Review Troublemaker: Hasrat Tinggi tapi Impotensi!
Hampir semua gamer Nusantara yang mengikuti scene lokal sepertinya tidak akan asing lagi dengan nama “Parakacuk” – game action yang diracik oleh tim bernama Gamecom Team sejak beberapa tahun yang lalu. Hype yang mengitari game ini begitu kuat ketika beragam publikasi, lokal ataupun luar, langsung membandingkan konsep setting sekolahan yang ia bawa dengan game milik Rockstar – Bully di kala itu dengan sisi aksi yang bahkan diasosiasikan dengan seri Yakuza. Tak ayal lagi, semua berita yang juga datang tanpa klaifikasi ataupun penyanggahan dari sang tim developer tersebut langsung menimbulkan harapan bahwa akhirnya Indonesia akan punya game semi open-world dengan visualisasi tiga dimensi yang seharusnya.
Dalam proses pengembangan yang terjadi, nama Parakacuk kemudian dipermak menjadi Troublemaker, yang notabene seharushya lebih efektif untuk menjaring potensi pasar dari luar Indonesia. Perubahan nama ini tidak lantas diikuti dengan perubahan elemen lainnya dari Gamecom Team. Troublemaker tetap bertahan sebagai game action bertema sekolah Indonesia yang juga hendak menjual intensitas kata-kata kotor dan kasar sebagai identitas yang lain, dimana Anda tidak akan sulit melihat dan mendengar kata “Bangsat” hingga yang lebih parah tersedia sejak menit awal hingga akhir permainan nantinya. Sebuah strategi yang lumayan unik.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Troublemaker di versi akhir? Apa yang membuat kami menyebutnya sebagai game dengan hasrat tinggi tapi dilanda impotensi? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Troublemaker memosisikan Anda sebagai seorang remaja pria bernama Budi yang tidak hanya seringkali terlibat perkelahian di luar keinginannya, namun juga memiliki keahlian di sana. Kasus pertarungan terakhirnya membuat sang Ibu memutuskan untuk memindahkan Budi ke sekolah lain – SMK Cipta Wiyata yang ternyata berujung lebih buruk. Budi kini masuk ke dalam SMK dimana alih-alih ditentang, perkelahian antar siswa justru didukung.
Budi kemudian terperangkap dalam sebuah plot yang sulit untuk dinilai dengan nalar. Untuk alasan tertentu, SMK Cipta Wiyata ternyata memiliki sebuah turnamen pertarungan tangan kosong antar anak-anak beragam jurusan untuk memperebutkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Siapapun yang menang akan didukung dengan dana BOS setelah ia lulus hingga berujung mendapatkan kerja, membuat tawaran ini terlihat menggoda di tengah stigma lulusan SMK yang di game ini, disebut-sebut sulit untuk mendapat kerja. Budi pun terpilih untuk mewakili jurusannya, dengan teman-teman seperti Zaenal, Rani, dan Boby sebagai pendukung.
Maka seperti yang bisa diprediksi, SMK Cipta Wiyata juga diisi dengan begitu banyak murid pertarung lainnya yang datang dengan gaya bela diri mereka masing-masing. Ada yang memang secara resmi masuk ke dalam turnamen untuk memperebutkan hak atas BOS yang sama, namun tak sedikit pula yang sekadar berkumpul untuk menjadi kelompok perundung atau sekadar preman kecil di lingkungan pendidikan ini. Mereka-mereka yang meang harus berakhir bertukar tinju dan tendangan dengan Budi nantinya.
Lantas, tantangan seperti apa yang harus dilalui Budi? Lawan-lawan seperti apa yang harus ia hadapi? Bagaimana pula peran teman-teman pendukungnya yang lain? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan Troublemaker ini.