Post-Review Final Fantasy XVI: Tahta, Raksasa, Romansa!

Anda yang sudah membaca review kami sebelumnya sepertinya sudah mengetahui betapa jatuh hatinya kami pada proyek teranyar Square Enix dengan Creative Business Unit III sebagai penanggung jawab – Final Fantasy XVI. Kami terkagum-kagum pada komitmen dan begitu tanpa komprominya konten yang mereka tawarkan, dari konsep action RPG yang begitu kental, cerita super dewasa, musik yang siap membuat bulu kuduk Anda bergidik, karakter yang kompleks, hingga sisi presentasi yang memanjakan mata. Walaupun harus diakui, ia juga membuat kami rindu dan sangat menginginkan apa jadinya jika elemen RPG yang diusung jauh lebih berat dibandingkan apa yang ditawarkan saat ini. Kita bicara soal game RPG yang bahkan tidak mengusung konsep status effect sama sekali di dalamnya.
Namun mengingat kami terikat perjanjian dengan Square Enix dalam bentuk NDA sebagai kompensasi dari akses kode lebih cepat untuk kepentingan review, kami tidak diperbolehkan untuk menyertakan sedikitpun screenshot yang kami ambil langsung dari playthrough kami yang notabene, memang terhitung mengecewakan. Walaupun bisa dimengerti bahwa langkah ini efektif untuk mencegah spoiler yang terlalu awal bertebaran di luar kelompok media, sisi lain ini justru menjadi pedang bermata dua karena hilangnya kesempatan untuk menikmati kualitas visual Final Fantasy XVI dalam kapasitas yang seharusnya.
Konten yang juga berujung sulit untuk dibicarakan tanpa “membocorkan” apapun di review perdana tersebut adalah kisah romansa eksplisit antara Clive dan Jill, yang seperti halnya tema Final Fantasy XVI yang lain, juga diperlakukan bak cinta dua orang dewasa yang seharusnya. Kisah keduanya berkontribusi besar pada rasa cinta kami pada cerita dan karakter Final Fantasy XVI, terutama mengingat dinamika keduanya dibangun lewat cerita belasan tahun walaupun juga disajikan dalam format time skip. Namun begitu momen tersebut datang, bagaimana romansa keduanya tak hanya mengalir tetapi juga menyatu di satu tempat, ada rasa haru, bahagia, dan puas di saat yang sama. Seperti yang bisa diprediksi, Jill langsung melonjak naik menjadi salah satu karakter Final Fantasy terfavorit kami.
Jika ada satu kekurangan ekstra yang kami rasakan sendiri ketika berusaha mengejar Platinum Trophy untuk Final Fantasy XVI, yang notabene membutuhkan Anda untuk menamatkannya sekali lagi di Final Fantasy Mode (mode Hard) di New Game+ adalah sesi pertarungan sinematik Eikon yang ternyata sebagain besar tidak bisa di-skip begitu saja karena ia terikat pada gameplay berbasis QTE yang ada. Pertarungan antara raksasa dengan elemen spesifik yang begitu memesona dan memanjakan mata di playthrough pertama ini menjadi sebuah ujian kesabaran ekstra di playthrough kedua Anda, apalagi jika Anda ingin secepatnya melewati semua cut-scene yang ada atas nama untuk mengejar trophy-trophy sisa yang ada.
Maka izinkan kami untuk melemparkan segudang screenshot dari playthrough pertama dan kedua Final Fantasy XVI kami untuk memperlihatkan kepada Anda seberapa indah-nya Valisthea dan sinematiknya sudut-sudut kamera yang diambil oleh sang tim di beragam cut-scene dengan musik membahana yang siap memanjakan indera penglihatan dan pendengaran Anda.
<ARTIKEL INI MENGANDUNG SPOILER BERAT DARI AWAL HINGGA 80% PERMAINAN.
HINDARI JIKA ANDA BERKEBERATAN DENGANNYA!>
Screenshot
4K dengan Playstation 5 – Quality Mode









