Review Erica: Eksekusi Manis Film Interaktif!
Video game tidak selalu soal tembakan, potongan tubuh, serangan pedang, dan usaha untuk menyelamatkan dunia dari kekuatan megalomania yang sepertinya tak pernah gagal, mendapatkan kekuatan sakti mandraguna untuk mengeksekusi rencana jahat mereka. Bersama dengan majunya sisi performa dan banjirnya ide kreatif di industri game, beberapa usaha untuk membuatnya tampil sebagai platform untuk menyajikan seri cerita sinematik juga mulai digalakkan. Tidak mengherankan jika beberapa game yang berfokus pada cerita-cerita interaktif mengemuka dan bahkan menjadi ujung tombak beberapa developer ternama. Kita bicara soal Quantic Dream, Supermassive Games, hingga Telltale Games.
Game-game dengan cerita interaktif sebagai fokus ini bukannya tanpa penghalang. Bahwa untuk bisa meracik sebuah game yang memang bisa menggugah emosi dan kompas moral Anda, akting yang diperlihatkan oleh “aktor-aktor digital” memang harus bisa dipercaya terlebih dahulu. Yang tentu saja, menuntut implementasi teknologi, terutama di sisi visual yang mumpuni. Namun apa yang terjadi jika batas penghalang tersebut diganti dengan inovasi yang di atas kertas, terdengar rasional. Kita bicara soal usaha untuk meracik sebuah game interactive story, namun yang benar-benar diperankan oleh aktor nyata layaknya film layar lebar. Hal inilah yang berusaha dilakukan Flavourworks via Erica, yang akhirnya tersedia untuk Playstation 4.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Erica? Mengapa kami menyebutnya sebagai eksekusi manis film interaktif? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda!
Plot
Menyebutnya sebagai sebuah film / game thriller sepertinya cocok untuk menjelaskan apa yang sebenarnya berusaha ditawarkan oleh Flavourworks dan Sony dengan Erica. Anda mungkin mengenalnya sejak trailer perdana di tahun 2017 silam, yang berakhir dengan absennya informasi untuk waktu yang cukup lama. Erica akhirnya muncul kembali di Gamescom 2019 kemarin, dengan bintang dan cerita baru, dan rilis yang terjadi di saat itu juga.
Erica adalah seorang wanita yang punya masa lalu unik. Sejak kecil, ayahnya selalu berbicara soalnya perihal magis dan kekuatan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Bahwa jika ia mengkombinasikan dirinya dengan zat tertentu yang harus ia hirup, Erica dipercaya bisa melihat dan mengantisipasi apa yang terjadi di masa depan. Ini tentu saja bukan “hal baru” bagi keluarga Erica, mengingat ibunda yang ia cintai juga bisa melakukan hal yang sama. Namun sayangnya, ibu Erica sendiri meninggal sejak ia muda.
Walaupun Erica tidak banyak menggunakan “kekuatan” yang tidak pernah terbukti jelas ini, ia selalu dihantui oleh mimpi buruk. Di mimpi buruk ini, ia “terjebak” di malam ketika ayahnya meninggal. Seorang tersangka yang tak bisa ia ingat jelas menghabisi ayahnya dan menorehkan sebuah simbol misterius di dadanya. Erica tidak pernah mengenal sosok pembunuh yang berbagi proporsi tubuh seroang wanita ini. Satu yang pasti, mengikuti usianya yang semakin dewasa ini, mimpi buruk ini tidak hanya bertahan saja, tetapi justru menemukan jalannya kembali. Erica mendapatkan paket potongan tangan yang juga berisikan simbol yang sempat tergores di dada ayahnya.
Tidak mengetahui siapa yang sebenarnya yang bertanggung jawab, kasus ini pun membuat Erica harus berurusan dengan pihak berwajib. Mengingat proses investigasi memastikan bahwa tangan tersebut merupakan milik salah satu pegawai Delphi – rumah sakit dimana ibunya sempat bekerja, Erica dianggap lebih aman untuk berada di sana. Apalagi mengingat ia akan dikelilingi oleh kolega-kolega yang memang, dekat dengan sosok sang ayah dan ibu. Namun seperti yang bisa diprediksi, alih-alih aman, kepindahan Erica ke rumah sakit yang satu ini justru dihantui dengan lebih banyak horror dan misteri.
Lantas, misteri seperti apa yang sebenarnya mengelilingi Erica? Ancaman seperti apa yang harus ia hadapi? Siapa pula yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua horror yang terjadi ini? Anda tenut saja harus memainkan Erica untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.