Review Trials of Mana Remake: Berpetualang Selamatkan Dunia!
6 Karakter – “Satu” Cerita
Dari segudang screenshot yang sempat kami rilis di artikel preview, Anda sepertinya sudah bisa mengapresiasi kualitas remake yang ditawarkan Square Enix di sini. Perpindahan dunia 2D ke 3D dieksekusi dengan manis lewat sisi desain yang masih setia dengan materi original, tetapi kini “dipercantik” lewat desain karakter dan dunia yang memang menawarkan kesan anime yang kental. Ada apresiasi ekstra untuk desain karakter wanita mereka lewat Angela atau Riesz yang hadir dengan desain kostum dan wajah yang siap untuk membuat Anda termanjakan. Satu yang menarik? Sisi presentasi tiap karakter ini ternyata cukup berhasil untuk menghasilkan ilusi bahwa sesungguhnya tidak ada benar-benar satu “karakter utama” di Trials of Mana. Kesemuanya datang dengan desain kostum super mencolok seperti layaknya karakter utama yang seharusnya, menghasilka konsep cerita yang menurut kami, berhasil dieksekusi dengan manis.
Dengan 6 karakter yang bisa digunakan, 1 karakter utama yang bisa Anda pilih darinya, 2 karakter pendukung yang akan mengikuti perjalanan Anda, dan 3 karakter sisa yang akan “diabaikan” di sisi perjalanan, tentu menarik untuk melihat bagaimana cara Trials of Mana mengeksekusi sisi cerita mereka selaykanya game JRPG seharusnya. Karena ada beberapa kasus JRPG di luar sana, seperti Octopath Traveler yang terjun ke dalam konsep cerita serupa, namun gagal menghasilkan sebuah cerita yang koheren dan bisa dirasonalisasi mengapa karakter-karakter dengan kepentingan berbeda ini harus bergerak dan berpetualang bersama. Berita baiknya? Trials of Mana mengeksekusi konsep ini dengan manis.
Caranya? Berkat gerak plot yang tidak hanya memosisikan 1 karakter antagonis saja, tetapi setidaknya tiga konflik berbeda yang terikat pada 6 karakter ini, cerita yang sinkron dan rasional bisa dicapai bersama dengan motivasi jelas mengapa party karakter Anda terbentuk dan bergerak bersama. Karakter utama yang Anda pilih akan menentukan dimana cerita dimulai dan dimana petualangan akan berakhir, termasuk boss terakhri yang akan Anda lawan. Sementara karakter sampingan yang Anda pilih akan menentukan konflik sampingan seperti apa yang akan diberikan resolusi akhir. Di tengah-tengahnya? Trials of Mana menawarkan porsi cerita yang sama terlepas dari karakter utama apapun yang Anda pilih dengan hanya modifikasi yang terhitung minim. Jika Anda mengganti karakter utama Anda di playthrough kedua dengan karakter sampingan yang sempat Anda mainkan di playthrough pertama, maka konflik sampingan tersebut akan berganti jadi karakter utama. Tentu saja, dengan boss terakhir yang bisa berbeda bergantung pada karakter yang Anda gunakan.
Cerita yang memanfaatkan variasi dalam lingkup kecil ini berhasil membuat benang merah antara keenam karakter ini menjadi sesuatu yang bisa ditangani maksimal. Ada ilusi seolah-olah cerita yang Anda dapatkan berbeda, namun pada akhirnya – semuanya akan menyatu di fakta bahwa Anda adalah seorang pahlawan yang akan mengambil Sword of Mana, bertarung melawan tokoh antagonis sesuai dengan cerita karakter Anda, dan kemudian menang. Lantas, bagaimana dengan 3 karakter lain yang tidak Anda pilih dan gunakan? Anda mungkin akan bertemu dengan mereka di sepanjang perjalanan saat beristirahat di kota misalnya, namun berperan tak ubahnya cameo dimana percakapan berfokus soal alasan mengapa mereka tidak bisa ikut bergabung ke party Anda. Satu yang pasti? Kombinasi elemen-elemen ini membuat Trials of Mana tetap tampil dengan satu garis cerita linear jelas dan koheren, terlepas dari fakta Anda bisa memilih karakter utama yang Anda ingin gunakan.
Dengan presentasi visual dan gaya bercerita yang pantas untuk diacungi jempol, sayangnya Trials of Mana Remake harus dihantui sebuah masalah presentasi klasik di game-game JRPG berbudget rendah. Benar sekali, voice acting khususnya untuk bahasa Inggris. Dengan intonasi yang terkadang tidak sesuai, dialog bak orang membaca, dan sama sekali tidak mampu memproyeksikan emosi apapun, kualitas voice acting bahasa Inggris Trials of Mana Remake memang berada di bawah standar. Menggunakan VA bahasa Jepang menjadi pilihan yang lebih nyaman dan rasional untuk saat ini. Apalagi Anda juga tidak mau terpapar dengan VA versi Inggris Charlotte yang seolah-olah menerjemahkan emoticon “UWU” ke dalam setiap kata dan kalimat yang ia lontarkan di percakapan. Cukup untuk membuat Anda ingin melompat dari bangunan tinggi dan tak sabar untuk mendarat secepat mungkin.
