Review SimCity: Kota yang Tak Dapat Lagi Berdiri Mandiri!

Kontroversial dan penuh kritik, inilah dua kata yang mungkin paling tepat untuk menggambarkan situasi yang sempat terjadi dengan game simulasi terbaru dari Maxis dan EA – SimCity. Antisipasi yang begitu tinggi mengikuti kualitas dan kesuksesan seri-seri sebelumnya, keputusan EA untuk menyuntikkan syarat DRM ke dalam seri terbaru ini dianggap sebagai pukulan yang menyakitkan. Terlepas dari berbagai klaim dan potensi yang sempat didengungkan dengan format seperti ini, mimpi buruk justru kian menghantui SimCity. Ketidaksiapan server yang menyebabkan banyak gamer tidak dapat mulai membangun kota mereka juga dibarengi dengan kehadiran beragam bug yang fatal. Pertanyaannya tentu saja satu, apakah konsep DRM ini memang pantas untuk dipertahankan?
Beberapa peretas memang sempat membobol SimCity, membuktikan bahwa game simulasi yang luar biasa ini sebenarnya bisa dimainkan secara offline. Mereka bahkan sempat menuduh Maxis telah berbohong dengan menyatakan bahwa fungsi online terintegrasi menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan darinya. Peretasan yang dilakukan juga berhasil mendorong batas pembangunan hingga tidak terbatas, berbeda ketika Anda terlibat dalam gaya permainan legal yang ditawarkan oleh EA dan Maxis. Dengan kesempatan yang hadir untuk menjajal game yang satu ini, ini tentu menjadi kesempatan bagi JagatPlay untuk menilai dan menemukan jawaban atas misteri yang satu ini, sekaligus menilai performa dan nilai jual apa saja yang ditawarkan SimCity kali ini.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh proyek terkini dari Maxis ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah kota yang tak dapat lagi berdiri sendiri?
Selamat Datang di Jagat Play!

Selamat datang di Jagat Play, sebuah kota ambisius yang dibangun di sebuah region kosong yang sudah dipenuhi oleh kota-kota kecil yang baru mulai berkembang. Memulainya dari sebuah area hampa yang hanya terhubung dengan sebuah jalan besar, perpindahan populasi dan penempatan manusia mulai membuat kota kecil yang hidup dari mimpi ini memulai denyut kehidupan pertamanya. Namun kehadiran manusia, berarti kehadiran kebutuhan tanpa batas, kehadiran lebih banyak kompleksitas, dan syarat untuk ekspansi dan eksploitasi. Sebuah pondasi untuk membangun Jagat Play.

Melihat perkembangan kota lain yang tumbuh dari industri minyak dan pariwisata, Jagat Play tidak memiliki cukup sumber daya untuk mengekor kesuksesan ini. Dengan menggunakan sumber interface yang tersedia, kami sebagai Walikota berusaha mencari potensi terbaik untuk menciptakan sebuah kota yang akan mampu berdiri sendiri untuk waktu yang sangat lama, setidaknya cukup kuat untuk menyediakan semua kebutuhan yang memang esensial untuk memastikan penduduk hidup cukup, atau bahkan makmur. Lewat analisa awal ini, area kosong ini ternyata punya beberapa kelebihan dan kekurangan yang mencolok: penuh dengan sumber daya tambang batu bara dan batu mineral untuk menopang pertumbuhan, namun tanpa sumber angin dan air yang dapat diandalkan. Satu kelebihan lain? Tidak ada dataran tinggi yang harus diperhatikan.


