Bukan 6 Tahun, Anthem Ternyata Hanya Dikerjakan 1,5 Tahun!

Reading time:
April 4, 2019
Anthem jagatplay part 1 30

Apa yang salah dengan Anthem? Pertanyaan ini memang menghantui banyak gamer yang mengantisipasi kehadirannya, apalagi dengan nama Bioware Edmonton yang berdiri di belakang game action multiplayer kooperatif yang satu ini. Seperti yang kita tahu, berbeda dengan Bioware Montreal yang berujung ditutup setelah kasus Mass Effect: Andromeda, Edmonton merupakan developer yang di masa lalu mengerjakan trilogi Mass Effect original dan Dragon Age. Namun siapa yang menyangka, yang mereka hasilkan justru sebuah game loot-shooter tanpa loot yang repetitif dan penuh dengan masalah teknis. Jurnalis investigatif Kotaku – Jason Scheirer akhirnya menyelami masalah ini.

Berbicara dengan 19 karyawan Bioware yang namanya dirahasiakan, kejelasan soal masalah yang menimpa proses pengembangan Anthem akhirnya terbuka. Bahwa terlepas dari klaim Bioware bahwa proyek ini sudah dikerjakan selama 6 tahun, Anthem ternyata baru secara aktif dikembangkan dalam 18 bulan terakhir alias 1,5 tahun sebelum ia dirilis. Sisa waktu pengembangan 4,5 tahun yang disebut-sebut ternyata hanya berisikan perang “konsep” dengan keputusan management yang plin plan, membuat Anthem tidak kunjung diracik. Ada begitu banyak kekacauan terjadi selama proses pengembangan berdasarkan laporan Jason Scheirer ini. Apa saja? Ini dia:

Anthem jagatplay part 1 65
Bukan 6 tahun, proses pengembangan aktif Anthem ternyata hanya berjalan 1,5 tahun terakhir.
  • Anthem sempat hampir mengusung nama BEYOND, karena konsepnya adalah pergi berperang keluar dari tembok kota. Namun karena kesulitan mendaftarkan merk dagang, ia berubah nama menjadi ANTHEM seminggu sebelum trailer perdana di E3 2017. Banyak anggota tim pengembang di kala itu yang bahkan tidak tahu apa “arti Anthem”.
  • Terlepas dari klaim 6 tahun pengembangan, konsep Anthem masih belum jelas sampai trailer perdana E3 2017.
  • Fitur terbang sempat dibuang, dikembalikan, dibuang, dan kemudian dikembalikan lagi.
  • Ketidakjelasan arah dan konsep Anthem membuat banyak anggota tim developer stress dan depresi, cukup untuk membuat mereka mengambil cuti atas nama kewarasan.
  • Bioware Edmonton ditinggalkan oleh banyak orang penting dan developer bertalenta tinggi mereka selama 2 tahun proses pengembangan, membuat proses ini semakin sulit.
  • Kultur pengerjaan masih begitu buruk. Management tingkat atas terus mengeluarkan jargon “Bioware Magic” – dimana mereka percaya bahwa terlepas dari keterlambatan jadwal, semuanya akan menyatu menjelang rilis seperti yang terjadi dengan kasus Dragon Age: Inquisition.
  • Management atas Bioware tidak mengkomunikasikan dengan baik apa itu Anthem. Cukup untuk membuat tim yang lain terus bertanya-tanya soal game apa yang sebenarnya tengah mereka buat. Tidak ada visi, tidak ada kejelasan, tidak ada orang yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan final.
  • Frostbite Engine disebut sebagai engine “sampah” oleh para developer ini. Maksimal untuk game FPS, engine yang didorong oleh EA untuk digunakan semua developer yang berdiri di bawah bendera mereka ini ternyata berujung mimpi buruk untuk para developer game non-FPS. Semuanya lambat, kompleks, dan menjengkelkan dengan Frostbite. Salah satu developer bahkan menyebut bahwa butuh waktu 1 minggu sendiri untuk membereskan bug kecil.
  • Dev. Bioware yang sempat punya pengalaman dengan Frostbite dipindahkan EA untuk menangani FIFA, mengingat FIFA adalah franchise EA yang paling menguntungkan.
  • Tim di dalam Bioware DILARANG menyebut apapun yang berkaitan dengan Destiny. Kata ini dianggap tabu. Hasilnya? Developer sulit untuk membandingkan ide dengan kompetitor utama tersebut.
  • Petinggi EA – Patrick Soderlund sempat mengungkapkan ketidakpuasan terhadap demo internal perdana Anthem karena kualitas visualisasi yang buruk.
  • Trailer E3 2017 adalah trailer yang diracik Bioware untuk menarik perhatian Patrick Soderlund, yang tentu saja berarti kesempatan untuk mengamankan dana pengembangan. Reaksi positif Soderlund pada mekanik terbang Anthem membuat sistem pergerakan ini dipertahankan.
  • Ada mental di dalam Bioware Edmonton bahwa mereka adalah tim yang lebih “superior” dibandingkan Bioware Austin dan Bioware Montreal di kala itu. Hasilnya? Masukan dan proses kerjasama dengan studio Bioware lain di luar Edmonton seringkali dianggap remeh.
  • EA hanya meminta Bioware untuk menjamin bahwa Anthem berakhir jadi produk yang “tidak bisa dijadikan meme” seperti halnya Mass Effect: Andromeda.
  • Mengingat proses performance / motion capture sangat mahal, tim developer hanya melakukannya satu kali saja di Anthem. Namun ketika proses pengembangan membuat Anthem terus berubah dan tidak ada proses re-take untuk mo-cap, beberapa konten yang dipertahankan berujung tidak nyambung. Hal ini terlihat dari dialog yang terkadang, terdengar tidak masuk akal.
  • Bahkan tim developer sendiri sempat mengalami masalah server selama 1 minggu, dimana mereka berujung tidak bisa menguji game mereka sendiri.
  • Management atas seringkali mengabaikan feedback dari review dan komunitas yang dibawa oleh tim developer.
  • Alasan mengapa sistem loot begitu buruk dengan waktu permainan yang singkat dari sisi cerita adalah karena fakta si developer sendiri, tidak bisa menguji game mereka dari awal sampai akhir dalam struktur yang sudah rampung.
  • Anthem sempat hampir memuat misi dengan sistem “time gate” – dimana Anda butuh cooldown waktu di dunia nyata agar misi bisa terbuka ala game mobile. Untungnya, konsep ini dibuang di rilis final karena kontroversi yang bahkan sempat muncul secara internal.

