Review STRAY: Kocheng Oren Mah Bebas!

Investasi besar yang melibatkan angka jutaan USD, gaji ratusan karyawan yang berusaha merampungkannya dalam waktu tahunan, hingga biaya marketing yang besar memang membuat banyak game AAA berusaha bermain “aman”. Hasilnya adalah upaya untuk menarik perhatian gamer mainstream, yang menghasilkan konsekuensi di minimnya inovasi dan keberanian untuk menjajal sekadar gameplay hingga konsep baru. Untungnya, selalu ada game-game kaliber kecil dan indie yang bisa diandalkan untuk memenuhi hasrat ini. Salah satu publisher yang senantiasa memfasilitasi hal tersebut? Tentu saja Annapurna Interactive yang datang dengan beragam produk yang begitu kreatif, termasuk game teranyar mereka – STRAY.
Ketika pertama kali diperkenalkan oleh sang developer – BlueTwelve Studio beberapa waktu yang lalu, STRAY langsung mencuri perhatian dunia. Bagaimana tidak? Kita bicara soal sebuah game yang akhirnya meminta kita untuk berperan sebagai seekor kucing dengan segala keunikan dan kenakalannya. Daya tarik tersebut kemudian dibalut ke dalam sebuah kisah penuh misteri yang mencitrakan kuat sebuah dunia distopia, alih-alih dijadikan humor seperti kebanyakan game binatang dengan nama “simulator” di belakangnya. Detail dan keindahan visual juga menjadi salah satu alasan mengapa STRAY begitu diantisipasi, terutama saat Sony menjadikannya sebagai salah satu tumpuan Playstation 5 untuk memamerkan kekuatannya sebelum rilis.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh STRAY? Mengapa kami menyebutnya sebagai gmae yang mencerminkan kuat kekuatan meme lokal “Kocheng oren mah bebas”? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Seperti yang kami sebutkan sebelumnya dan seperti nama yang ia usung, STRAY meminta Anda untuk berperan sebagai seekor kucing liar yang terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan. Karena satu hal yang terjadi, ia jatuh ke kedalaman bumi.
Namun alih-alih kotoran dan debu, sang kucing justru menemukan sebuah struktur metal yang rapi yang tentu saja, mengindikasikan peradaban. Bersama dengan proses untuk mencari jalan keluar, ia justru menemukan kota-kota yang terpendam di dalamnya. Bukan kota mati, melainkan kota futuristik penuh atmosfer distopia yang kini dihuni oleh robot-robot humanoid di dalamnya. Menariknya lagi? Para robot humanoid ini juga seolah berusaha mereka ulang tugas, kewajiban, interaksi, hingga fasilitas-fasilitas yang sempat dinikmati oleh manusia.


Dalam perjalanannya, sang kucing tanpa nama ini untungya tidak sendiri. Ia berhasil menemukan seorang companion, sebuah robot terbang kecil bernama B-12. Tidak ada yang tahu darimana robot misterius ini berhasil, namun ia berujung diisi dengan begitu banyak fungsi dan pengetahuan. Ia bisa berubah menjadi senter, mentranslasikan bahasa unik yang digunakan para robot, dan uniknya – seolah-olah memiliki pengetahuan kuno ketika para manusia mendominasi bumi dari sekadar sejarah hingga tingkah laku mereka. Kesamaan misi membuat robot ini sejalan dengan usaha si kucing untuk bergerak kembali ke permukaan.
Namun seperti yang diprediksi, perjalanan ini tidak mudah. Selama perjalanan, sang kucing dan B-12 menemukan sebuah ancaman yang unik dan mematikan di saat yang sama. Ada segerombolan makhluk hidup yang menetas dari telur-telur misterius, berjumlah banyak, dan seolah eksis untuk memburu apapun makhluk hidup yang mereka temui. Menariknya lagi? Tidak hanya ditakuti oleh sang kucing saja, binatang yang sama juga menjadi momok menakutkan untuk para robot yang bahkan, tidak berani mendekati mereka.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di dunia STRAY? Berhasilkah si kucing kembali ke permukaan? Apa pula fungsi B-12? Mengapa dunia ini dipenuhi para robot humanoid? Kemanakah para manusia? Semua pertanyaan ini bisa Anda jawab dengan memainkan STRAY ini.