10 Alasan Mengapa Thousand Arms adalah JRPG Istimewa!

Ada banyak alasan mengapa era Playstation pertama disebut sebagai “masa keemasan” untuk para gamer pencinta genre RPG di seluruh dunia. Kehadiran konsol generasi baru yang menggunakan format CD sebagai basis di kala itu yang notabene menawarkan ruang data lebih besar, sekaligus performa konsol yang kini sudah bisa menangani grafis 3D dengan tanpa kesulitan, membuka ruang bagi banyak developeruntuk mulai bereksperimen. Tidak adanya “standar” bagaimana sebuah game JRPG “seharusnya” dipresentasikan juga membuka begitu banyak uji coba dan inovasi yang melahirkan begitu banyak judul unik. Seiring dengan usianya yang menua, judul-judul ini pun tumbuh menjadi sesuatu yang legendaris.
Memorable tidak selalu berarti fantastis. Tidak sedikit judul game JRPG legendaris di era Playstation pertama yang tetap sulit dinikmati bahkan ketika Anda mencicipinya saat ini, dengan pikiran yang lebih dewasa dan terbuka sekalipun. Salah satu judul tersebut adalah Thousand Arms racikan Atlus dan Red Company. Berusaha menggabungkan konsep JRPG dan Dating-Sim di dalam satu ruang yang sama, ia juga datang dengan beberapa pendekatan gameplay yang unik. Dari fakta bahwa Anda berperan sebagai blacksmith yang harus kasih sayang atas nama meracik senjata lebih kuat hingga sistem pertarungan 1vs1 yang terasa aneh di kala itu.
Oleh karenanya, tidak ada salahnya jika kami memberikan sedikit tribute untuk game yang bahkan di tahun 2021 ini, belum tergantikan, baik dari sisi cerita, humor, gaya bertarung, hingga pendekatan voice acting serta OST yang cukup revolusioner di kala itu. Apa saja yang membuat game ini terasa begitu spesial? Inilah toplist alasannya menurut versi JagatPlay:
Ayumi Hamasaki – Depends on You
Di tengah internet yang belum diadopsi oleh banyak orang seperti sekarang, menemukan lagu-lagu Jepang berkualitas, pop ataupun rock, adalah sebuah momen yang terhitung istimewa. Menemukan sebuah game yang bahkan menggunakannya sebagai lagu intro? Bahkan jadi pemandangan yang lebih langka lagi. Popularitas Ayumi Hamasaki yang di awal tahun 2000-an merupakan mega bintang bersandingan dengan Utara Hikaru membuat posisi Thousand Arms langsung terasa istimewa, berkat keputusan untuk menggunakan “Depends on You” sebagai lagu pembuka. Bagi kami di kala itu, mendengar lagu pop ternama di dalam sebuah video game adalah situasi yang tak pernah terpikirkan, bisa terjadi.
Opsi Percakapan

Menjadi salah satu game JRPG yang kami jajal, melihat sebuah game yang juga menawarkan opsi percakapan saat dialog juga jadi pemandangan yang fantastis. Walaupun tidak kesemua opsi tersebut akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda, namun kebebasan seperti ini seolah membuka mata soal potensi apa yang bisa dicapai dan ditawarkan oleh RPG itu sendiri. Apalagi opsi-opsi percakapan ini juga biasanya berujung menghasilkan sedikit variasi cut-scene, membuat Anda cukup penasaran untuk menjajal opsi satunya lagi.
Voice Acting!
Format CD memang memberikan Playstation pertama begitu banyak ruang data untuk dimanfaatkan. Namun untuk game JRPG yang memanfaatkannya atas nama menyuntikkan voice acting yang solid? Bisa dihitung dengan jari. Yang membuat Thousand Arms semakin istimewa adalah fakta bahwa kualitas voice acting yang ia tawarkan tidak hanya punya kuantitas yang tinggi, tetapi juga kualitas yang pantas untuk dirayakan. Percaya atau tidak, puluhan tahun setelah terakhir mencicipinya, kami masih ingat dengan samar bagaimana beratnya suara Jyabil – sang blacksmith yang begitu digandrungi para wanita di kotanya.
Pendekatan Visual

Sebelum era Playstation pertama, hampir semua game JRPG yang meluncur ke pasaran datang dengan visualisasi dua dimensi sebagai basis. Pendekatan 3D yang mulai bisa difasilitasi oleh performa konsol Sony ini jugalah yang menjadi alasan mengapa rilis Final Fantasy VII di kala itu tampil begitu fenomenal. Walaupun banyak game JRPG dua dimensi di kala itu, yang menawarkan cita rasa anime yang kental dari awal sampai akhir bisa dihitung dengan jari. Bahkan game seperti Tales of Destiny misalnya, hanya mendorongnya di film pembuka saja. Thousand Arms tampil gemilang dengan memanfaatkan pendekatan ini nyaris di semua situasi, dari perkenalan karakter yang baru saja Anda temui hingga tentu saja, cut-scene ekstra di tengah cerita. Pendekatan ini juga membuat Anda lebih mengapresiasi detail karakter, baik cut-scene ataupun saat bertarung, yang disajikan cukup detail dengan cita rasa anime yang kental.