JagatPlay: Ngobrol Santai dengan Crystal Dynamics (Marvel’s Avengers)!
Kesuksesan masif yang berhasil diraih Disney dengan Marvel Cinematic Universe menghasilkan dua hal yang jelas – kebangkitan cinta pada karakter superhero yang kini tidak lagi terpaku pada identitas “kutu buku” seperti puluhan tahun yang lalu dan tentu saja, kesempatan baru bagi karakter ini untuk menemukan jalannya ke industri game sebagai pengalaman interaktif. Semakin banyak judul yang memanfaatkan performa konsol generasi terkini mengemuka, yang kini tidak lagi hanya berfokus pada petualangan hanya satu superhero saja. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ketertarikan benar-benar menyeruak kuat ketika Square Enix dan studio andalan mereka yang berhasil membangkitkan kembali Tomb Raider – Crystal Dynamics resmi mengumumkan proyek game Marvel’s Avengers beberapa tahun yang lalu.
Kini, setelah digoda dengan banyak screenshot, teaser, dan trailer, tanggal rilis untuk game yang akan didorong dengan dukungan konten dan cerita tambahan setelah lepas ini semakin mendekat. Kami sendiri termasuk salah satu media yang cukup beruntung untuk berbincang-bincang dengan Crystal Dynamics terkait game yang satu ini. Tidak hanya satu saja, melainkan 4 tulang punggung proyek ambisius ini hadir menjawab pertanyaan kami via Zoom. Mereka adalah Scot Amos (Head of Studio), Shaun Escayg (Creative Director), Vince Napoli (Combat Director), dan Phil Therien (Warzone Director). Bersama dengan beberapa media Asia Tenggara yang lain, tidak ada lagi momen untuk memuaskan rasa penasaran terkait game superhero ini.
Pertanyaan dimulai dengan rasa penasaran terkait bagaimana cara Crystal Dynamics untuk meracik karakter-karakter unik superhero di Marvel’s Avengers, bukan hanya dari sisi kosmetik saja, tetapi juga gameplay. Vince Napoli – sang Game Director menjelaskan proses pengembangan yang mereka lalui.
Pertama-tama, mereka menentukan terlebih dahulu pengalaman bermain seperti apa yang hendak mereka kejar, yang tentu saja berfokus pada sisi karakter. Sebagai contoh? Iron Man. Menjadi seorang Iron Man berarti kita semua ingin terbang, menembak dan berganti senjata, dan berperan sebagai karakter range layaknya sebuah pesawat jet. Kemudian dari sana mereka membangun mekanik gameplay khusus untuknya.
Tahap kedua? Untuk mengimbangi Iron Man, mereka kemudian harus membangun AI musuh yang bisa berhadapan dengan karakter yang mampu terbang cepat dan menembak dari kejauhan. Setelah selesai, mereka lalu berpindah ke karakter selanjutnya, seperti Hulk dan kemampuan grab-nya dan membangun AI yang mampu merespon aksi spesifik tersebut. Aksi ini mereka lakukan hingga semua karakter terfasilitasi. Sisanya adalah memastikan proses balancing yang tepat untuk semua build yang mungkin diracik gamer, membuat karakter tetap terasa kuat tetapi juga seimbang.
Dengan level maksimal karakter berada di angka 50, setiap karakter akan memiliki setidaknya 3 kategori serangan berbeda – serangan biasa dan semua kombinasinya, serangan Heroic yang spesifik terikat pada karakter, dan modifikasi berbeda yang membuat cara kerja skill tersebut menjadi berbeda seperti pergerakan Mjollnir untuk Thor misalnya. Dari sistem seperti ini, gamer bisa menegaskan peran yang lebih jelas soal karakter yang ia gunakan, misalnya memilih dan memperkuat skill yang memang berfokus pada sisi support jika mereka ingin bermain sebagai support. Misi Crystal Dynamics adalah membuat sensasi progress ini terasa natural dan mengalir, dimana karakter akan mendapatkan skill baru untuk setiap level yang mereka dapatkan. Gamer yang sudah mencapai level 50 akan bisa melakukan konfigurasi dengan bebas setelah membuka segala sesuatunya.
Sementara untuk urusan panjang cerita Marvel’s Avengers, Scot Amos – Head of Studio dari Crystal Dynamis menolak untuk memberikan informasi pasti. Satu hal yang bisa ia pastikan adalah komitmen untuk meracik sebuah cerita yang padat dan memuaskan yang diracik hati-hati. Ia yakin gamer akan puas dengan apa yang mereka tawarkan, di luar kesempatan untuk menyelam ke mode Warzone (co-op) dengan karakter Hero dan tantangan yang berbeda pula.
