JagatPlay NgeRacau: Perang Fanboy!

Reading time:
August 12, 2014

What For?

Pertanyaan yang seharusnya menyelimuti pikiran para fanboy yang mati-matian membela produk yang cintai:
Pertanyaan yang seharusnya menyelimuti pikiran para fanboy yang mati-matian membela produk yang dicintai: “Buat apa?”

Pertanyaan terbesar yang cukup bikin JagatPlay  bingung dan sebagian besar dari agan-agan tercinta bertanya-tanya mungkin ada pada motivasi yang ngedorong kenapa seseorang bisa berubah jadi seorang fanboy. Namun penjelasan paling rasional ya mengakar sebagai reaksi defensif kalau platform itu satu-satunya yang ia punya dan bisa ia nikmatin. Hasilnya? Ketakutan bahwa ia jadi gamer “kelas dua”. Platform yang lain enggak boleh lebih bagus, enggak boleh punya game lebih keren, dan hanya platform dia doank yang boleh ngedominasi pasar. Dengan begini, ada kesan bahwa ia berhasil memilih platform yang tepat sebagai gamer, yang berakhir menjadi platform terbaik di pasaran sekarang. Karenanya, dia ngerasa kalau menjadi sebuah kewajiban untuk membela mati-matian satu-satunya platform yang dia punya. Platform yang mewakili identitasnya sendiri sebagai seorang gamer.

Sebenarnya teori ini cukup bisa dibuktikan dengan fakta bahwa hampir sebagian besar gamer yang punya platform lebih dari satu, biasanya tidak berakhir menjadi fanboy. Mereka biasanya punya kesempatan untuk nyicipin semua platform ini dan ngerasaiin sendiri secara faktual, kelemahan dan kelebihan masing-masing. Dengan variasi platform seperti ini, mereka juga enggak ngerasa harus mengidentifikasikan posisinya sebagai seorang gamer pada platform tertentu, sehingga enggak merasa mudah diserang begitu salah satu platformnya diasosiasikan dengan sesuatu yang negatif. Ya kita enggak segila itu buat nyaranin agan-agan buat milikin semua konsol gaming di pasaran atau PC dengan kemampuan luar biasa.Tapi sedikit mengerti, kalau pelan tapi pasti, fanboy itu jadi kondisi psikologis yang mesti diwaspadaiin.

Sekarang bayangkan betapa menyedihkan sebenarnya, kalau agan nyandarin standar bahagia atau tidak pada sebuah benda atau brand, yang sebenarnya enggak punya cukup perhatian buat ngehargaain atau nyadar posisi yang sudah diambil agan sendiri. Menghabiskan waktu yang sebenarnya bisa dipakai buat kegiatan yang jauh lebih produktif buat sekedar menulis kata-kata serangan dan bela di situs media sosial, ngerasa mood harian jadi buruk hanya karena produk dikatain jelek oleh orang lain, atau bahkan ngerasa harus seagresif mungkin nyerang pihak lain karena hal yang beginian doank. Kalau ini nyangkut hajat hidup orang banyak, soal ngebela negara, ngatasin kelaparan di seluruh dunia, atau nemuin obat untuk HIV atau Ebola, ini kondisi mental mungkin akan punya kontribusi positif. Tapi kalau hanya untuk sekedar ngebela brand? Bikin capek.

Lantas, Harus Bagaimana?

fanboy1
Mempertahankan kemampuan berpikiran rasional, itu kuncinya!

Ini mungkin jadi pertanyaan paling mendasar. Mau diperangi seperti apapun, yang namanya bocah kipas, udah pasti muncul dan sulit untuk diberantas. Karena banyak gamer di luar sana yang nge-identifikasiin status mereka hanya berdasar pada satu platform doank, dan itu satu-satunya hal yang bisa ia banggaiin. Mau enggak mau, sikap militan buat mati-matian ngebela identitasnya sebagai seorang gamer pun menguat, melahirkan tingkah laku dan sikap-sikap enggak rasional. Dan itulah kuncinya. Daripada ngerasa rendah diri dan merasa harus bersikap defensif untuk setiap kalimat yang dibaca di dunia maya atau didengar di dunia nyata, otak harus lebih banyak bekerja daripada harga diri.

Bersikap rasional adalah solusi. Menjawab pertanyaan-pertanyaan mungkin aja bisa ngebantu narik para fanboy dari sikap fanatisme berlebihan, yang sebenarnya enggak sehat:

  1. Apa yang sebenarnya mau dicapai?
  2. Worth it atau enggak?
  3. Gua udah pernah nyobaiin konsol / PC yang gua serang?
  4. Gua udah pernah nyobaiin game yang gua serang?
  5. Gua pernah ngerasaiin sendiri, gak?
  6. Gua terdengar konyol, enggak?

Semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini mungkin akan sedikit ngebantu, setidaknya buat micu lebih banyak pertimbangan-pertimbangan berbasis akal sehat sebelum akhirnya ngelempar komentar tertentu soal semua fenomena yang terjadi di industri game. Paling enggak ngebuat agan tampil sebagai seorang gamer yang lebih cerdas dan sehat secara psikis. Karena posisi kita sebagai seorang gamer adalah bermain game, apapun gamenya, apapun platformnya, dan tidak hanya terbatas pada platform tertentu doank. Bukan justru membuat rasa cemas dan takut hanya semata-mata platform game yang kita punya ternyata tidak disukai orang lain. Menjadi kritis itu sesuatu yang esensial, selama rasional.

Terus apa yang mesti agan lakuin buat ngehadapin fanboy? Selama bisa berdebat secara rasional, argumentasi dan fakta yang dilemparin tentu bisa micu diskusi yang sehat dan bikin pengetahuan soal video game makin lebar. Tapi kalau ini fanboy kerjaannya cuman flamming enggak jelas dan enggak ngerti tujuannya apa, pilihan terbaik memang didiemin. Kalau dia sekedar nyari perhatian, paling enggak kita gak ngasih apa yang dia butuhin. Terpancing dan terlibat debat kusir cuman ngelemparin IQ kita di level yang sama.

Gimana dengan agan sendiri? Apakah agan termasuk seorang fanboy atau bukan? Jika iya, mengapa?

Pages: 1 2
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…

PlayStation

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…

Nintendo

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…