Membangun ratusan rumah dan menarik penduduk, perlahan namun pasti, kompleksitas Jagat Play sebagai sebuah kota kecil mulai hadir. Semakin luas populasi berarti semakin tinggi kebutuhan untuk lapangan pekerjaan dan kebutuhan untuk tempat berbelanja. Namun tidak hanya sekedar menempatkan pabrik dan kawasan industri secara acak, kedekatan dengan tempat tinggal penduduk justru akan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang akan fatal di jangka panjang. Maka langkah awal untuk bergerak menuju kota tingkat menengah pun dimulai. Cluster dibangun untuk menempatkan kawasan industri, perdagangan, dan perumahan dalam posisi yang paling efektif dan efisien. Area-area kosong yang selama ini hanya sekedar padang rumput, kini tumbuh menjadi sendi perekonomian Jagat Play, membanjirinya dengan para commuter dan pekerja. Hasilnya? Pajak yang dihasilkan memberikan pendapatan yang dibutuhkan untuk melakuan ekspansi yang lebih masif.
Melihat potensi sumber daya yang ia tawarkan, sudah saatnya Jagat Play mulai tumbuh dan berkembang dalam garis fokus dan identitas yang pasti dan kuat. Dengan berton-ton sumber daya mineral dan batu bara yang tertanam di bawah tanah, didukung dengan jumlah penduduk yang semakin besar, eksploitasi sumber daya tampaknya menjadi pilihan yang paling masuk akal. Pabrik batu bara dan tambang modern untuk mineral pun dibangun dengan ekspansi besar-besaran untuk memastikan kapasitas produksi bergerak dalam batas yang paling maksimal. Namun kawasan industri yang semakin besar dan kawasan perdagangan menghasilkan dua konsekuensi yang harus dipenuhi: sumber daya manusia yang cukup dan kapasitas air – listrik yang memadai. Tidak hanya perluasan kawasan perumahan untuk memperbesar populasi, pembangkit listrik dan pengolah air bersih dengan teknologi yang lebih tinggi pun dibangun untuk memastikan denyut Jagat Play tetap hidup.


Jumlah penduduk pun kian ramai, kebutuhan dan masalah yang muncul jauh semakin kompleks. Mereka menuntut perlindungan keamanan terhadap berbagai beragam masalah sosial: kejahatan, api, dan kesehatan. Semakin luas wilayah, semakin banyak pula kantor polisi, pemadam kebakaran, dan rumah sakit yang harus disediakan. Menyediakan pekerja pemerintahan seperti ini berarti menuntut ekstra pengeluaran pemerintah untuk setiap bulannya, konskuensi yang harus Anda tanggung sebagai walikota. Tidak hanya itu saja, kebutuhan untuk sistem pembuangan dan sampah yang memadai juga berkontribusi pada nilai minus yang ada.. Jagat Play menemui masa sulit pertamanya, ketika kebutuhan ini mulai menyita kas yang selama ini bergerak mulus. Untungnya, bahan tambang dan batu bara yang diekspor melahirkan keuntungan berlebih yang luar biasa. Kesempatan untuk terbang menjadi kota maju.
Semakin ramai, semakin kompleks – daerah industri perumahan, perdagangan, dan industri Jagat Play pun mulai beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang kian padat. Tidak lagi terperangkap dalam pola perkembangan horizontal, pusat aktivitas ini kini tumbuh vertikal. Apartemen mulai tumbuh secara otomatis untuk mengakomodasi kebutuhan ini. Tidak hanya itu saja, pusat perdagangan dan industri pun didesain untuk menjual, memuat, dan memperkerjakan lebih banyak orang. Polusi menjadi konsekuensi yang tidak terhindarkan. Kemajuan penduduk juga tidak berarti membuat pertumbuhan kota stagnan. Kebutuhan untuk daerah hiburan seperti taman kota dan Plaza mulai mengemuka, di samping tuntutan untuk sistem pendidikan yang selama ini tidak pernah menjadi fokus. Jagat Play sebuah lompat revolusioner, tidak lagi menjadi “rumah” bagi para pekerja kelas rendah yang hanya hidup dari industri tambang, tetapi juga mereka yang inovatif dan teknis. Kelas pekerja menengah dan tinggi akan menjadi tambahan yang membuat kota ini maju.


