JagatPlay: 100 Game Terbaik Satu Dekade (2010 – 2019)
Waktu berjalan begitu cepat dan satu dekade sudah berakhir. Kita sebentar lagi akan masuk ke tahun 2020 dan meninggalkan 10 tahun terakhir yang dimulai dengan angka “201X” yang notabene, menjadi salah satu momen terbaik di industri game. Hanya dalam 10 tahun terakhir saja, kita sudah mencapai begitu banyak hal yang pantas untuk dibicarakan dan dirayakan di saat yang sama. Kita berbicara soal peralihan generasi yang kini mulai bisa menawarkan kualitas visualisasi yang kian realistis, teknologi tata cahaya yang mensimulasikan dunia nyata via ray-tracing, hingga gairah pasar indie yang meroket berkat popularitas platform digital baik di konsol dan PC yang tidak terbendung. Di tengahnya, kita juga melihat berkembangnya game-game kompetitif dalam genre battle-royale.
10 tahun memang bukan waktu yang singkat. JagatPlay sendiri bahkan baru berusia setidaknya 8 tahun, yang membuat kami tidak pernah eksis di dua tahun pertama dekade ini, tidak pernah membicarakan video game, menulis review, ataupun memberitakan beragam rumor menarik terkait industri game. Namun dalam periode yang sama, kami dan Anda juga menjadi “penonton” dari begitu banyak produk fantastis yang berujung terbakar di otak karena memori indah yang ia hasilkan. Tidak sedikit pula yang mampu menawarkan sesuatu yang begitu unik dan berbeda hingga ia menempati posisi yang istimewa, menjadi inspirasi untuk lebih banyak produk yang lahir setelahnya, dan menjadi sebuah nama dengan sepak terjang yang terus diantisipasi. Dalam 10 tahun terakhir, kami menemukan setidaknya ada 100 game yang setidaknya pantas untuk disebut sebagai yang terbaik dari yang terbaik.
Sebagian besar game ini tentu saja kami pilih karena memang kami sempat mencicipinya dan berakhir menyukainya, yang kemudian membuatnya menjadi kandidat yang kami anggap pantas untuk masuk ke dalam daftar panjang ini. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam keterbatasan waktu dan pengetahuan yang kami miliki, ada beberapa game yang kami pilih terlepas dari fakta bahwa kami tidak pernah memainkanya secara intensif semata-mata karena nama besarnya atau posisinya dalam industri game memang istimewa. Bahwa terlepas dari fakta apakah kami mencicipinya atau tidak, game-game ini sudah mempengaruhi hidup banyak gamer, membangun komunitas yang masif, dan meninggalkan jejak yang tidak bisa diabaikan begitu saja selama satu dekade terakhir.
Lantas, dari semua game-game yang sempat dirilis dalam 10 tahun terakhir ini, manakah yang kami anggap pantas untuk dinobatkan sebagai 100 game terbaik 1 dekade (2010 – 2019)? Ini dia versi JagatPlay:
Transformers: War for Cybertron (2010)
Ketika dunia tengah tergila-gila dengan film Transformers dari Michael Bay, Activision via High Moon Studios berusaha masuk dengan sebuah game action Transformers baru. Mengingat sepak terjang adaptasi franchise ini ke dalam format video game tidak pernah berakhir memesona, bahkan di era NES sekalipun, ada kekhawatiran yang besar ketika War for Cybertron diumumkan. Namun ia berakhir memesona, menjadi sebuah game Transformers yang akhirnya pantas untuk dicicipi. Cerita yang mengambil setting planet asal – Cybertron, kesempatan menggunakan beragam Transformers berbeda, pendekatan kamera sinematik, cerita solid, dan visualisasi memesona. Ini adalah game yang terasa diracik dengan penuh hati.
Asura’s Wrath (2012)
Asura’s Wrath bukanlah game action yang sempurna. Dengan begitu banyak porsi QTE yang ia usung, ia memang lebih pantas disebut sebagai sebuah game “interactive story” alih-alih sebuah game action yang seharusnya karena porsi pertarungan yang memang lebih minim. Namun keberhasilan mengangkat mitologi berbasis kepercayaan Hindu ke dalam sebuah dunia dan semesta unik dengan sisi aksi dan desain monster fantastis yang memukau membuatnya berakhir jadi sebuah produk yang memorable. Sesuatu yang pantas untuk masuk ke dalam daftar Games of Decade kami, terlepas dari ketidaksempurnaannya.
Prototype 2 (2012)
Menjadi seorang superhero di dalam sebuah game open-world tidak pernah tidak menyenangkan. Menjadi seorang karakter anti-hero dengan kekuatan bak kegelapan yang siap menghancurkan apa saja, siapa saja, dengan cara apa saja? Konsep seperti ini seolah mengamplifikasi keseruan menjadi tokoh serupa yang kami bicarakan di awal. Melanjutkan kisah seri pertama dengan karakter yang punya motivasi lebih jelas, Prototype 2 menawarkan game action superhero dengan sistem gerakan, kebrutalan, dan sisi sinematik yang tidak tergantikan.
