Review Aliens – Colonial Marines: Game yang Tak Pantas untuk Dirilis!
Visualisasi Super Buruk


Hampir semua developer kini tentu sedang berjuang dan berusaha untuk menciptakan visualisasi sebaik mungkin di konsol, mengingat teknologi lawas ini hampir mencapai akhir hidupnya. Beberapa developer mampu melakukannya dengan sangat baik, hingga cukup serupa dengan visualisasi yang ditawarkan oleh PC walaupun dengan framerate yang lebih rendah. Beberapa judul eksklusif bahkan mampu mendorong batas itu hingga lebih jauh. Namun apa yang ditawarkan oleh Gearbox Software di Aliens: Colonial Marines? Jika bisa disimpulkan, bencana.
Anda masih ingat betapa buruknya kualitas grafis yang ditawarkan Duke Nukem Forever di masa lalu? Anda akan mendapatkan kesan pertama yang serupa begitu menghidupkan Aliens: Colonial Marines ini di konsol Anda. Seperti sebuah game yang tidak pernah melihat konsol Playstation 3 atau XBOX 360 sebelumnya, Anda seperti mendapatkan sebuah visualisasi Playstation 2 atau XBOX yang dipaksa untuk bergerak di definisi yang lebih tinggi. Tidak ada detail yang bisa dibanggakan sama sekali, permainan lighting yang buruk, desain setting yang begitu kaku dan monoton, serta mimpi buruk di detail model karakter yang ada. Semuanya terlihat berantakan dan pecah. It’s another Duke Nukem Forever!
FPS Standar Penuh Masalah!
Anda yang sempat mencicipi film-film Aliens arahan Ridley Scott tentu sudah memiliki gambaran akan terror yang mampu diciptakan oleh seekor Xenomorph yang tengah berburu. Liur dan darahnya yang bak cairan asam, kecepatan, kemampuannya untuk menyelimuti diri dalam kegelapan, dan giginya yang tajam selalu mampu menghabisi para Marine dengan hanya satu kali serang. Sebuah terror hidup yang tentu akan sangat menarik bila mampu diciptakan oleh Gearbox ke dalam Aliens: Colonial Marines. Namun angan tinggal angan. Gearbox justru membuat para Xenomorph ini tampil tak ubahnya para zombie bodoh yang memang hanya mendekat untuk dibunuh, dengan ancaman yang sama sekali tidak pantas untuk diperhitungkan.


Sebuah quick time event dan pertemuan pertama Anda dengan Xenomorph di dalam Sulaco akan menjadi satu-satunya momen yang akan membuat Anda terpesona dengan Aliens: Colonial Marines. Bagaimana tidak? Ini menjadi satu-satunya kesempatan untuk berhadapan langsung dan bertempur dengan sang monster legenda yang dulu begitu menyeramkan di layar kaca. Namun begitu Anda menjalani progress yang lebih jauh? Para Xenomorph ini tak ubahnya sebuah lelucon. Mereka bertindak seperti zombie di L4D atau sekedar pasukan musuh di FPS arcade ala Call of Duty. Datang dalam jumlah banyak, mereka akan bergerak cepat ke depan crosshair Anda dan menunggu untuk dibunuh. Menakutkan? Lemparkan saja beberapa butir peluru maka mereka akan berjatuhan bak nyamuk di tengah racun serangga. Sama sekali tidak ada atmosfer ketakutan ataupun tantangan yang tercipta. Jika saja para Marines dapat melakukan hal seperti ini di film Aliens, maka nama Ridley Scott saat ini mungkin pantas disandingkan dengan Uwe Boll. Masalah AI yang sama juga terjadi bagi para pasukan militer dari Yutani. Dan seperti halnya sebagian besar game FPS mainstream saat ini, Anda hanya bergerak dari satu titik ke titik lainnya dan berusaha untuk bertahan hidup. Tenang saja, dengan kemampuan regenerasi, shield, dan ammo yang melimpah, ini bukanlah tugas yang sulit untuk dilakukan.


Hal ini kian diperparah dengan beberapa glitch yang membuat pengalaman FPS ini tidak hanya terlalu “biasa”, namun mendekati buruk karena berbagai masalah yang ada. Ada begitu banyak glitch yang terjadi, dari sekedar gerak para Xenomorph yang terlihat absurd, hingga beberapa mekanisme yang seharusnya terpicu, tenggelam begitu saja. Lebih parahnya lagi? Gearbox juga tidak mampu menyuntikkan dramatisasi yang pantas untuk diperhitungkan atau mampu menggugah naluri gaming Anda. Semua gerak karakter berlangsung kaku dengan voice acts yang juga tidak banyak berbeda. Tidak jarang Anda akan bingung apa yang sedang terjadi, seperti melompat dari satu act ke act lainnya tanpa mediasi plot yang memadai. Kacaunya visualisasi juga semakin memperparah hal tersebut.
Seperti halnya kebanyakan game saat ini yang menggabungkan unsur “RPG” di dalamnya, Aliens: Colonial Marines juga melakukan hal yang sama. Sistem experience points dan level juga diterapkan begitu Anda berhasil membunuh setiap Xenomorph dan PMC Yutani yang ada dan akan dihitung begitu sebuah chapter berhasil diselesaikan. Lantas apa keuntungannya? Kenaikan level akan memberikan skill points yang kemudian dapat digunakan untuk memperkuat senjata-senjata yang tersedia. Perjalanan Anda yang sudah mudah, kini semakin dipermudah.


Lantas, apakah Aliens: Colonial Marines datang tanpa kelebihan sama sekali? Untungnya ada beberapa hal positif yang pantas untuk dicatat, setidaknya untuk Anda yang pernah mencicipi atau memang penggemar berat franchise Aliens versi film. Beberapa sound effect ikonik nan memorable seperti Pulse Rifle yang “merdu” tetap dibawa ke seri game yang satu ini. Kehadiran beberapa karakter yang tentu tidak asing lagi juga menjadi nilai plus yang tidak tergantikan. Bagian terbaik? Kesempatan memuaskan rasa penasaran untuk beberapa hal yang sempat menarik perhatian di versi filmnya yang terdahulu. Akhirnya, mimpi untuk berada di dalam cockpit sebuah Power Loader dan mengendarainya dapat terwujud!
Namun di luar beberapa hal kecil ini, Aliens: Colonial Marines adalah sebuah rilis penuh bencana, sebuah game yang terlihat belum siap untuk dijual ke pasaran namun tetap dipaksakan. Ada begitu banyak masalah, sekedar dari segi visualisasi, hingga mekanisme gameplaynya yang datar, tidak menggugah, dan sulit untuk dinikmati.Hanya mereka yang benar-benar menggemari versi filmnya lah yang mungkin akan sedikit merasa tertarik akan apa yang ditawarkan Gearbox di dalam Aliens: Colonial Marines.