Review ARTIFACT: Bukan Game Kartu Main-Main!

“Valve tidak lagi membuat game karena terlalu sibuk menikmati kekayaan dari Steam”, berapa sering Anda mendengar pernyataan yang satu ini? Di satu sisi, ada benarnya. Keuntungan raksasa yang didapatkan dari Valve lewat sistem bagi hasil penjualan Steam memang membuat mereka seperti tidak punya lagi punya hasrat untuk mengembangkan game single-player berkualitas seperti yang mereka lakukan di masa lalu. Tidak ada lagi kelanjutan dari seri-seri fantastis mereka, walaupun spekulasi dan rumor terkait versi VR sempat mengemuka. Valve kini jelas lebih berkomitmen untuk menghadirkan game berbasis multiplayer dengan konten micro-transactions di dalamnya, yang sejauh ini terlihat sukses di pasaran. Setelah kesuksesan yang diraih oleh DOTA 2, mereka akhirnya melepas ARTIFACT ke pasaran.
Sejak pertama kali ia diperkenalkan kepada publik, ARTIFACT memang didesain sebagai “game kartu yang didasarkan pada semesta DOTA 2” dan bukan sekedar usaha untuk mentranslasikan atau mengubah kompleksitas DOTA 2 sebagai MOBA ke dalam permainan kartu. Ia ditangani langsung oleh otak di balik permainan kartu super populer – Magic the Gathering, dengan konsep permainan yang baru. Satu hal yang menarik, adalah keseriusan Valve untuk meracik sistem ekonomi yang sepantasnya untuk Artifact, membuatnya terasa seperti game kartu fisik yang “sekedar” ditranslasikan ke dalam bentuk digital. Ini berarti, ada potensi investasi untuk kartu-kartu yang memang langka di pasaran.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan Valve dengan ARTIFACT? Mengapa kami menyebutnya sebagai game kartu yang bukan main-main? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Seperti halnya permainan kartu yang seharusnya, lore yang ditawarkan ARTIFACT memang didasarkan pada semesta DOTA 2. Namun tidak akan berhenti sampai di sini saja, seiring dengan progress yang berjalan dan update yang dikeluarkan, besar kemungkinan cerita akan terus tumbuh dan berkembang. Lebih banyak faksi, lebih banyak pihak yang terlibat, berarti lebih banyak kartu untuk ditambahkan nantinya sebagai bagian dari gameplay itu sendiri.
Untuk saat ini, ARTIFACT berfokus pada konflik tiga faksi lewat event “Call to Arms”. Hampir semua kartu yang dirilis dan lore yang teracik dibangun dari konflik antara: Bronze Legion yang dipimpin oleh Legion Commander aka Tresdin, Red Mist Army yang dipimpin oleh Sorla Khan, dan juga Vhouls yang dipimpin oleh Rix. Pertempuran pun berlangsung sengit dengan menjadikan Roseleaf – rumah dari Treant Protector dan Enchantress sebagai arena pertempuran. Cerita yang ditawarkan oleh ARTIFACT memang didesain seperti layaknya DOTA 2, implisit. Ini berarti, usaha untuk memahami apa yang terjadi di konfik ini dan semesta DOTA 2 secara keseluruhan harus dilakukan dengan membaca deskripsi kartu yang ada.
Lantas, bagaimana caranya ARTIFACT dihubungkan dengan DOTA 2? Lewat sebuah komik bernama Prelude, kita setidaknya kini tahu bahwa ARTIFACT merupakan “prekuel” dari DOTA 2 itu sendiri. Sebuah organisasi bernama “The House” berusaha untuk mencegah sebuah perang besar yang akan menghancurkan The Ancient. Benar sekali, mereka berusaha mencegah pertempuran di DOTA 2 seperti yang kita mainkan. Untuk melakukan hal tersebut, The House punya kemampuan untuk menguji dan melihat seperti apa konsekuensi yang bisa muncul ketika setiap elemen dihadapkan satu sama lain, lewat sebuah permainan kartu. Hasilnya? Permainan kartu dengan menggunakan ARTIFACT ini akan menghadirkan begitu banyak konsekuensi. The House berusaha mencari satu timeline dimana perang besar di DOTA 2 tidak perlu terjadi.


Dengan informasi seperti ini, ia juga menghasilkan sebuah effect menarik dari setiap permainan DOTA 2 yang kita cicipi. Bahwa menurut ARTIFACT yang bermain-main dengan timeline waktu, setiap pertempuran yang Anda hasilkan di DOTA 2 dihitung sebagai “canon” atau masuk ke dalam cerita utama. Bahwa ratusan ribu pertempuran yang terjadi setiap tahunnya tersebut merupakan konsekuensi dari satu timeline yang diuji di ARTIFACT, dan sayangnya, bukanlah timeline damai yang mereka inginkan. Ini tentu saja menjadi tambahan kisah yang menarik untuk semesta DOTA 2 secara keseluruhan, baik di game DOTA 2 itu sendiri ataupun ARTIFACT.
Namun tentu saja, seperti halnya banyak permainan kartu seperti ini, cerita bukanlah sesuatu yang bisa dihitung sebagai konten esensial yang tidak bisa Anda lewatkan begitu saja. Anda selalu punya kebebasan untuk melewatkannya begitu saja dan sekedar menikmati gameplay dari pack dan deck yang berhasil Anda bangun.