Review God of War Ragnarok: Mitologi Penuh Aksi, Mitologi Penuh Hati!
Seperti sebuah keajaiban, kalimat ini memang tidak berlebihan untuk menjelaskan apa yang berhasil dicapai Sony Santa Monica dengan God of War di tahun 2018 kemarin. Mengapa? Karena di atas kertas, apalagi untuk sebuah franchise yang sudah “matang”, upaya untuk mengubah keseluruhan elemen yang ada atas nama modernisasi dan pergerakan menuju arah baru adalah resep yang begitu rentan untuk dikritik dan dihancurkan, terutama oleh para fans. Namun nyatanya, eksekusi yang sebegitu fantastis-nya membuat seri ini justru berujung dipuja-puji. Arah baru God of War ini tak sekadar diterima, tetapi justru memancing rasa penasaran lebih besar kemana ia akan mengarah selanjutnya.
Tidak heran hype dan antisipasi yang mengitari si seri sekuel – God of War Ragnarok begitu kuat. Tentu ada rasa penasaran kemana Sony Santa Monica akan membawa cerita yang sudah mereka bangun, terutama soal hubungan Kratos dan Atreus yang kini mulai beranjak dewasa. Apalagi Sony Santa Monica juga sempat mengungkapkan ambisi mereka untuk memastikan gamer bisa mengeksplorasi ke-9 dunia yang tersedia di mitologi Norse sembari menikmati konklusi dari Ragnarok di seri kedua ini. Tentu menarik untuk melihat bagaimana akhir dunia ini berujung diterjemahkan.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh God of War Ragnarok ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai seri mitologi yang penuh aksi dan penuh hati di saat yang sama? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Sebagai sebuah seri sekuel, Anda tentu saja diharapkan sudah memainkan God of War (2018) terlebih dahulu sebelum terjun ke God of War Ragnarok ini. Di luar opsi Youtube yang selalu terbuka, game ini juga menyediakan opsi “Recap” di menu utama jika Anda ingin mengetahui atau sekadar mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya.
God of War Ragnarok mengambil setting setelah tiga tahun dari seri pertama. Seperti yang diramalkan, kematian Baldur dari seri pertama menjadi pemicu untuk dimulainya fase Ragnarok yang diawali terlebih dahulu dengan musim dingin berkepanjangan bernama Fimbulwinter. Selama proses ini, Kratos terus melatih Atreus untuk sesuatu yang mungkin saja menjadi takdirnya setelah apa yang mereka lihat di puncak Jotunheim. Bagi Kratos, ia ingin menghindari terlibat dalam apapun perang yang mengawali Ragnarok nantinya. Sementara bagi Atreus, ia justru ingin mengetahui apa perannya dalam keseluruhan saga yang sudah diramalkan ini.
Kratos yang menghormati opini Atreus yang semakin dewasa akhirnya berusaha mengikuti keinginannya, apalagi setelah ia berhasil membangun koneksi dengan sejarahnya sebagai seorang Jotun. Atreus percaya bahwa langkah untuk mengetahui sebenarnya apa peran ia dan Kratos harus dimulai dengan mencari dan menyelamatkan Tyr, yang sempat dipercaya sudah tewas di seri pertama. Apalagi ramalan sempat menyebut bahwa Tyr-lah yang akan memimpin pasukan beragam realm saat menghabisi Odin di perang Ragnarok nantinya. Perjalanan untuk sebuah takdir yang lebih besar ini pun dimulai.
Namun tentu saja, langkah ini tidak mudah. Setelah apa yang terjadi di seri pertama, tindak tanduk Kratos dan Atreus sudah memancing perhatian para penghuni Asgard yang tentu saja akan terdampak Ragnarok di akhir. Kratos juga harus terus berhadapan dengan aksi pemburuan oleh Freya yang masih dendam dengan kematian sang anak, Baldur di seri pertama. Di tengah semua kekacauan ini, apalagi dengan Fumbelwinter yang ternyata mulai mempengaruhi cara kerja semua realm, Kratos dan Atreus harus mencari tahu apa yang menjadi takdir mereka.
Lantas, apa yang akan terjadi di Ragnarok ini? Apa peran Kratos dan Atreus? Bagaimana nasib keduanya akan berakhir? Bagaimana kisah ini akan ditutup? Semua jawaban dari pertanyaan ini tentu saja bisa Anda dapatkan dengan memainkan God of War Ragnarok ini.