Mengingat gameplay juga akan berfokus pada usaha untuk mencari loot yang bisa digunakan untuk memperkuat karakter, Vince Napoli memastikan bahwa seperti kebanyakan game loot seperti ini, Marvel’s Avengers juga akan menawarkan opsi loot yang cukup banyak, yang tentu saja hadir dengan tingkat kelangkaan yang mungkin terasosiasi dengan jenis aktivitas yang Anda lalui atau tingkat kesulitan yang Anda tempuh. Anda juga akan punya opsi untuk menginvetasikan resource tertentu untuk memperkuat item yang sudah Anda dapatkan hingga mencapai tingkat tertinggi yang disebut sebagai Prime Gear. Anda juga akan bertemu dengan item-item yang “terkunci” pada hero spesifik yang disebut sebagai Hero Gear.
Menanggapi pertanyaan salah satu media terkait keputusan untuk tidak menciptakan game yang sepenuhnya open-world dan lebih memilih untuk meracik game dengan aksi di banyak lokasi, Phil Terien – Director Warzone memastikan bahwa itu memang keputusan kreatif yang mereka ambil. Bukan berarti mereka tidak bisa meracik game open-world yang membuat aksi berfokus hanya pada satu area saja. Yang ingin mereka lakukan adalah menciptakan ilusi “aksi global” dimana setelah campaign, ketika semua Avengers sudah bergabung kembali, mereka kini harus berhadapan dengan sebuah ancaman skala dunia yang tentu saja tersebar di banyak lokasi. Lokasi-lokasi yang disebut sebagai Regions ini akan menawarkan banyak landscape, dari kota, hutan, markas rahasia, bawah laut, hingga ke luar angkasa. Keputusan untuk tidak hanya menawarkan satu lokasi besar ala game open-world juga memungkinkan mereka untuk terus menambahkan konten lebih banyak Regions di masa depan, setelah Marvel’s Avengers dirilis ke pasaran. Ini membuat Warzone menjadi lebih dinamis.
Lantas pengalaman seperti apa yang bisa Anda antisipasi dari Marvel’s Avengers, apalagi mengingat ia menawarkan mode campaign (single-player) dan Warzone bersama-sama? Scot Amos menyebut bahwa gamer akan punya kesempatan untuk memilih langsung di awal permainan. Namun jika Anda memainkan mode campaign terlebih dahulu, bersama dengan cerita yang terbuka, Anda kini akan membuka lebih banyak roster superhero, sebagai contoh Hulk. Ketika Hulk sudah terbuka di mode campaign, maka Anda akan bisa menggunakannya di mode co-op (Warzone). Namun Amos menegaskan bahwa misi Warzone akan berperan bak misi sampingan yang tidak harus dilalui gamer. Namun jika mereka menyelesaikannya, ada ekstra loot dan exp yang bisa dikejar untuk memperkuat karakter tersebut. Tentu saja, ada ekstra cerita yang bisa dinikmati gamer terkait karakter tersebut.
Namun sekali lagi Anda bisa langsung mulai dari mode co-op (Warzone) dan bergabung dengan teman Anda begitu saja. Crystal Dynamics akan menambahkan sebuah halaman peringatan terkait Spoiler jika Anda belum menyelesaikan cerita utama terkait misi tersebut. Namun Amos sendiri lebih merekomendasikan bagi gamer untuk memulai dari mode campaign dulu dan baru bergerak ke mode Warzone, dimana Anda akan lebih bisa menikmati cerita dan karakter yang hendak ditawarkan Crystal Dynamics. Ia menyebut bahwa Warzone akan benar-benar “optimal” ketika gamer sudah menyelesaikan mode campaign, termasuk kesempatan mendapatkan loot ekstra spesifik untuk mode campaign tersebut.
Berbicara soal sumber inspirasi, Shaun Escayg – sang Creative Director kembali menegaskan bahwa apa yang ditawarkan Marvel’s Avengers adalah sebuah cerita orisinil dari Crystal Dynamics. Tidak hanya spesifik komik atau film, Escayg mengaku bahwa dalam proses pengembangan, mereka terinspirasi banyak sumber media yang sempat ditelurkan Marvel di sepanjang sejarah eksistensinya. Untuk game mereka, Marvel’s Avengers ingin mengeksplorasi lebih banyak di origin story soal Kamala Khan dan bagaimana ia berhasil menyatukan kembali Avengers yang terpisah. Kemudian dari sana, eskalasi pertempuran sebagai Avengers baru dimulai. Escayg mengaku bahwa mereka terinspirasi oleh banyak hal keren di komik dan film-film Marvel, namun ini tetap cerita orisinil mereka.
Soal metode microtransactions yang mereka usung, Scot Amos menegaskan bahwa Marvel’s Avengers didesain sedemikian rupa untuk memastikan gamer akan mendapatkan reward yang sepadan. Bahwa semakin banyak waktu yang mereka habiskan dengan Marvel’s Avengers, semakin banyak pula hal yang bisa mereka dapatkan – dari outfit hingga gear. Akan ada banyak item yang juga bisa didapatkan dari menyelesaikan beragam misi dan activity yang lain, baik dari mode campaign ataupun Warzone. Kerennya lagi? Semua konten post-launch termasuk hero dan regions yang akan didukung cerita dan villain baru, akan ditawarkan secara cuma-cuma! Marketplace alias microtransactions hanya untuk item kosmetik saja. Crystal Dynamics juga memastikan bahwa item kosmetik yang Anda dapatkan di campaign tidak akan dijual di Marketplace dan begitu juga sebaliknya.
