Review Call of Duty – Modern Warfare II (Campaign): Konflik Global yang Lebih Sunyi!

Pesona Call of Duty memang tak lagi seperti satu dekade yang lalu. Hampir semua gamer yang sempat mencicipi franchse ini tentu masih ingat pesona dan pengalaman epik yang ditawarkan hampir setiap lini timeline, baik dari World at War, Modern Warfare, hingga Black Ops yang fantastis. Puncak kegagalan tersebut terjadi Call of Duty: Vanguard kemarin yang bahkan diakui oleh Activision sendiri sebagai produk yang gagal memenuhi ekspektasi hingga pada titik, ia mengubah gaya rilis Call of Duty dari tahunan menjadi dua tahunan, melewatkan tahun 2023 mendatang. Walaupun demikian, selalu ada yang terasa istimewa dari rilis racikan Infinity Ward.
Setelah kesuksesan reboot yang mereka lakukan di tahun 2019 yang lalu via Modern Warfare yang menawarkan cerita dan karakter baru, namun dengan nama yang familiar, Infinity Ward akhirnya kembali dengan sang seri sekuel – Modern Warfare II. Pendekatannya masih sama, sebuah seri sekuel untuk tahun 2019 yang membawa nama-nama familiar, namun konflik, cerita, dan karakterisasi yang berbeda. Tentu menarik untuk melihat ke arah mana Infinity Ward akan membawanya, mengingat Modern Warfare II original di tahun 2009 silam memperkenalkan eskalasi konflik ala film Hollywood yang bombastis.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign Call of Duty: Modern Warfare II ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan konflik global yang lebih sunyi? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Kebutuhan Amerika untuk “mengatasi” ancaman potensial mereka di masa depan akhirnya membuat mereka harus membunuh salah satu jenderal Iran – Ghorbrani dalam misi yang dieksekusi Ghost di bawah kepemimpinan General Shepherd.
Seperti yang diprediksi, kematian Ghorbrani ini justru memicu sebuah upaya balas dendam oleh sang tangan kanan – Hassan. Upaya Ghost dan Soap untuk menangkap Hassan justru membuka sebuah misteri baru yang menyeramkan, bahwa entah mengapa anggota pasukan khusus Iran yang satu ini memiliki akses ke rudal jarak jauh yang jelas, merupakan milik Amerika Serikat. Upaya untuk menyelusuri apa yang sebenarnya dirahasiakan Hassan membawa konflik ke lebih banyak tempat dan pihak.


Bahwa tak ingin sekadar jarak jauh, Hassan ini membawa perperangan tersebut ke Amerika Serikat. Dalam proses penyelundupan dirinya pribadi dan misil yang menjadi kunci kemenangannya, ia melibatkan kartel besar Mexico – Las Almas. Seperti yang bisa diprediksi, pertarungan sulit melawan kartel yang notabene sudah menguasai kota ini hanya menjadi awal dari dibukanya informasi soal keterlibatan lebih banyak pihak, dari PMC hingga Russia.

Lantas, mampukah Task Force 141 yang berisikan Soap, Price, dan Ghost menyelamatkan Amerika Serikat untuk kesekian kalinya? Dimana misil berbahaya tersebut disimpan? Konspirasi seperti apa yang sebenarnya membelakanginya? Semua jawaban dari pertanyaan ini tentu bisa Anda dapatkan dengan memainkan mode campaign Call of Duty: Modern Warfare II ini.