Vanquish (2010)
Bagiamana caranya Platinum Games yang selama ini terkenal sebagai peracik game action kawakan yang lebih menonjolkan sisi pertarungan melee bisa menawarkan cita rasa action yang tetap intens dengan menggunakan sistem senjata api dan tema futuristik? Kejeniusan tersebutlah yang berhasil mereka perlihatkan dengan Vanquish yang hadir dengan game action shooter hybrid melee yang intens dan memesona di saat yang sama.
Wolfenstein: The New Order (2014)
Ketika industri game mulai bergerak melahirkan franchise demi franchise baru yang mereka eksploitasi lebih jauh dengan lebih banyak seri baru yang harus diakui, serupa satu sama lain, Bethesda melakukan satu tindakan cukup gila. Mereka “membangkitkan kembali” beberapa franchise ikonik mereka di masa lalu dengan visualisasi lebih modern, cerita kuat, dan sisi gameplay yang di beberapa sisi memang masih mempertahankan sisi gameplay lawas yang membesarkan namanya. Hasilnya adalah pertempuran melawan Nazi yang secara mengejutkan, ternyata keren dan seru. Sebuah aksi kebangkitan kembali yang berhasil membawa nama B.J. Blazkowicz kembali ke radar.
Her Story (2015)
Menyebut Her Story sebagai sebuah “video game” mungkin akan membuat beberapa kalangan gamer mengernyitkan dahi. Karena memang tidak seperti game kebanyakan yang punya sistem yang lebih pasti, Her Story hanya meminta Anda untuk menonton video-video tersusun terkait satu karakter wanita misterius dan mengambil kesimpulan Anda sendiri soal apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tidak ada plot jelas, tidak ada ending, tetapi ia berhasil meninggalkan sebuah pengalaman yang akan terus dibicarakan.
Mortal Kombat 9 (2011)
Sebuah kebangkitan adalah kalimat yang tepat untuk menjelaskan apa yang berhasil dilakukan Netherrealm Studios dengan Mortal Kombat yang dilepas di tahun 2011 silam, atau yang juga sering disebut sebagai Mortal Kombat 9. Struktur campaign yang kini hadir dalam format layaknya film hanyalah satu dari segelintir inovasi yang ia tawarkan. Salah satu sistem yang paling berkesan tentu saja kehadiran serangan X-Ray yang membawa level brutalitas Mortal Kombat 9 ke arah baru dan berakhir menjadi sebuah fitur yang terus dibawa ke seri-seri selanjutnya, termasuk Mortal Kombat 11 yang dirilis belum lama ini. Mortal Kombat 9 harus diakui adalah basis dan alasan mengapa kita saat ini masih bisa terus melihat nama Mortal Kombat secara rutin sembari menantikan setiap seri teranyar yang akan ia bawa di masa depan.
Metro 2033 (2010)
Siapa yang bilang bahwa sebuah game FPS tidak bisa lagi berevolusi lebih jauh? Bahwa tidak selalu soal tembakan, peluru, dan musuh yang harus ia bunuh, ia bisa berakhir menjadi media untuk menyajikan cerita yang menegangkan dan menyeramkan di saat yang sama. Hampir semua gamer sepertinya masih ingat dengan seberapa mencemaskannya perasaan ketika mereka menelusuri gelapnya terowongan Metro 2033, apalagi dengan beragam konflik antar faksi yang tercipta sebagai konsekuensi dari skenari post-apocalyptic yang terjadi. Pertarungan tidak hanya melawan manusia, tetapi juga monster super menyeramkan membuat banyak gamer jatuh hati dengannya.
Rocket League (2015)
Konsep yang ia tawarkan memang tidak bisa terbilang baru, namun eksekusi lebih matang dari sisi visual dan mulusnya sistem pergerakan membuat Rocket League meraih popularitas di industri game. Siapa yang mengira bahwa aksi pertarungan “game sepakbola” antara dua tim berisikan 3 buah mobil berkecepatan tinggi berhasil menyihir jutaan gamer di seluruh dunia, yang perbedaan skill level yang ada bahkan cukup untuk membuatnya digadang sebagai sebuah game esports. Masih bertahan dengan inovasi yang terus diadaptasikan bersama dengan beberapa proyek kolaborasi, Rocket League berhasil menancapkan jejaknya di industri yang satu ini.
DOOM (2016)
Terlihat menjemukan, terlalu biasa, dan kuno, ini mungkin tiga reaksi yang mengemuka hampir di sebagian besar benak gamer ketika mereka melihat trailer perdana untuk DOOM, yang notebene menjadi usaha ekstra Bethesda untuk membangkitkan franchise lawas mereka setelah kesuksesan Wolfenstein. Namun begitu DOOM tiba di tangan Anda, Anda akan tahu bahwa ia adalah sebuah game FPS yang istimewa. Pergerakan cepat, pertempuran yang tidak pernah gagal untuk membuat adrenalina Anda terpacu kencang, musik metal yang super fantastis, hingga karakter utama – Doomguy yang tetap ditakuti oleh para iblis sekalipun membuat DOOM berhasil tampil kembali relevan. Cukup untuk membuat banyak gamer kini menantikan kehadiran si seri selanjutnya – DOOM Eternal.