Kami juga menggunakan kesempatan wawancara ini untuk bertanya soal dua hal. Pertama-tama tentu saja soal sistem power level yang terikat pada banyak game loot-based di masa sekarang, dimana terkadang ia tumbuh menjadi limitasi tersendiri untuk mencapai progress dalam sisi cerita. Pertanyaan kedua kami berkutat pada sistem komposisi musuh untuk mode Warzone, yang seingat kami di masa lalu, sempat dibicarakan akan tampil dinamis berdasarkan komposisi tim yang dibawa. Pertanyaan yang sudah lama menghantui rasa penasaran.
Vince Napoli mengambil kesempatan ini untuk menjawab pertanyaan kami. Napoli mengakui bahwa sistem Gear di Marvel’s Avengers akan memiliki power level-nya sendiri, dan akan menjadi bagian esensial untuk menundukkan tantangan yang lebih sulit. Tantangan ini akan terus tereskalasi seiring dengan progress, mengingat Anda akan bertemu dengan musuh, komposisi, dan sifat agresif yang baru. Angka power level akan menentukan tantangan seperti apa yang Anda ambil. Sementara untuk komposisi musuh yang akan dinamis berdasarkan anggota tim, Napoli juga memastikan hal ini. Selain bertemu dengan tipe-tipe musuh yang memang sudah mereka taruh secara manual di dalam level, Anda juga akan berhadapan dengan tantangan yang akan disesuaikan dengan total power level Gear milik keseluruhan tim. Ini akan terjadi semua lokasi Warzone yang tersedia.
Scot Amos menambahkan bahwa pengalaman bermain seperti apa yang Anda dapatkan memang akan didasarkan pada total angka power level tim. Di beberapa misi Warzone, jika Anda memutuskan kembali, Anda bahkan akan bertemu dengan jenis musuh yang berbeda-beda. Tingkat kesulitan yang gamer pilih juga akan menambah lapisan ekstra untuk Warzone yang di awal, sudah berubah tersebut. Anda bisa bertemu dengan ancaman baru atau bahkan modifier yang tidak pernah Anda prediksi sebelumnya, sebagai contoh – musuh yang kini tiba-tiba kebal terhadap serangan atau elemen tertentu. Amos berjanji akan berbagi lebih banyak informasi terkait hal ini di sesi Wartable selanjutnya.
Satu hal yang cukup berbeda dengan Marvel’s Avengers racikan Crystal Dynamics dibandingkan dengan versi film layar lebar milik Marvel adalah kesempatan untuk memberikan highlight terpisah bagi masing-masing karakter ikonik yang ada. Sementara untuk game ini, mereka langsung terjun dengan Avengers. Bagaimana mereka cara mereka menanganinya?
Shaun Escayg menyebut bahwa salah satu inspirasi terbesar dari kisah yang hendak ia angkat justru mengakar pada karakter bernama Phil Sheldon – yang merupakan seorang jurnalis di seri komik Marvel klasik, dimana ia melihat para karakter yang kita kenal saat ini sebagai “makhluk berbahaya” alih-alih superhero. Di Marvel’s Avengers, solusi untuk bisa mengimbangi “ancaman superhero” seperti ini ditawarkan oleh organisasi bernama AIM yang ingin memanen kemampuan mereka. Konsep seperti ini membuat cerita orisinil milik Crystal Dynamics menjadi unik, karena ia didasarkan pada diskusi konsep intelek dimana banyak orang akan bisa memahami tema yang hendak mereka angkat. Cerita ini juga diperkuat dengan karakter-karakter Avengers yang lebih manusiawi. Satu yang pasti, Escayg menegaskan bahwa mereka tidak akan “masuk” ke dalam origin story tiap karakter yang ada.
Crystal Dynamics menutup sesi wawancara ini dengan menegaskan bahwa cerita orisinal yang mereka usung akan terus tumbuh, membesar, dan berkembang dengan seri usia-nya yang menua, dengan tambahan konten yang ada. Walaupun ia tidak secara terbuka menyebut bahwa ia hendak meracik sebuah “Universe” ala MCU, namun ia hendak meyakinkan bahwa perjalanan cerita game ini akan semakin epik. Ini adalah kisah dan karakter Marvel personal yang hendak mereka bawa lebih jauh.
Marvel’s Avengers sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 4 September 2020 mendatang untuk Playstation 4, Xbox One, Google Stadia, dan tentu saja – PC. Square Enix dan Crystal Dynamics juga sudah memastikan upgrade gratis ke versi next-gen untuk Playstation 5 dan Xbox Series X jika gamer membeli versi current-gen saat ini. Tertarik?