Jepang Akan Sensor Far Cry 3!
Tidak berlebihan rasanya untuk mengkategorikan Jepang sebagai salah satu negara paling unik di dunia. Di balik kebebasan, kemajuan teknologi, dan standar hidup tinggi yang mereka miliki, Jepang masih mengusung nilai budaya yang mengakar kuat. Namun anehnya, hal ini justu berujung pada bentuk kehidupan tanpa batas tabu yang definitif, setidaknya tercermin lewat ragam produk dan karya yang mereka hasilkan. Apakah ini berarti Jepang sangat terbuka pada setiap ide dan bentuk produk kreatif apapun? Ternyata tidak juga, setidaknya inilah yang akan menimpa franchise andalan Ubisoft akhir tahun lalu – Far Cry 3.
Setelah meraih kesuksesan secara internasional, Far Cry 3 akhirnya akan masuk ke pasar Jepang. Namun alih-alih sekedar melewati proses translasi menuju bahasa Jepang, game andalan Ubisoft ini ternyata juga akan mendapatkan pemotongan konten alias sensor. Ada tiga poin utama yang berbeda di Far Cry 3 versi Jepang ini:

- Tidak ada lagi mayat-mayat dalam kondisi terluka parah atau termutilasi
- Adegan seksual eksplisit dan adegan brutal yang memperlihatkan luka akan diedit
- Penalti pada game akan berlaku begitu gamer membunuh paling tidak 3 orang penduduk tidak berdosa.
Sensor seperti ini tentu saja menjadi berita yang cukup absurd jika mengingat “produk-produk” Jepang yang sering kita temukan di dunia maya, yang seringkali lebih brutal, kejam, dan absurd untuk dibicarakan. Ini bukan kalinya sebuah video game disensor ketika masuk ke salah satu pusat gaming dunia ini. Sebelum Far Cry 3, Grand Theft Auto dan Call of Duty juga sempat melewati proses yang sama. You know what, Ubisoft should have added tentacle monster on Far Cry 3….they gonna love it..