupun masih didukung dengan aksi rolling untuk menghindari serangan, ia kini juga dibekali dengan sebuah shield di tangan kirinya. Dengan menggunakan Shield ini, Anda akan bisa menangkis sebagian besar serangan tanpa damage atau melakukan parry untuk melakukan serangan balik berbasis timing. Musuh juga akan punya serangan yang tidak bisa di-blok yang biasanya diikuti dengan sebuah indikator berwarna merah untuk memberikan peringatan pada Anda. Mengikuti sepak terjang Kratos di seri masa lampau, dengan sebuah bar Rage yang akan terisi seiring dengan pertarungan yang Anda lewati, Kratos bisa mengakses Spartan Rage yang akan membuatnya mengamuk dan menyerang membabi buta dengan tangan kosong. Tidak menjadi solusi “instan” untuk semua masalah dan jenis musuh yang Anda hadapi, Spartan Rage pada akhirnya lebih efektif untuk membuat bar Stun milik musuh penuh alih-alih langsung menghabisi mereka. Menyimpan dan menentukan kapan tepatnya untuk melepaskan energi ini akan cukup krusial menghadapi beberapa varian musuh, yang menyulitkan baik dari sisi kualitas dan kuantitas.
Dan pada akhirnya, Leviathan Axe juga menghadirkan satu konsep baru yang berbeda pada serangan Kratos. Sesuatu yang disebut sebagai Runic Attack. Anda bisa melihatnya sebagai sistem skill berbasis cooldown yang bisa diperkuat dan dibongkar-pasang, tergantung pada kebutuhan Anda, dengan proses pembagian kategori berdasarkan serangan ringan dan berat milik Kratos. Ada banyak varian Runic Attack yang bisa Anda dapatkan dan gunakan, dan masing-masing akan menawarkan keuntungan tersendiri dalam pertempuran. Ada yang punya efek sangat lugas seperti serangan dengan damage besar, namun tidak sedikit pula yang berfungsi lebih efektif sebagai crowd-control, dimana serangan bisa berujung pada efek es atau sekedar punya area yang besar untuk memastikan Kratos aman.


Walaupun di awal, perubahan yang ditawarkan terlihat begitu signifikan, namun pelan tapi pasti Anda akan menemukan bahwa konsep dasar God of War yang selama ini kita kenal masih tersisa dan mengalir kental dari sistem pertempuran dengan sudut pandang kamera baru, musuh baru, dan senjata yang baru ini. Beberapa pertarungan boss bahkan akan menyulitkan, hingga cukup untuk membuat Anda frustrasi. Ada musuh yang didesain untuk mewakii pengalaman yang tidak banyak berbeda dengan Dark Souls, dimana mereka punya serangan dengan damage besar dan animasi repetitif yang butuh Anda perhaitkan untuk dihindari. Namun jika Anda merasa bahwa varian boss optional ini tidak cukup sulit, Anda selalu punya kesempatan untuk menikmati game ini di tingkat kesulitan tertinggi yang akan membuat musuh biasa seperti Draugr sekalipun, menjadi sangat menjengkelkan dan mematikan.
Dengan kombinasi seperti ini, God of War tampil sebagai game yang secara pondasi, solid. Untuk gamer yang sempat mencicipi seri lawasnya, ada sesuatu yang familiar dengan gaya bertarung Kratos yang tidak pernah mengenal kata ampun di sana. Bagi gamer baru, kombinasi yang bisa Anda akses di atas varian musuh yang cukup banyak akan membuatnya terasa menegangkan seru. Untuk gamer yang datang dengan mencari tantangan, percayalah, Anda selalu bisa mendapatkannya di tingkat kesulitan tertinggi.