JagatPlay di TGS 2019: Menjajal Predator – Hunting Grounds!
Melihatnya kembali dengan kacamata modern, film Predator memang terlihat seperti film action lawas yang menjual begitu banyak klise di dalamnya. Kualitas yang mungkin membuat beberapa penikmat film muda bingung mengapa ia punya status “cult” tersendiri di para penikmat film, terutama mereka yang mencintai genre action. Di masanya, kesempatan untuk melihat sebuah ras alien yang tidak sekedar hadir dengan wujud monster tetapi juga memiliki teknologinya sendiri adalah pemandangan yang mengagumkan. Apalagi ia juga ternyata punya latar belakang cerita yang lumayan solid untuk ras yang hidupnya berfokus pada dua aksi – bertarung dan berburu.Kini, Predator menemukan jalannya kembali ke industri game.
Adalah Illfonic – developer di balik game Friday: the 13th yang bertanggung jawab untuk produk yang akan dikembangkan di bawah bendera Sony Interactive Entertainment yang satu ini. Ketika ia diperkenalkan beberapa waktu yang lalu, ia memang terlihat kurang menjanjikan. Ada sebuah formula familiar terpancar di sana, yang sudah sering ditawarkan oleh banyak video game, dengan hanya beberapa di antaranya berhasil bertahan hidup dan membangun komunitas yang sehat dan setia di saat yang sama. Kualitas visualisasi yang diperlihatkan di trailer perdana tersebut juga lumayan dipertanyakan.
Berita baiknya? Di ajang TGS 2019 yang lalu, Sony Interactive Entertainment menyediakan waktu bagi media-media dari Asia Tenggara, termasuk kami untuk menjajal game ini secara langsung. Kami berkesempatan untuk berperan sebagai Soldier dan Predator di saat yang sama. Lantas, bagaimana dengan pengalaman yang ia tawarkan? Kami akan membicarakannya via artikel yang satu ini. Namun ingat, mengingat waktu rilis yang masih terhitung lama dengan rencana akan dilepas di tahun 2020, build yang kami jajal dari Predator: Hunting Grounds ini adalah build yang masih terhitung awal. Ia masih bisa berubah, masih bisa disempurnakan, masih punya potensi untuk terasa berbeda di masa depan.
Apa itu Predator: Hunting Grounds?
Baru saja membaca artikel impresi kami terkait Project REsistance yang kami lepas sebelum artikel impresi yang satu ini? Anda mungkin bisa melihatnya sebagai berita baik ataupun berita buruk, namun Predator: Hunting Grounds lahir dari genre yang serupa. Di bawah Illfonic – pengembang game Friday the 13th, Predator: Hunting Grounds adalah sebuah game multiplayer asimetrikal dengan posisi 1 player melawan 4 player yang lain. Benar sekali, 1 player tersebut adalah Predator, sementara 4 player lainnya adalah Soldier alias prajurit yang tengah mengemban misi penting mereka di dalam sebuah hutan lebat nan berbahaya. Misi Predator adalah menghabisi mereka, sementara ke-4 Soldier yang ada akan punya misi mereka sendiri yang jika bisa diselesaikan hingga akhir, akan dihitung sebagai kemenangan.
Dari sisi presentasi, mengingat ini masih terhitung early build, Predator: Hunting Grounds memang tidak bisa dibilang istimewa. Memainkannya di layar televisi besar yang disediakan oleh area demo, ukuran display besar tersebut justru kian memberikan highlight pada kualitas visual yang tidak mencerminkan sebuah proyek AAA sama sekali. Anda akan bertemu dengan banyak jaggies dan tekstur resolusi rendah dimana-mana. Bahkan terkadang, ketika pertempuran berlangsung ramai, apalagi dengan granat yang juga bisa menghancurkan danting pohon dan sejenisnya, framerate terkadang masih jatuh ke dalam area yang sulit untuk dinikmati. Berita baiknya? Setidaknya dari sisi audio, ia masih berada dalam kualitas yang akan memenuhi ekspektasi Anda.
Hutan memang sepertinya memang menjadi “arena” bermain paling berimbang dan terbaik untuk Predator: Hunting Grounds. Bagi para Soldier, ia menyediakan kesempatan untuk sedikit berkamuflase, apalagi di tengah kehadiran para NPC yang juga mengisi dunia di dalamnya. Anda juga bisa beinteraksi dengan beberapa objek, seperti lumpur misalnya, yang kini juga akan membuat suhu tubuh Anda menurun hingga Predator tidak akan bisa melacak Anda dari sisi panasnya. Sementara, dari sisi Predator, pohon yang rindang dan padat berarti kesempatan untuk meraih keuntungan strategis dari sisi vertikal dengan posisi yang akan jauh lebih sulit untuk diketahui oleh para Soldier. Keseimbangan seperti ini membuat hutan tampaknya akan jadi tema yang tidak terhindarkan dari Predator: Hunting Grounds terlepas dari beragam peta yang akan ia tawarkan di masa depan.
Jika Anda bertanya seberapa akurat kira-kira Predator: Hunting Grounds mengikuti versi film, maka kami bisa menjamin bahwa ada usaha keras dari Illfonic untuk memastikan bahwa ia setia dengan sumber materi yang ada. Ada beberapa contoh, seperti misi kemenangan Soldier yang harus ditutup dengan kaburnya mereka menggunakan helikopter hingga kesempatan Predator untuk menggunakan mekanisme menghancurkan diri yang siap menghasilkan ledakan sebesar nuklir. Sayangnya, tidak ada konfirmasi apakah sosok sekelas Arnold akan muncul sebagai skin atau tidak nantinya.