Review Street Fighter 6: Hadir dalam Bentuk Terbaik!

Fighting sebagai sebuah genre memang tengah berada di persimpangan yang menarik. Bagi Anda yang mengikuti rilis beberapa seri teranyar dari franchise yang ada, pendekatan mereka selalu berujung pada satu titik yang sama: memastikan bahwa game yang mereka racik tetap kompetitif untuk para gamer veteran namun di sisi lain, tetap bersahabat untuk gamer-gamer pendatang baru, yang bahkan tidak terlalu mahir memainkan game seperti ini sekalipun. Untuk urusan terakhir ini, ia memang jadi sesuatu yang esensial mengingat ia akan mempengaruhi hidup dan matinya si game fighting, baik dari sekadar dari sisi umur si seri ataupun umur si franchise di masa depan. Sesuatu yang sepertinya dipahami oleh Capcom.
Bergerak dengan energi baru dari tim yang tidak lagi digawangi oleh seorang Yoshinori Ono yang hengkang dari Capcom, potensi sang seri terbaru Street Fighter 6 memang tidak terbendung. Ada begitu banyak ide yang kini bisa diimplementasikan dari otak-otak kreatif yang selama ini mungkin tidak terfasilitasi karena gaya kepemimpinan sebelumnya. Apalagi Capcom juga kini punya senjata baru nan mematikan – RE Engine, salah satu investasi terbaik yang pernah mereka lakukan. Maka tugas berat selanjutnya adalah membangun identitas baru, meracik mekanik yang dalam dan sederhana di saat yang sama, sembari memastikan roster yang disukai gamer berada di sana. Semua hal yang sejauh ini berhasil dihadirkan oleh Street Fighter 6.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Street Fighter 6? Mengapa kami menyebutnya sebagai seri dalam format terbaik saat ini? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Hadir dengan cita rasa klasik dan berbeda di saat yang sama, Street Fighter 6 menawarkan dua pendekatan berbeda untuk seri yang secara canon, kabarnya, mengambil timeline setelah Street Fighter III ini. Sayangnya, Anda yang mendambakan pendekatan sinematik ala Netherrealm Studios yang fantastis harus tetap dikecewakan dengan Street Fighter 6 ini.
Cerita akan disajikan dalam setidaknya dua buah format. Pertama, tentu saja mode Arcade dimana Anda seperti seharusnya, akan diminta untuk “membersihkan” rentetan pertarung hingga akhir untuk mendapatkan cerita terkait karakter yang Anda gunakan. Menggunakan format yang sama dengan seri Street Fighter lawas, cerita disajikan dalam bentuk potongan artwork dan potongan dialog untuk menjelaskan situasi dan motivasi beberapa karakter yang ada. Tidak ada animasi atau cut-scene mewah dan megah di sini.


Sisi cerita lain Street Fighter 6 disjaikan dalam mode terbaru bernama World Tour, dimana Anda akan memainkan avatar yang Anda racik sendiri di dalam sebuah skema dunia terbuka yang mengambil Metro City sebagai setting utama permainan. Anda diceritakan sebagai anak muda yang kebetulan tertarik untuk ikut bergabung di dalam Buckler Security racikan Luke. Bersama dengan karakter lain bernama Bosch yang kompetitif, perjalanan ini akan membawa Anda untuk bertarung dan berlatih di bawah para master yang ada, yang seperti bisa diprediksi, adalah karakter-karakter roster di Street Fighter 6 ini.
Maka lewat kedua mode tersebut, Anda bisa menyelami dan menjelajahi cerita Street Fighter 6 dengan dua gaya dan perspektif yang berbeda. Tentu saja harus disayangkan kembali, ia tetap jatuh bersama dengan banyak game fighting lain yang seolah tidak tertarik untuk mengikuti langkah Netherrealm Studios demi meracik sebuah cerita bergaya sinematik yang tak ragu dibandingkan dengan film Hollywood sekalipun.