Review Life is Strange: Mencoba Tampil Beda!

Reading time:
February 2, 2015

Mencoba Tampil Beda

Life is Strange sendiri menawarkan mekanik gameplay yang tidak banyak berbeda dengan game-game interactive story pada umumnya.
Life is Strange sendiri menawarkan mekanik gameplay yang tidak banyak berbeda dengan game-game interactive story pada umumnya.

Untuk Anda yang sudah familiar dengan genre interactive story, Anda tentu saja sudah mengerti kira-kira pengalaman seperti apa yang akan ditawarkan oleh Life is Strange. Dan seperti yang bisa diprediksi, anggapan Anda tidak melenceng jauh. Life is Strange masih mengikuti standar formula game-game interactive story lainnya seperti The Walking Dead dari Telltale, dimana Anda akan disuguhi beragam opsi dan kebebasan menentukan arah cerita yang perlahan namun pasti, akan ditawarkan kepada Anda dalam format episodik. Pilihan-pilihan yang Anda buat mungkin tidak akan terasa begitu signifikan di episode ini, namun punya potensi besar untuk menentukan pengalaman seperti apa yang akan Anda dapatkan di episode-episode selanjutnya.

Seperti biasa, Anda akan dihadapkan pada pilihan-pilihan dengan konsekuensi yang akan bertolak belakang satu sama lain.
Seperti biasa, Anda akan dihadapkan pada pilihan-pilihan dengan konsekuensi yang akan bertolak belakang satu sama lain.
Dunianya sendiri hadir
Dunianya sendiri hadir “lebih terbuka”, dimana Anda punya kebebasan untuk mengeksplorasinya atau tidak. Mencari informasi lebih banyak? Tentu. Atau ingin sekedar melanjutkan cerita utama tanpa berusaha mengenal NPC atau mencari objek apapun? Bisa saja.

Namun daripada menyamakannya dengan proyek-proyek racikan Telltale, arah Life is Strange dari Dontnod Entertaiment ini justru lebih mengakar kuat pada proyek racikan Quantic Dreams seperti Heavy Rain atau Beyond: Two Souls. Apa pasal? Kesan lebih kuat ini muncul dari pendekatan dunia yang lebih terbuka di Life is Strange. Alih-alih bergerak dari satu cut-scene ke cut-scene lainnya dalam format yang sangat linear ala Telltale, Anda diberikan “taman bermain”  yang cukup luas di sini, dengan ekstra ruang gerak dan kebebasan untuk berinteraksi dengan varian objek yang lebih banyak. Dengan mekanisme seperti ini, pengetahuan dan pengalaman bermain Anda akan lebih ditentukan oleh seberapa teliti dan rajin Anda menggali informasi. Anda bisa saja bergerak dari satu titik cerita krusial, langsung ke titik cerita lain dengan mengabaikan para NPC yang perannya tidak signifikan atau objek-objek kunci yang tidak berhubungan langsung dengan jalannya cerita. Namun di saat yang sama, Anda baru saja melewatkan kesempatan untuk menggali sesuatu yang potensial untuk menjadi hal yang penting, mungkin tidak sekarang, tapi di episode-episode selanjutnya. Pilihan kini berada di tangan Anda.

Tinggal bergerak mendekat pada objek yang menarik perhatian Anda, maka interface untuk melakukan interaksi yang sederhana akan muncul.
Tinggal bergerak mendekat pada objek yang menarik perhatian Anda, maka interface untuk melakukan interaksi yang sederhana akan muncul.
Anda bisa mengintip atau tidak mengintip isi flash drive milik Warren. Memang efeknya tidak signifikan, namun kesempatan seperti ini layak diterima dengan tangan terbuka.
Anda bisa mengintip atau tidak mengintip isi flash drive milik Warren. Memang efeknya tidak signifikan, namun kesempatan seperti ini layak diterima dengan tangan terbuka.

Misalnya? Kesempatan untuk membuka isi folder USB milik teman baik Max – Warren. Anda bisa saja langsung menyerahkan flash drive ini kepada Warren di lapangan parkir dan memicu kelanjutan cerita, atau dengan “nakalnya” mengintip isinya terlebih dahulu via laptop yang terletak di kamar. Life is Strange menawarkan sedikit ekstra kebebasan seperti ini, walaupun tidak banyak berpengaruh pada hasil akhir yang ada. Sementara dari sisi mekanik gameplay, tidak ada yang banyak berbeda. Opsi untuk melakukan tindakan tertentu pada sebuah objek akan muncul begitu Anda berjalan mendekat. Dengan hanya menggerakkan mouse ke arah perintah yang muncul di layar (versi PC), Anda bisa memicu respon tersebut.