Untuk sebuah game yang dibangun dengan konsep “Remake” di atasnya, Trials of Mana melakukan tugasnya dengan baik. Translasi dunia dua dimensi dari era SNES kini bersinar dan relevan dengan pasar game saat ini lewat visualisasi tiga dimensi yang terasa klasik, tetapi juga menawan di saat yang sama. Andai saja sisi VA bahasa Inggris-nya berada di kualitas yang sama.
JRPG Klasik nan Solid
Walaupun banyak game JRPG lawas menjadikan turn-based sebagai basis mekanik mereka, banyak gamer yang sepertinya lupa bahwa cita rasa action RPG sebenarnya juga sudah sempat ditawarkan beberapa judul legendaris di era SNES, seperti yang diusung oleh Trials of Mana ini. Bahwa alih-alih sekedar diam dan menunggu animasi serangan, Anda diperkenankan untuk bergerak dan menyerang, serta mengeluarkan ragam skill ketika kesempatan mendukung hal tersebut. Sesuatu yang diterjemahkan dengan manis di seri Remake yang satu ini. Bahkan cita rasa action tersebut harus diakui, mengental.
Tampil sebagai game action RPG yang solid, Trials of Mana mengusung sistem pertarungan yang akan senantiasa menuntut Anda untuk terus bergerak. Selain sistem dua serangan – lemah dan kuat yang bisa dikombinasikan untuk damage lebih besar, Anda juga akan dibekali dengan sistem roll untuk menghindari serangan-serangan musuh. Untuk membuat Anda memahami apa yang terjadi di arena pertempuran dengan lebih mudah, semua jenis serangan AOE musuh kini akan memiliki indikator posisi serangan berwarna merah dengan arah dan lokasi dimana ia akan mendarat. Ini berarti Anda selalu punya informasi dan kesempatan untuk bereaksi, demi meminimalisir damage saat bertempur. Cita rasa aksi mengalir kuat di sini karena alih-alih diam dan menunggu, Anda memang lebih direkomendasikan untuk terus bergerak.
Sisanya? Sepertinya layaknya game action RPG yang lain, memanfaatkan semua resource yang Ada miliki untuk memenangi pertempuran melawan musuh biasa yang terlihat jelas di layar ataupun boss yang menunggu di beragam lokasi. Setiap karakter yang Anda gunakan juga punya sesuatu yang disebut sebagai CS alias Class Strike – sejenis serangan spesial yang menjanjikan damage besar jika dieksekusi. CS membutuhkan bar khusus berbasis persentase untuk bisa dieksekusi yang akan terkumpul seiring dengan banyaknya damage yang Anda lemparkan atau dapatkan. Beberapa serangan lain seperti Magic membutuhkan MP dan beberapa musuh juga memiliki sistem Armor yang butuh dihancurkan terlebih dahulu dengan Strong Attack dalam mode charging sebelum mereka menerima damage dalam seharusnya.
Satu yang menarik adalah bagaimana kesemua sistem ini dibangun di atas konsep game JRPG lawas yang sudah lama tidak kita temui. Sebagai contoh? Elemen. Serangan-serangan magic dan buff yang Anda temui tetap disuguhi dengan sistem kekuatan dan kelemahan elemen yang membuat Anda harus berujung mengenali musuh seperti apa yang Anda hadapi. Anda tidak bisa sekedar melemparkan magic seenak hati karena ada kemungkinan ia justru akan berujung menyembuhkan musuh Anda alih-alih menghabisinya. Sistem kedua yang tidak kalah keren? Peran. Mengingat Anda hanya bisa menggunakan 3 karakter dari 6 karakter yang Anda sediakan, karakter yang Anda pilih akan menentukan seperti apa gaya bermain Anda. Tidak membawa Charlotte misalnya yang berperan sebagai Healer akan membuat playthrough Anda lebih boros, karena Anda kini harus senantiasa menggunakan item untuk memulihkan HP. Memiliki Duran di dalam party berarti memiliki kesempatan untuk menggunakannya sebagai Knight, yang siap untuk menahan 30% total damage yang diterima anggota party yang lain. Ini tentu saja, konsep game JRPG klasik yang pantas disambut dengan tangan terbuka.
