10 Hal Terunik yang Dirasakan Gamer Indonesia Saat Tumbuh Besar dengan Playstation 1!

Selamat ulang tahun ke-25, Playstation! Siapa yang mengira bahwa langkah Sony untuk masuk ke industri game dengan kekuatan mereka sendiri setelah putus kerjasama dengan Nintendo ternyata berbuntut salah satu keputusan terbaik dan termanis yang pernah mereka racik. Sebuah brand bernama “Playstation” lahir, tumbuh, bertahan, mengisi hidup banyak gamer, menginspirasi banyak developer lewat game-game yang mengemuka di sana, dan terus bertahan hingga artikel ini ditulis. Kesemuanya mengakar pada sebuah mesin gaming revolusioner yang memilih untuk menggunakan VCD sebagai media gaming alih-alih catridge seperti layaknya SEGA dan Nintendo di kala itu. Bagi gamer Indonesia, ia punya posisi yang bahkan lebih istimewa.
Untuk gamer yang lahir di tahun 1980-an akhir, melewati masa sekolah dasar di sepanjang tahun 90-an dan memulai masa remaja mereka di awal tahun 2000-an, Playstation 1 adalah konsol yang sudah pasti tidak terelakkan. Kemudahan akses untuk game-game bajakan yang di kala itu terjangkau, lengkap dengan begitu banyak game keren bernuansa “dewasa” dari Resident Evil hingga Final Fantasy yang tidak tersedia di Nintendo membuat Playstation menguasai pasar Indonesia di kala itu. Bahkan gamer seperti kami yang tinggal di kota kecil di luar Pulau Jawa sekalipun menikmati pengaruh dan pesonanya. Bagi gamer yang cukup beruntung, kesempatan untuk memilikinya bukanlah hal sulit. Bagi gamer yang kesulitan dana? Opsi rental juga tersedia di hampir semua sudut kota, dengan harga sewa yang juga terjangkau.
Maka kini, merayakan ulang tahun ke-25 Playstation sebagai brand yang tentu saja dimulai dari ketersediaan konsol Playstation 1 di pasar Jepang di tanggal 3 Desember 1994 silam, kami tertarik untuk membicarakan hal-hal “unik” yang terjadi bagi gamer yang tumbuh besar dengan konsol bongsor berwarna abu-abu yang satu ini. Tentu saja tulisan toplist ini didasarkan pada pengalaman si penulis yang tumbuh besar di kota kecil – Pontianak dan mungkin tidak representatif dengan pengalaman yang didapatkan gamer-gamer yang tumbuh besar dengan Playstation 1 di kota besar atau bahkan, kota yang lebih kecil daripada Pontianak. Anda bisa menyebutnya sebagai pengalaman pribadi yang semoga juga dirasakan oleh gamer-gamer Indonesia lain yang tumbuh besar dengan Playstation 1.
Lantas, dari semua fenomena unik yang terjadi, keseruan apa saja yang sempat dirasakan oleh gamer-gamer yang sempat tumbuh besar dengan Playstation 1 di akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an? Inilah versi JagatPlay:
VCD Bajakan dengan FMV Video Game
Apakah sempat ada situasi dimana orang awam (non-gamer) Indonesia sempat terpapar konten video game tanpa mereka sadari? Percaya atau tidak, sebelum sebagian besar diskusi terkait esports marak seperti saat ini, kita sempat menikmati momen cukup membingungkan tersebut.
Salah satunya muncul ketika era Final Fantasy VIII mengemuka dan semua orang jatuh hati pada visualisasi Squall dan Rinoa yang diperlihatkan dalam bentuk FMV yang memang di kala itu, memesona. Lantas, apa yang Anda temukan? VCD-VCD lagu bajakan, dari yang bergenre pop hingga house music yang semuanya mengalun dengan FMV Final Fantasy VIII sebagai basis dijual begitu saja di abang-abang penjual manapun yang bisa Anda temui, di tepi jalan sekalipun. Anda juga bisa menemukan FMV game-game lain, terutama dari JRPG Jepang mengikuti tren selanjutnya, walaupun Final Fantasy VIII masih menjadi yang paling dominan.
Majalah Game sebagai Sumber Informasi

Semoga tidak terdengar sebagai momen “OK BOOMER”, namun salah satu situasi yang mungkin tidak disyukuri oleh gamer-gamer di era modern saat ini adalah akses informasi yang begitu mudah berkat akses internet yang kini murah dan bahkan, tersedia via perangkat ponsel yang mereka bawa kemanapun. Di era dimana internet masih terhitung barang “mewah”, satu-satunya akses informasi hanyalah majalah gaming klasik Indonesia seperti HotGame dan Game Station di kala itu, atau yang lebih tua – majalah Fantasi.
Darinya, Anda akan mendapatkan ragam informasi soal game-game terbaru, ulasan, game-game apa yang layak Anda perhatikan ketika Anda hendak berburu di toko game bajakan, hingga walkthrough sebagai satu-satunya solusi untuk membantu Anda menyelesaikan game yang mungkin tengah membuat Anda frustrasi saat ini. Tidak ada yang mengalahkan rasa senang dan lega ketika menemukan bahwa edisi terbaru yang dilepas ternyata akan menghadirkan walkthrough yang tengah Anda cicipi saat ini.
Tukar-Tukar Rumor

Salah satu situasi unik yang terbangun dari kondisi nomor 9 di atas adalah tidak adanya jalan untuk mengkonfirmasikan atau justru menyangkal dengan pasti beragam informasi yang Anda dapatkan, kecuali hal yang sama juga dibahas di majalah game yang tersedia di kala itu. Situasi seperti ini menghasilkan begitu banyak rumor-rumor super menarik yang menghiasi pembicaraan dan diskusi pagi hari Anda bersama dengan teman-teman SD atau SMP Anda. Semuanya membicarakan hal yang mereka dengar, yang biasanya akan diikuti dengan usaha Anda untuk menguji rumor tersebut saat pulang sekolah, dan kemudian melaporkan temuan Anda di diskusi besok paginya. Di era kami pribadi, ini adalah siklus tidak tergantikan dan begitu memorable ketika Harvest Moon: Back to Nature menjadi game terpopuler di kala hal tersebut terjadi.
Demo Disc

Salah satu hal “ternikmat” yang bisa dinikmati gamer dengan akses internet saat ini juga soal pemahaman lebih mendalam soal game-game yang menurut mereka pantas untuk dikejar, hanya dengan menonton analisis dan trailer di Youtube. Di era keemasan Playstation 1 di Indonesia, terlepas dari akses pada game bajakan yang terhitung murah, satu-satunya solusi terletak pada demo-demo disc yang mungkin Anda dapatkan di paket penjualan Playstation, majalah, atau teman-teman Anda. Ini menjadi kesempatan terbaik untuk merasakan langsung game-game yang mungkin menarik untuk menguras uang jajan yang begitu terbatas di kala itu.
Menariknya lagi? Beberapa demo disc yang ternyata merupakan versi original ini ternyata punya keping dasar berwarna hitam alih-alih putih reflektif ala VCD biasa. Situasi ini melahirkan rumor soal kualitas keping disc berwarna hitam lebih baik dan lebih menarik untuk dikejar. Rumor ini juga sempat melahirkan beberapa keping VCD bajakan yang kini menggunakan dasar berwarna biru yang tanpa “argumentasi jelas”, masih dilihat sebagai versi bajakan lebih premium yang bebas masalah teknis.