Preview Anthem: Antara Benci dan Cinta!

Reading time:
February 18, 2019
Anthem jagatplay part 1 22

Bioware adalah kualitas, hampir sebagian besar gamer yang mengikuti sepak terjang developer raksasa yang satu ini tentu setuju dengan pernyataan ini. Namun sayangnya, nama mereka justru berakhir cedera setelah rilis Mass Effect: Andromeda yang begitu mengecewakan. Banyak yang merasa bahwa nama Bioware tidak lagi peduli dengan produk yang mereka racik. Padahal banyak yang lupa bahwa yang meracik ME: Andromeda adalah Bioware Montreal – studio baru yang pada akhirnya dilepas dan dilebur ke dalam tim EA yang lain. Sementara game-game Bioware lawas, termasuk trilogi Mass Effect dan Dragon Age yang memesona di dalamnya dikembangkan oleh Bioware Edmonton. Bioware sama yang menguji peruntungan mereka lewat produk baru yang akhirnya tiba di tangan kami – Anthem.

(Dimainkan dan di-preview dengan SI HITAM MK.I)

Kesan Pertama

Kesan pertama? Lebih tepatnya kesan kedua. Impresi pertama kami lewat masa beta kemarin sepertinya sudah memberikan sedikit gambaran dimana sebenarnya posisi Anthem di tangan EA, terutama untuk membuatnya “bertarung” melawan Activision lewat proyek Destiny mereka. EA sudah lama mengungkapkan ambisinya untuk memiliki sebuah game open-world yang solid dan tidak ada yang lebih tepat lagi untuk mengambil tanggung jawab tersebut selain Bioware. Menariknya lagi? Klaim Bioware selama ini via media ternyata bukan omong kosong. Memainkan Anthem memang lebih condong terasa seperti tengah memainkan game single-player dengan cerita yang lumayan memancing rasa peansaran khas Bioware. Hanya saja, kali ini Anda punya kesempatan untuk menyelesaikan setiap misi yang ada bersama player yang lain. Sayangnya, opsi percakapan dengan outcome berbeda khas Bioware juga tidak disuntikkan di sini.

Menjadikan Frostbite Engine sebagai basis, Anthem terlihat begitu memesona di PC. Dunia yang disebut “Bastion” ini terlihat memanjakan mata dengan ukuran yang cukup luas. Via fitur “Freeplay” yang juga disuntikkan, kesempatan untuk sekedar mengeksplorasinya atas nama mencari resource atau terlibat dalam aksi menyelesaikan beragam misi acak bersama player lain selalu terbuka. Percaya atau tidak, di mata kami, proses eksplorasi inilah yang justru salah satu daya tarik terbaik Anthem. Bukan loot ataupun misi per bagian yang ia suntikkan untuk menggerakkan cerita yang ada. Langsung memacu Javelin Anda di kecepatan tinggi ala Iron-Man, terbang rendah menyapu air, dan berujung bertarung melawan Ash Titan berukuran raksasa di salah satu sudut dunia? Inilah pengalaman Anthem yang sesungguhnya.

Maka seperti halnya Destiny, loot juga akan menjadi salah satu Anda untuk terus memainkannya. Namun berbeda dengan cara Destiny menangani loot dimana kelangkaannya bersifat acak, Anthem membuat sistem kelangkaan ini didasarkan pada tingkat level player. Semakin tinggi player, semakin besar kesempatan mereka mendapatkan senjata dan skill lebih langka, yang tentu saja akan membuatnya relevan untuk digunakan dalam waktu yang lama. Dikombinasikan dengan beragam elemen lain seperti crafting misalnya, ia secara mengejutkan tidak membutuhkan banyak proses grinding. Anda misalnya, tidak akan “terkunci” pada keharusan untuk mencari tempat grinding dan berburu item spesifik ala Destiny di masa lampau. Kecuali memang, Anda tertarik untuk menantang setiap misi yang ada di tingkat kesulitan tertinggi yang baru akan terbuka setelah Anda menyelesaikan cerita utama yang ada.

Terbang dan bertarung dengan 4 jenis Javelins yang masing-maisng punya kemampuan spesifik yang berbeda sembari cermat mengkombinasikan skill demi menghasilkan efek “Combo” untuk damage lebih mematikan membuat Anthem punya kedalaman tersendiri di sisi gameplay. Namun sayangnya, daya tarik eksplorasi dunia dan gameplay-nya ini sedikit tercederai dengan kelemahan lain. Hal yang membuat kami memilih sub-judul di atas untuk menjelaskan impresi pertama yang ia tawarkan. Bahwa dari semua rasa cinta itu, harus diakui, ada rasa benci.

Seperti seorang developer yang baru belajar meracik game multiplayer shooter berbasis loot mereka sendiri, Anthem masih dirudung banyak masalah. Masalah-masalah yang cukup mengkhawatirkan mengingat tidak sampai satu minggu lagi sejak artikel ini ditulis, Anthem akan tersedia untuk gamer yang sudah memercayakan uang mereka tidak hanya di PC, tetap juga konsol.

Ada banyak masalah teknis masih tersisa seperti bug yang membuat Anda terkunci dari progress misi ketika bergabung ke gameplay orang lain, loading screen yang begitu banyak, beberapa mekanik yang tidak dijelaskan via tutorial, tether “paranoid” dimana misi akan otomatis terus melakukan teleport karakter Anda begitu ia tertinggal sedikit jauh dari karakter yang lain, hingga desain misi super repetitif yang akan terus Anda temukan dari awal hingga akhir permainan. Konten yang harus diakui, terkadang membuat Anda frustrasi, terutama dari begitu seringnya waktu loading yang Anda temukan. Fakta bahwa variasi loot yang Anda temukan tidak akan terasa istimewa sampai end-game tiba juga jadi keputusan yang absurd di mata kami.

Sembari berharap EA dan Bioware akan menyelesaikan masalah-masalah ini via patch sebelum kami merilis artikel review nantinya, sekaligus memantapkan diri untuk mencicipi konten-konten end-game dalam kapasitas seharusnya, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran apa yang ditawarkan oleh Anthem itu sendiri. Fix it, Bioware!

RAW Screenshot

(1080p, Setting “ULTRA”, Mentok Kanan)

Anthem jagatplay part 1 17 Anthem jagatplay part 1 21 Anthem jagatplay part 1 33 Anthem jagatplay part 1 51 Anthem jagatplay part 1 102 Anthem jagatplay part 1 115 Anthem jagatplay part 1 160 Anthem jagatplay part 1 229 Anthem jagatplay part 1 241 Anthem jagatplay part 1 269 Anthem jagatplay part 1 280 Anthem jagatplay part 1 287 Anthem jagatplay part 1 292 Anthem jagatplay part 1 330
Pages: 1 2 3 4 5
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…
March 19, 2024 - 0

Review Unicorn Overlord: Kuda, Tahta, Wanita!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Unicorn Overlord ini? Mengapa kami…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…