Namun dari semua elemen lawas tersebut, kami paling menyambut kembalinya sistem Job yang juga ditawarkan oleh Trials of Mana Remake ini. Benar sekali, alih-alih bertahan dengan gaya bermain yang itu-itu saja, bergantung pada level dan progress cerita, Anda bisa mengganti Job untuk karakter. Job baru berarti akses skill yang lebih kuat dan berbeda di saat yang sama, yang bisa mempengaruhi strategi permainan Anda. Setiap karakter akan memiliki setidaknya dua buah cabang Job berbeda di setiap tingkat, yang biasanya punya diversifikasi skill cukup jelas soal apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan. Job yang Anda pilih juga menentukan akses serangan CS seperti apa yang Anda dapatkan. Sebagai contoh? Anda bisa memosisikan Duran sebagai tanker atau lebih ke damager dengan pedang andalan, misalnya, yang notabene bergantung pada komposisi party Anda, masing-masing akan menawarkan kekuatan dan kelebihan masing-masing.
Job juga akan menentukan skill seperti apa yang bisa dibuka dan dikenakan oleh karakter Anda, sebuah praktik game JRPG standar memang. Namun tidak sedikit dari beberapa skill yang dibuka oleh job tersebut bersifat sebagai “Chain Ability” yang berarti ia bebas untuk dipakai oleh karakter lain di luar job yang membukannya. Ability ini sendiri juga dibagi ke dalam dua kategori besar – yang hanya berefek pada karakter yang menggunakannya atau yang akan mempengaruhi party secara keseluruhan. Menariknya lagi? Tidak hanya dari Job saja, Anda juga bisa menemukan “Chain Ability” saat menyelesaikan cerita karakter tertentu atau sekedar berbicara dengan NPC di beberapa kota. Chain Ability yang terikat pada nama karakter biasanya memiliki efek yang lebih signifikan.
Bagian yang bahkan lebih dari kami rindukan dari sistem elemen dan jobs? Eksplorasi berbasis World Map ala game JRPG lawas yang juga dipertahankan di sini. Walaupun pergerakan karakter di beberapa chapter pertama cerita bisa dihitung linear, dimana perpindahan sangat bergantung pada cerita seperti apa yang tengah tersaji alih-alih kesempatan untuk berpetualang kemanapun yang Anda inginkan dengan menggunakan sistem World Map yang ada. Namun seperti halnya game JRPG tua, Anda akan pelan tapi pasti, menemukan kendaraan untuk mulai menjelajahinya dengan lebih cepat. Semuanya dimulai dengan sebuah kura-kura raksasa untuk laut saja, yang kemudian diikuti dengan seekor naga imut yang lewat kecepatan terbangnya, siap membawa Anda kemana saja. Sayangnya, selain beberapa ibukota dengan arsitektur megah, kota-kota di Trials of Mana Remake harus diakui mengecewakan. Dipenuhi dengan percakapan NPC tidak menarik, sebagian besar waktu Anda hanya akan dihabiskan untuk sekedar memeriksa katalog belanja equipment dan item sebelum beralih ke tujuan selanjutnya.
Konsep JRPG klasik ini memang memberikan kesan nostalgia yang cukup kuat, terlepas apakah Anda sempat mencicipi Seiken Densetsu 3 atau tidak di masa lalu. Namun sayangnya, pendekatan klasik ini juga harus diikuti dengan absennya misi sampingan yang saat ini, sepertinya menjadi standar sebagian besar game RPG saat ini untuk mengalihkan sedikit sensasi linear yang bisa berakhir membosankan. Segala sesuatunya berjalan lugas, dimana Anda bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain semata untuk menyelesaikan sisi cerita utama saja.
Satu-satunya aktivitas sampingan yang bisa Anda lakukan hanyalah mencari dan mengumpulkan kaktus-kaktus kecil di beragam peta yang jika menyentuh angka tertentu, akan memberikan Anda buff yang menguntungkan seperti EXP x 2 dengan sistem kesempatan acak. Sementara cara untuk mendapatkan equipment terkuat kini terperangkap pada sistem tanam benih dengan pot yang memiliki level dengan mekanisme bak EXP bergantung pada jumlah benih yang Anda tanam. Benih ini akan menghasilkan item dan equipment acak yang di level maksimal, mungkin berujung pada senjata dan equipment terbaik yang sudah lama Anda cari. Sayangnya, sistem seperti ini seolah merenggut keseruan mencari equipment terbaik di antara terbaik yang di beberapa game JRPG yang lain, biasanya terikat pada petualangan atau tantangan khusus tertentu. Sesuatu yang cukup kami sesalkan.
Maka terlepas dari perombakan sisi presentasi yang membuatnya lebih modern dan relevan, Trials of Mana Remake masih terasa seperti game JRPG klasik yang seharusnya. Menemukan kesempatan untuk menjelajahi world map dengan kendaraan laut dan udara adalah salah satu mekanik yang sepertinya, tidak lagi mudah untuk ditemukan di banyak game JRPG lebih modern.