Review Assassin’s Creed III: Penutup Era yang Manis!
Segudang Fitur Baru – Atmosfer Gameplay yang Lebih Brutal!
Lupakan dengan dua seri terakhir – Brotherhood dan Revelations yang boleh terbilang, miskin fitur baru. Berfokus pada perjalanan Ezio, kedua seri ini memang hanya diciptakan ekstra konten untuk menyimpulkan hidup Ezio. Sementara Assassin’s Creed III adalah sebuah seri yang benar-benar baru. Dunia, cerita, setting, atmosfer, hingga pengalaman yang ia tawarkan memang terbilang “segar”, sesuatu yang belum pernah ditemukan oleh penggemar franchise ini sebelumnya.



Klaim visualisasi yang lebih baik dan engine yang lebih kuat memang langsung dapat Anda rasakan sejak awal permainan. Anda akan menemukan detail karakter dan dunia yang lebih baik. Tema Indian dan Amerika sebagai benua yang masih terhitung baru tentu saja memaksa Ubisoft untuk menciptakan sebuah dunia yang lebih kental atmosfer “alam liarnya”, daripada sekedar kota maju dan rapat seperti Roma di Revelations. Anda akan dihadapkan pada empat kota utama: Boston, Davenport Homestead, New York dan Frontier. Untuk yang terakhir ini, Anda akan kagum dengannya. Frontier merupakan peta terluas yang pernah diciptakan oleh Ubisoft di sepanjang sejarah franchise game yang satu ini, bahkan beberapa kali lipat dibandingkan Roma sekalipun. Anda akan menemukan gunung batu yang dapat Anda panjat, hutan rimba, bahkan binatang liar yang hidup bebas di dalamnya. Dunia baru yang liar boleh dibilang menjadi salah satu kekuatan utama dari seri Assassin’s Creed III ini sendiri, dengan daya magisnya yang sulit untuk ditolak. Setiap sudut yang Anda jelajahi, semua pemandangan yang ada di hadapan Connor akan membuat mata Anda termanjakan, baik ketika berlari maupun mengendari kuda sekalipun. Pergantian siang-malam dan cuaca juga akan membuat atmosfer pemainan ini kian dinamis.
Dasar dari permainan Assassin’s Creed sendiri tidak banyak berbeda. Anda masih harus menjelajahi kota-kota ini dengan sistem gameplay open-world terbuka yang memungkinkan Anda untuk menjelajahi setiap sudutnya, berusaha untuk menemukan objektif dari side maupun main mission. Anda juga masih dapat melakukan speed run, memanjat, dan melompat dari satu tempat ke tempat lainnya dengan hanya menggunakan satu tombol saja. Salah satu peningkatan yang cukup signifikan dan pantas untuk diacungi jempol adalah mekanisme pertarungannya. Tidak lagi “semudah” di masa lalu, setiap musuh kini memiliki kelemahannya tersendiri, walaupun sistem counter boleh terbilang, bisa menyelesaikan sebagian besar masalah yang ada.



Pertarungan kini berjalan jauh lebih brutal, dengan animasi darah yang tampil lebih eksplisit. Darah akan bocor ke mana-mana, bahkan membasahi wajah Connor hingga salju putih menjadi tempat Anda berpijak. Ini tentu saja menjadi special effect yang menguatkan kesan Anda sebagai seorang Assassin yang ditakuti. Connor juga mendapatkan beragam animasi gerakan dan serangan yang jauh lebih kejam, apalagi dengan Tomahawk-nya yang khas. Menusuk kepala, menghujam dada, bahkan membunuh dua musuh sekaligus dalam satu serangan akan memanjakan mata Anda secara konsisten, bahkan berpotensi membuat Anda teradiksi untuk menciptakan konflik terbuka. Salah satu yang paling keren? Anda kini bisa menjadikan musuh sebagai cover ketika berhadapan dengan grup penembak lawan daripada hanya sekedar terdiam atau lari. Memasuki masa yang lebih modern dari sebelumnya, senjata api memang tidak perlu diragukan lagi, menjadi “primadona” baru di AC 3. Memaksimalkannya akan memberikan keuntungan tersendiri.
Alam liar memang membuka kesempatan bagi tim Ubisoft untuk menerapkan segudang fitur baru, apalagi mengingat identitas Connor sebagai seorang Indian. Tidak hanya sekedar memanjat gedung bertingkat, Anda kini bisa menjadikan pepohonan sebagai “jalur jalan” Anda yang baru. Anda dapat berjalan dan memanjat dari pohon ke pohon, tidak hanya untuk menuju tempat yang ingin Anda tuju, tetapi juga untuk mengintai, mengendap, dan menyerang setiap target Anda secara tiba-tiba. Senjata baru bernama Rope Darts bahkan memungkinkan Anda untuk menjerat musuh Anda ala Scorpion dari Mortal Kombat. Anda bahkan dapat mengeksekusi musuh-musuh dengan menggantung mereka menggunakan senjata baru yang satu ini. Connor juga kini dapat berburu para binatang liar, menguliti mereka, dan mendapatkan berbagai bahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk menjual mereka demi uang. Semakin kecil senjata yang Anda gunakan, semakin bagus pula kualitas binatang buruan yang Anda hasilkan. Ada berbagai metode yang bisa Anda tempuh, dari menebar makanan, perangkap, atau sekedar membunuhnya dengan brute force. Setiap daerah akan memiliki binatang buruan khasnya masing-masing.


