Review Unicorn Overlord: Kuda, Tahta, Wanita!
Nama dan popularitas yang ia sandang memang tidak setinggi banyak developer Jepang yang lain. Tetapi di sisi lain, kiprah konsisten mereka berhasil membangun sebuah komunitas niche yang selalu bisa mengantisipasi sebuah kualitas tertentu dari setiap produk yang mereka racik dan dipuaskan. Benar sekali, kita tentu tengah bicara soal Vanillaware yang saat ini sudah masuk ke begitu banyak jenis dan setting game RPG. Produk fantastis terakhir mereka adalah 13 Sentinels: Aegis Rim, sebuah game visual novel dengan ekstra gameplay strategi yang berujung menghadirkan cerita sci-fi sebegitu fantastisnya setelah proses pengembangan selama bertahun-tahun. Kini, tetap berdiri di bawah bendera Atlus dan SEGA, Vanillaware menguji peruntungan mereka kembali dengan sebuah game teranyar – Unicorn Overlord.
Hadir dengan sebuah teaser yang indah, identitas Unicorn Overlord sebagai game racikan Vanillaware memang mengalir dari setiap sudut pandangan. Salah satu yang paling jelas tentu saja pendekatan sisi visual yang tetap bergaya anime, namun hadir sebegitu uniknya dengan gambar tangan yang ada, hingga Anda bisa membedakannya dengan produk serupa racikan developer yang bukan Vanillaware. Konsep game strategi yang tidak banyak dieksplor dan sebuah setting cerita fantasi yang jadi pondasi, Unicorn Overlord terdengar seperti produk yang sudah lama dinanti. Apalagi untuk sebuah game strategi, ia juga siap menawarkan mekanik dan sistem yang cukup unik.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Unicorn Overlord ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang berfokus pada kuda, tahta, dan wanita? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Unicorn Overlord mengambil setting di sebuah benua bernama Fevrith yang terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Anda akan berperan sebagai seorang pangeran terasingkan bernama Alain, yang seperti bisa diprediksi, berusaha kembali merebut tahta yang jadi miliknya.
Hak atas tahta tersebut memang sesuatu yang pantas ia miliki mengingat kepergian Alian dari Kerajaan Cornia yang harusnya ia kuasai terjadi setelah proses kudeta yang terjadi. Seorang jenderal besar bernama Valmore berhasil menjatuhkan kekuasaan ibu Alain – Ilenia dari tampuk kekuasaan, membuat Cornia tidak lagi aman. Alain yang di kala itu masih kecil berujung dititipkan pada prajurit kepercayaan lain – Josef akan dilindungi dan dirawat hingga besar. Sebelum tewas, Ilenia juga menitipkan sebuah artifak penting Kerajaan Cornia – Ring of the Unicorn yang akan berperan besar nantinya. Cincin dengan bentuk dan lambang kuda bertanduk tersebut akan menjadi kunci menundukkan Valmore.
Maka bersama dengan tumbuh besarnya Alain di pengasingan, Fervith harus bertemu dan berhadapan dengan kejamnya kekuasaan Valmore yang tak hanya bengis, tetapi juga ambisius. Valmore yang kini menamani dirinya Galerius dan membangun kembali kerajaan tua – Zenoiria berhasil memancing keributan di kerajaan-kerajaan yang mengitari Cornia – Drakenhold, Elheim, Bastorias, dan Albion. Di tengah situasi ini, berhadapan dengan konflik dengan salah satu mantan prajurit setia ibunya, Alain memahami bahwa mereka tidak melakukan pengkhianatan ini secara sukarela. Dipengaruhi oleh kekuatan magis misterius yang mengendalikan pikiran mereka, Alain juga menemukan bahwa Ring of the Unicorn adalah kunci untuk membersihkan sihir ini dan mengembalikan para karakter ini ke pikiran normal kembali. Alain pun tidak lagi bisa tinggal diam.
Lantas, mampukah Alain mendapatkan kembali tahtanya sebagai raja di Cornia? Perperangan dengan Galerius seperti apa yang akan terjadi? Siapa saja companion yang ditemui Alain selama perjalanannya? Anda tentu saja harus memainkan Unicorn Overlord untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini.