Review Lightning Returns – FF XIII: Penutup yang Tidak Memuaskan!
Perubahan Sistem Battle yang Ekstrim

Secara garis besar, terutama dari sisi visual, Lightning Returns: FF XIII memang tidak memperlihatkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya. Dengan menjadikan cerita yang memang berfokus pada Lightning, prioritas Square Enix di visual tampaknya sangat jelas – dengan memastikan detail Lightning sebagai primadona untuk memanjakan mata para gamer, apalagi dengan segudang kostum beraneka ragam yang bisa ia gunakan. Perbedaan dengan detail karakter-karakter NPC dan pendukung terasa cukup tajam, seperti melihat dua buah game dari dua generasi berbeda. Satu yang menarik, pendekatan kamera yang sinematik memang membuat seri ini tampil terasa lebih indah dan menyenangkan untuk dinikmati.
Peningkatan grafis yang tidak terlalu signifikan memang menjadi hal yang sangat dimaklumi, mengingat Square Enix memang tidak menjadikan hal tersebut sebagai fokus di Lightning Returns: FF XIII. Perbedaan yang terasa kentara, bahkan cenderung ekstrim, justru terjadi di mekanisme battle yang ditawarkan. Tidak lagi seperti dua seri sebelumnya yang memungkinkan Anda untuk melakukan spam tombol berkali-kalik untuk memenangkan pertarungan, seri terakhir ini akan menuntut Anda untuk bertindak lebih aktif dan memastikan Lightning mampu memenangkan pertarungan, atau sekedar bertahan hidup. Karena jika Anda lalai, maka kematian menjadi sesuatu yang tidak bisa Anda hindari.


Lightning kini memang bertarung sendiri, namun sistem baru yang disuntikkan oleh Square Enix tetap meninggalkan kesan bahwa Anda tengah mengendalikan “tiga karakter” yang berbeda. Apa pasal? Lewat sebuah sistem baru bernama “Schemata”, Lightning kini bisa berganti-ganti tiga buah kostum yang sudah di-set sebelumnya selama pertarungan. Setiap kostum ini akan membawa bar ATB mereka masing-masing, yang akan berkurang seiring dengan aksi yang Anda pilih. Sementara di sisi lain, kostum yang tidak sedang digunakan akan memulihkan bar ATB dengan cepat. Hampir serupa dengan sistem “job” di FF X-2, Anda akan dituntut untuk terus berganti schemata untuk memastikan flow serangan Lightning terus berjalan mulus. Atau tentu saja untuk memastikan Anda bertarung dengan efektif.
Setiap schemata akan tampil layaknya sebuah sistem equipment unik, dimana Anda bisa menetapkan jenis senjata, aksesoris, atau tameng yang berbeda-beda. Tidak hanya itu saja, setiap schemata juga akan hadir dengan buff unik tertentu yang mungkin akan membantu Anda dalam pertarungan. Memodifikasi tiga buah schemata, dengan tiga buah peran berbeda, sekaligus memastikan ketiga “desain” ini adaptif untuk sebagian besar skenario pertarungann yang ada akan menjadi pilihan yang paling rasional. Mengapa? Karena tidak hanya sekedar kosmetik saja, kemampuan Anda membangu schemata yang cocok akan sangat menentukan seberapa besar kemungkinan Anda bertahan hidup. Karena di Lightning Returns: FF XIII, bahkan musuh terkecil sekalipun, punya kesempatan untuk menghabisi nyawa Anda dalam sekejap.