Salah satu aspek yang kini semakin diperkuat di Assassin’s Creed III adalah kemampuan investigasi yang kini memainkan peranan lebih penting. Anda tidak akan “diberikan” berbagai clue yang Anda butuhkan begitu saja secara cuma-cuma, beberapa bahkan harus menjalani serangkaian proses analisa dan investigasi berbagai clue penting, sebelum Anda menemukan objektif yang paling utama. Connor diposisikan sebagai Assassin yang lebih “intelek” dibandingkan leluhurnya yang lebih mengandalkan kemampuan kasar.


Lantas apa kabar Desmond? Sejak awal, Ubisoft memang sudah mempersiapkan Assassin’s Creed III sebagai konklusi dari kisah Desmond sendiri. Oleh karena itu, akan menjadi sesuatu yang absurd jika Desmond tidak memainkan peranan yang lebih banyak dan penting di seri terbaru ini. Benar saja, dihadapkan pada misi untuk mencari sumber tenaga bagi pintu Peradaban Pertama yang mereka temukan, Desmond akan dibawa berkeliling dunia dan berhadapan dengan ancaman yang selama ini hanya ia lihat lewat Animus belaka. Desmond akan berhadapan dengan para Templar di dunia nyata, berperang secara terbuka melawan Abstergo, dan mencari jalan keluar terbaik untuk memastikan keselamatan dunia. Semua hal ini akan Anda dapatkan di Assassin’s Creed III ini.
The Epic Naval War!

Pengalaman epic Assassin’s Creed III semakin disempurnakan dengan kehadiran sebuah fitur baru yang begitu segar dan menarik. Benar sekali, kita sedang membicarakan Naval War, sebuah fitur yang menuntut Anda untuk berperan sebagai seorang Captain dan membawa perperangan besar Anda ke laut. Bermodalkan sebuah kapal perang kelas menengah bernama Aquila, Connor akan menjelajahi luasnya Samudera Atlantik dan menempuh beragam misi, dari mengawal hingga menghancurkan. Walaupun terhitung sebagai side mission yang tidak harus diambil, namun misi-misi di Naval War memegang peran yang cukup penting di dalam cerita. Karena pada akhirnya, Anda harus berhadapan dengan salah satu Templar yang memang sudah menjadi target utama dari Connor Kenway sendiri. Lagipula, ia terlalu memesona untuk tidak dijajal dan ditaklukkan.
Untungnya, Ubisoft membuat perjalanan mengarungi samudera dengan kapal menjadi bukan perkara yang sulit. Layaknya mengendalikan sebuah mobil, Anda akan diberi tingkat kecepatan: full sail, half sail, no sail sebagai patokan. Full sail dapat Anda gunakan jika ingin mencapai kecepatan layar penuh, half sail dapat diandalkan Anda ingin melakukan manuver, dan no sail ketika angin menjadi terlalu besar untuk digunakan atau Anda membutuhkan akurasi yang lebih tepat ketika berperang. Seperti halnya perperangan laut masa lampau yang pernah Anda saksikan di film-film Hollywood, Anda juga harus mengarahkan sisi Aquila dengan tepat sebelum memuntahkan ratusan peluru meriam yang berbahaya. Tidak hanya meriam besar, Anda juga akan diperkuat dua meriam kecil yang lebih akurat dan dapat diandalkan untuk menghancurkan kapal-kapal kecil.


Tidak hanya mekanismenya saja yang membuat Naval War ini menarik. Salah satu yang memperkaya pengalamannya adalah kesungguhan Ubisoft untuk menciptakan sebuah setting perang yang pantas untuk diacungi jempol. Detail visualisasi air, lokasi dengan penuh tebing, hingga cuaca badai ekstrim membuat pertarungan yang ada kian dramatis. Apalagi ketika Anda mulai harus menghindar ombak super besar yang tidak kalah mengancamnya dengan peluru meriam kapal musuh. Anda akan merasa sebagai seorang legenda di atas laut yang tidak terkalahkan, setelah menempuh beragam tantangan yang mungkin tidak akan pernah diatasi oleh kapten kapal “biasa”.