Maka dengan semua informasi terang benderang yang dilemparkan oleh Jason Scheirer ini (yang bisa Anda baca via tautan berikut ini), tidak mengherankan bahwa Anthem berujung menjadi produk seperti yang kita nikmati saat ini. Berita baiknya? Bioware Austin kini mengambil alih proses dukungan konten Anthem dan secara terbuka mengungkapkan ambisi mereka untuk menyempurnakan game yang satu ini.

Bagaimana dengan Anda sendiri? Berapa banyak dari Anda yang sempat memainkan Anthem dan kecewa karenanya?

Load Comments

PC Games

January 20, 2023 - 0

Review A Space for the Unbound: Standar Tertinggi Game Indonesia Saat Ini!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh A Space for the Unbound?…
October 18, 2022 - 0

Review Uncharted Legacy of Thieves (PC): Drake Pindah Rumah!

Seperti apa performa dan fitur yang ditawarkan oleh Uncharted Legacy…
September 23, 2022 - 0

Review IMMORTALITY: Misteri Dalam Misteri Dalam Misteri!

Apa yang sebenarnya  ditawarkan oleh IMMORTALITY? Mengapa kami menyebutnya game…
August 19, 2022 - 0

Review Cult of the Lamb: Menyembah Setan Sambil Bertani!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Cult of the Lamb ini?…

PlayStation

March 29, 2023 - 0

Review Resident Evil 4 Remake: Mengulang Sebuah Keajaiban!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Resident Evil 4 Remake ini?…
March 15, 2023 - 0

Review Resident Evil Village (VR): Panik? Panik Lah!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Resident Evil Village dalam mode…
February 28, 2023 - 0

Wawancara dengan Naoki Yoshida (Final Fantasy XVI)!

Kami berkesempatan untuk mewawancarai otak Final Fantasy XVI - Naoki…
February 28, 2023 - 0

Impresi Final Fantasy XVI: Langsung Kandidat Game of the Year 2023!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Final Fantasy XVI? Mengapa kami…

Nintendo

November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
August 4, 2022 - 0

Preview Xenoblade Chronicles 3: Seperti Sebuah Keajaiban!

Kesan pertama apa yang ditawarkan Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
April 6, 2022 - 0

Review Kirby and The Forgotten Land: Ini Baru Mainan Laki-Laki!

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Kirby and the Forgotten…