Sistem pendidikan, dari sekolah dasar hingga Universitas dibangun di sela-sela area kota yang mulai menipis karena kebutuhan perumahan yang tidak lagi dapat diakomodasi. Semakin banyak penduduk yang teredukasi, maka semakin efektif pula perekonomian berjalan. Kendaraan memadati kota, penduduk yang tidak pernah terpuaskan pun mulai menuntut pengaturan lalu lintas yang lebih baik. Tidak hanya menyediakan transportasi massal yang mampu memenuhi area kota yang lebih luas, tetapi juga membesarkan jalan untuk memuat kepadatan kendaraan lebih baik, layaknya dunia nyata. Mengalokasikan dana untuk kebutuhan ini, Jagat Play pun akhirnya tiba di puncak perkembangan. Tidak hanya sekedar apartemen bertingkat, gedung-gedung tinggi pun mulai bermunculan sebagai reaksi atas ekonomi yang terus tumbuh pesat. Di sisi yang lain, kebutuhan perumahan terus menggerus luas tanah yang kini hampir tidak terpisah. Kebutuhan untuk air, listrik, pembuangan, taman, serta pendukung kehidupan sosial seperti taman, polisi, pemadam kebakaran, dan rumah sakit terus mengemuka tanpa henti.
Berdenyut cepat, Jagat Play mendapatkan pengakuan sebagai salah satu kota tambang terbaik yang dibuktikan dengan kehadiran sebuah menara tinggi yang kian mengukuhkan identitasnya sebagai sebuah kota bahan mineral dan metal yang efektif. Uang tidak pernah menjadi masalah, pendapatan dari sektor ini cukup untuk membuat Jagat Play untuk tumbuh selama beberapa tahun ke depan, terlepas dari pengangguran dan sektor kerja yang tidak lagi terpenuhi dengan efektif. Walaupun demikian, ini tidak lantas menjadi jaminan bahwa Jagat Play mampu tumbuh sebagai kota futuristik yang akan mendefinisikan region ini. Mengapa? Karena masalah besar baru saja muncul di depan mata.


Sebuah serangan meteor yang menghancurkan daerah timur laut Jagat Play menyebabkan sumber pompa air terbesar hancur berantakan dalam hitungan detik. Sebuah masalah yang tidak sulit untuk diselesaikan sebenarnya. Dengan hanya membangun penggantinnya, Jagat Play seharusnya sudah dapat beroperasi optimum dalam performa terbaiknya. Namun bencana yang satu ini ternyata membuka mata kami ke dalam satu masalah krusial yang hampir tidak punya pemecahan. Sumber daya air di bawah tanah mulai memperlihatkan kondisi yang buruk. Jagat Play terancam kekeringan. Eksploitasi berlebih di awal permainan untuk menyediakan supply terbaik untuk perumahan dan pabrik ini kini menunjukkan karmanya.
Tidak ada teknologi yang bisa menciptakan air bersih begitu saja, seperti hanya sebuah reaktor nuklir menghasilkan listrik bebas polusi dalam waktu singkat. Terlepas dari kemajuan teknologi yang ia perlihatkan, Jagat Play berada di ambang kehancuran. Keringnya sumber daya air membuat supply air defisit, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap sektor yang sempat dibangun di dalamnya. Pemadam kebakaran tidak lagi mampu memadamkan api, menyebabkan ratusan bangunan hangus dan hancur begitu saja. Sistem pendidikan berhenti karena murid tidak mungkin sekolah tanpa air. Pabrik tambang dan batu bara yang membutuhkan sumber daya air ini dalam jumlah masif juga berhenti berproduksi, membuat pemasukan Jagat Play juga otomatis tidak bergerak sama sekali. Dengan pengeluaran konsisten yang terus mengucur, kondisi keuangan berubah otomatis dari sehat menjadi katastropik. Jagat Play berada di ambang kehancuran..