Berbeda dengan seri Final Fantasy sebelumnya yang biasanya memungkinkan Anda untuk menjalani setiap pertarungan dengan sekedar memilih perintah dan menunggu, Lightning Returns: FF XIII menuntut untuk Anda berperan sangat aktif. Tak berbeda dengan sebuah game fightning, Anda kini harus menekan tombol guard untuk bertahan atau sekedar mengakses kekuatan spesial dengan mengorbankan sejumlah EP. Memang belum “se-action” seri Tales, namun peran aktif memang terasa sangat esensial, apalagi mengingat setiap monster kini bisa membunuh dengan sangat mudah, Lightning Returns: FF XIII memang menawarkan tingkat kesulitan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Berusaha menyerang secara membabi buta? Alternatif Anda hanya dua: Anda berakhir tewas atau Anda berhasil, namun satu pertarungan bisa memakan waktu lebih dari 15 menit. Ini bukan lagi FF XIII yang Anda kenal.
Dengan tingkat kesulitan seperti ini, Anda dipaksa untuk bermain dengan strategi. Cara terbaik adalah memastikan Anda mendorong setiap musuh ke dalam mode “Stagger” yang bisa dipicu dengan memenuhi indikator tertentu. Dalam kondisi ini, musuh menjadi sangat rentan terhadap damage dan akan membantu Anda menyelesaikan pertarungan dengan lebih cepat. Mengingat musuh kini juga hadir dengan damage super besar dan bergerak sangat aktif, Anda kini akan sangat bergantung pada tombol guard untuk menyelamatkan hidup Lightning. Apalagi timing guard yang tepat terkadang bahkan memberikan keuntungan ekstra, lebih hanya sekedar nihilnya damage yang Anda terima. Pekerjaan yang sulit? Tunggu Anda melihat segudang efek “mewah” yang disuntikkan oleh Square Enix dalam pertarungan. Debu, partikel, efek magic, animasi serangan, ada kalanya Anda bahkan tidak bisa melihat dimana musuh Anda. Konsentrasi penuh menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari.



Bukankah RPG selalu memberikan ruang yang cukup luas bagi Anda untuk terus bertahan hidup? Tidak di Lightning Returns: FF XIII ini. Selain musuh yang super sulit untuk ditundukkan, Anda juga harus berhadapan dengan limitasi jumlah item penyembuh yang hanya berkisar sekitar enam buah di inventory Anda. Anda bisa tidak bisa lagi sekedar melakukan spam potion setiap kali Anda berada di ujung tanduk dan berharap punya kesempatan untuk melawan balik. Ini membuat tingkat pertarungan kian terasa “menghukum” dan mudah membuat frustrasi, apalagi jika Anda bertemu dengan fakta, bahwa ketiga schemata, atau bahkan semua kombinasi schemata yang Anda miliki, ternyata tidak bisa menghasilkan efek stagger dan damage yang efektif.
Jika semua ini bisa terjadi dengan hanya dari musuh biasa, bayangkan apa yang harus Anda lalui ketika bertemu dengan boss-boss besar di Lightning Returns: FF XIII ini? Yups, mimpi buruk yang hampir membuat kami melontarkan stik DualShock 3 ini ke seberang ruangan. Entah karena memang gamenya yang tidak bersahabat, atau skill kami yang terlalu rendah, tetapi game ini memang lebih rasional untuk dijajal di mode Easy terlebih dahulu. The normal mode is killing us!


Setidaknya rasa frustrasi inilah yang sempat menghantui kami di awal permainan, sampai Anda menyadari bahwa tidak ada alasan untuk bertarung dengan musuh yang Anda temui. Mengapa? Karena tidak seperti seri sebelumnya, pertarungan tidak akan memberikan Anda experience points sama sekali. Lightning kini tidak memiliki sistem level dan kesempatan untuk memperkuat diri kini sangat bergantung pada peningkatan atribut status yang bisa Anda dapatkan dari setiap quest yang berhasil diselesaikan. Hanya ada tiga alasan yang mungkin akan mendorong untuk mempersulit diri Anda sendiri dan memilih untuk bertarung: tidak bisa dhindari, syarat quest, dan mendapatkan item langka yang bisa digunakan sebagai senjata. Selain tiga alasan ini, dengan minimnya keuntungan yang bisa Anda dapatkan dari sistem pertarungan, menghindar dan berlari terasa jauh lebih rasional. Membingungkan memang.
Time Management!

