JagatPlay di TGS 2019: Menjajal Project REsistance!

Kebangkitan kembali Resident Evil, apa yang berhasil dicapai Capcom selama dua tahun terakhir terkait franchise ini memang pantas untuk diacungi jempol. Setelah sempat digadang sebagai “proyek salah urus” sejak seri keenam dengan beberapa seri spin-off dengan kualitas yang dipertanyakan, tentu menyenangkan melihat Capcom kembali memahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan gamer terkait Resident Evil. Ia kembali ke akar survival horrornya, dengan atmosfer yang didesain begitu tepat, baik dari kacamata orang pertama (Resident Evil 7) ataupun kacamata orang ketiga (Resident Evil 2 Remake). Dengan momentum yang fantastis ini, tentu banyak gamer yang penasaran kira-kira langkah selanjutnya apa yang akan dipersiapkan Capcom untuk Resident Evil.
Ada tiga spekulasi besar yang merebak di kala itu. Beberapa percaya ia akan berakhir menjadi Resident Evil 8 – seri sekuel yang seharusnya. Yang lain yakin ia akan berujung menjadi Resident Evil 3 Remake, yang jika mengacu pada kesuksesan produk sebelumnya, adalah langkah yang sangat rasional. Namun tidak sedikit pula yang meyakini bahwa ia akan berujung menjadi proyek eksklusif Playstation VR yang sempat muncul dalam bentuk dan rumor beberapa waktu yang lalu. Menabrak semua ekspektasi tersebut, Capcom justru hadir dengan game baru yang mengusung nama Project REsistance. Game berbasis multiplayer yang juga mereka bawa ke ajang TGS 2019.

Kami sendiri berkesempatan untuk merasakan dan menjajal game ini secara langsung di panggung TGS 2019. Dengan demo berdurasi sekitar 45 menit dengan kesempatan untuk bergonta-ganti peran, kami pun saling bertempur bersama peserta demo yang lain. Sayangnya, kami harus datang untuk melaporkan bahwa impresi pertama yang ia tawarkan, memang tidak sefantastis yang Anda bayangkan.
Apa itu Project REsistance?

Jawaban untuk pertanyaan di atas adalah apa yang disebut industri game sekarang sebagai “Asymmetrical Multiplayer Games” yang akan menuntut 1 player yang memerankan boss / dungeon master melawan beberapa player lain yang akan berusaha bahu-membahu untuk mengalahkannya atau untuk sekedar bertahan hidup. Cara paling sederhana adalah menyebutnya sebagai game “4 VS 1” yang sudah sempat ditawarkan oleh game sekelas Evolve atau Dead by Deadlight. Anda yang sempat memainkan game seperti ini tentu saja sudah memahami kira-kira pengalaman seperti apa yang Anda dapatkan.
Akan ada dua pihak yang saling bertarung di Project REsistance ini. Satu pihak berisikan 4 orang akan berperan sebagai Survivors yang harus bekerjasama untuk keluar dari lokasi dimana mereka “terdampar” dalam kurun waktu yang sudah disediakan. Dengan lokasi yang dipenuhi dengan zombie dan monster-monster yang mengancam, misi-misi ini akan menuntut Anda untuk beraksi, dari sekedar menekan tombol spesifik hingga mencari kepingan puzzle yang tersebar dan berjumlah beberapa. Setiap Survivors didesain bak “hero” yang memiliki kemampuan spesifik dan unik mereka, yang kemudian menumbuhkan peran krusial di dalam kerjasama tim. Sesuatu yang akan kita bahas di sesi selanjutnya.
Sementara di pihak yang lain, 1 orang player akan bermain sebagai seorang Master Mind. Namun tidak seperti Dead by Deadlight atau Evolve yang memosisikan Anda sebagai sang monster atau pembunuh itu sendiri, Master Mind punya peran yang lebih mirip dengan “Dungeon Master”. Lewat tampilan kamera dan beberapa kartu yang muncul secara acak dan bisa ia gunakan dengan menggunakan resource spesifik, Master Mind bisa membawa beragam monster, jebakan, hingga Mr. X sendiri ke dalam medan pertempuran. Ia juga bisa memasang kamera pengintai dengan senjata api, mengunci pintu, hingga mematikan lampu sebagai distraksi. Misinya tentu saja mencegah keempat Survivors untuk bisa keluar dari ruangan dan menang.
Maka dinamika pertarungana antara 4 Survivors dan 1 Master Mind ini merupakan kunci dari pengalaman utama Project REsistance, yang memang diposisikan sebagai sebuah seri spin-off. Dari sisi presentasi, ia masih memuat semua hal yang Anda kenal dari seri Resident Evil modern. Di sisi Master Mind, hampir semua monster dan zombie yang ia panggil, memang mengakar dari monster-monster khas Resident Evil selama ini. Sementara dari sisi Survivors, ragam senjata, item penyembuh, hingga user-interface akan terasa sangat familiar. Dengan menggunakan RE Engine sebagai basis, ia masih menghadirkan detail karakter dan lingkungan yang memesona, terutama efek tata cahaya yang dengan baik, membangun atmosfer yang seharusnya.