13 hari menuju akhir zaman, dan Lightning benar-benar memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menyelamatkan orang-orang yang menurutnya memang pantas untuk dibawa ke dunia baru Bhunivelze. Latar belakang cerita ini bukan lagi sekedar kosmetik, namun tumbuh menjadi salah satu mekanisme yang membuat Lightning Returns: FF XIII tampil sangat berbeda. Seri terakhir ini memang menyematkan mekanisme waktu sebagai elemen esensial dalam permaianan, baik secara keseluruhan maupun spesifik dalam permainan. Sensasi bahwa Anda akan terus didorong oleh waktu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan membuat Lightning Returns: FF XIII kian kompleks, apalagi mengingat konsep open world dan kebebasan yang ia usung.
Benar sekali, berkebalikan dengan seri pertama – Final Fantasy XIII yang sangat tertutup, Lightning Returns: FF XIII mengkombinasikan keterbatasan waktu dengan mekanisme open world, yang akhirnya menuntut Anda untuk melakukan time management semaksimal mungkin. Tidak ada pakem perjalanan yang harus Anda ikuti, karena Anda diberi kebebasan sejak awal permainan untuk mengeksplorasi empat wilayah utama: Luxerion, Yusnaan, Dead Dunes, dan Wildlands yang masing-masing memang dihantui oleh konflik utama yang diposisikan sebagai sebuah main quest. Dengan waktu yang terbatas, Anda punya kebebasan untuk bergerak bolak-balik atau sekedar berfokus pada salah satu wilayah. Semuanya bergantung pada kemampuan Anda mengatur waktu.
Mengapa? Karena selain 5 hari menuju akhir ini, sistem waktu harian kini juga disematkan di kehidupan Lightning untuk membuat proses menyelamatkan manusia-manusia bermutu ini kian kompleks. Terlepas dari keinginan Anda untuk menyelesaikan sebuah quest secepat mungkin sebelum Anda beralih ke daerah lainnya, tidak sedikit chapter yang memuat quest utama yang hanya bisa diakses di jam-jam tertentu. Alhasil? Anda kini dihadapkan pada tiga pilihan: sekedar menunggu, berusaha menyelesaikan side quest yang lain, atau mencoba mengeksplorasi wilayah lain yang tentu juga – memakan waktu tersendiri. Melewatkan jam-jam krusial yang dibutuhkan, Anda berarti harus rela menunggu kembali satu hari sebelum bisa menciptakan progress dalam main quest. Lightning sebenarnya punya kemampuan untuk menghentikan waktu sementara – Chronostatis, namun tidak akan banyak membantu jika Anda sudah berada dalam kondisi terjepit.



Untungnya, Anda masih memiliki kesempatan untuk memastikan Lightning Returns: FF XIII ini tidak berakhir prematur. Untuk setiap nyawa yang berhasil Anda selamatkan, Lightning akan memanen sebuah kekuatan bernama – Eradia, yang jika terkumpulkan dalam jumlah yang cukup banyak, akan membantu Anda memperpanjang jumlah hari sebelum kiamat terjadi. Ini berarti kesempatan untuk melakukan lebih banyak eksplorasi, dan tentu saja menutupi kesalahan time management yang mungkin tidak sengaja Anda lakukan. Di sinilah, peran sub-quest menjadi lebih esensial. Sembari berhadapan dengan main quest yang lebih kompleks, sub-quest yang lebih sederhana akan memberikan, tidak hanya kesempatan memperkuat karakter Anda lewat bonus atribut yang ditawarkan (ingat, Lightning Returns: FF XIII tidak lagi memuat sistem level), tetapi juga ekstra Eradia untuk membantu Lightning memperpanjang hari.

Walaupun demikian, sub-quest juga menjadi pedang bermata dua tersendiri. Terlepas dari konsekuensi positif yang bisa ia hasilkan, berfokus pada sub-quest juga berarti menuntut Anda untuk meluangkan porsi waktu tersendiri untuk menyelesaikannya, apalagi jika quest-quest ini menuntut untuk mengumpulkan bahan-bahan yang hanya bisa Anda dapatkan dengan berjalan dengan waktu yang cukup lama, serta resiko bertemu dengan monster-monster yang akan dengan mudah membunuh Anda. Konsekuensi yang lain? Terus berfokus pada side quest seperti ini juga berpotensi membuat pengalaman yang monoton, karena varian yang boleh terbilang tidak menggugah. Sebagian darinya hanya berkisar pada aksi mengumpulkan item, membunuh musuh tertentu, dan mencari orang. Tidak ada yang terasa cukup memorable di ingatan kami.