Lantas, apa yang membuat Life is Strange berbeda? Kemampuan memutarbalik waktu Max bukan sekedar gimmick. Ia juga bisa diterapkan di dalam gameplay.
Lantas, apa yang membuat Life is Strange berbeda? Kemampuan memutarbalik waktu Max bukan sekedar gimmick. Ia juga bisa diterapkan di dalam gameplay.
Hasilnya? Anda selalu punya opsi untuk mengevaluasi konsekuensi dari pilihan yang Anda ambil. Tidak suka? Anda bisa memutar waktu kembali, dan mengambil opsi lainnya. Tidak ada batasan.
Hasilnya? Anda selalu punya opsi untuk mengevaluasi konsekuensi dari pilihan yang Anda ambil. Tidak suka? Anda bisa memutar waktu kembali, dan mengambil opsi lainnya. Tidak ada batasan.

Lantas, apa yang membuat Life is Strange berbeda? Jawabannya terletak pada kemampuan unik milik Max – membalikkan waktu. Tidak hanya ditawarkan sekedar sebagai gimmick cerita, Dontnod ternyata mampu mengimplementasikan hal tersebut ke dalam gameplay. Dengan satu tombol sederhana saja, Anda bisa membuat Max kembali ke waktu sebelumnya, dengan animasi yang tampil elegan dan tidak berlebihan. Inti dari kemampuan ini seperti memberikan kesempatan kedua bagi Anda untuk mengevaluasi konsekuensi dari setiap pilihan yang bisa diambil, dan tidak lebih. Seperti yang kita tahu, game-game seperti ini memang seringkali membuat Anda harus memilih satu di antara dua pilihan dengan kubu yang saling bertolak belakang. Life is Strange meminimalisir “resiko” yang mungkin muncul dari desain seperti ini. Bingung menentukan? Pilih saja satu, lihat konsekuensinya. Jika suka, bertahan. Jika tidak, Anda bisa memutar waktu kembali sebelum pilihan tersebut muncul, dan memilih opsi satunya lagi. Lebih suka yang satu ini? Tinggal bertahan, dan voila, semua masalah teratasi.

Secara garis besar, kemampuan Max seperti ini memang menawarkan cita rasa konsep interactive story yang berbeda. Setidaknya, ia tidak terperangkap pada konsep sesederhana Heavy Rain atau The Walking Dead dari Telltale, misalnya, sekaligus memberikan atmosfer misteri yang lebih kentara. Ia juga mengecilkan keharusan untuk mengulang game dari data save terakhir, jika Anda tidak cukup puas dengan apa yang Anda temukan dari semua pilihan yang ada. Namun sayangnya, sistem seperti ini tampil tak ubahnya pedang bermata dua. Bagi Anda yang senang dengan game seperti ini, resiko adalah elemen yang membuat segala sesuatunya tampil lebih menarik. Bahwa Anda dipaksa untuk menerima konsekuensi yang sudah Anda picu sendiri, baik sekarang ataupun di episode-episode setelahnya. Ada rasa penasaran bagaimana pilihan Anda akan berujung. Kemampuan mengendalikan waktu dari Max seolah menihilkan daya tarik yang satu ini.

Sayangnya, seperti sebuah pedang bermata dua, ia menghilangkan elemen resiko yang seharusnya jadi kekuatan game bergenre seperti ini.
Sayangnya, seperti sebuah pedang bermata dua, ia menghilangkan elemen resiko yang seharusnya jadi kekuatan game bergenre seperti ini.
Daya tariknya justru ada saat kekuatan ini digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak berhubungan langsung dengan cerita utama.
Daya tariknya justru ada saat kekuatan ini digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak berhubungan langsung dengan cerita utama.

Bagian terbaiknya justru ketika Anda dipaksa menggunakan kemampuan mengendalikan waktu ini untuk “memecahkan” persoalan yang tidak berhubungan langsung dengan cerita utama yang ada. Event-event kecil yang seolah hadir untuk menguji penguasaan Anda pada mekanik baru yang satu ini. Sebagai contoh? Ketika Anda berada di rumah Chloe, misalnya. Ketika memasuki salah satu ruangan, Anda akan melihat seekor burung yang terbang menabrak jendela dan mati seketika. Event ini sendiri sangat terselubung, mudah terlewatkan, dan tidak punya signifikansi apapun dalam cerita. Namun jika hati nurani Anda tergerak, Anda sebenarnya bisa menyelamatkan burung ini dengan membuka jendela terlebih dahulu sebelum burung tersebut melaju. Pertanyaannya kini, seberapa sadar bahwa Anda bisa melakukan hal tersebut? Life is Strange tampil memukau di hal-hal seperti ini, termasuk ketika Anda punya opsi untuk memutarbalikkan waktu untuk membuka lebih banyak opsi percakapan.

Terlalu “Remaja”

Entah kami yang sudah terlalu tua, atau tema utama Life is Strange ini terasa terlalu remaja.
Entah kami yang sudah terlalu tua, atau tema utama Life is Strange ini terasa terlalu remaja.

Terlalu remaja? Bukan, kita tidak tengah membicarakan ukuran dada usia sang karakter utama – Max yang terlihat begitu belia. Jika ada satu pertanyaan menggelitik yang sempat masuk ke benak kami ketika memainkan Life is Strange ini, maka “Apakah saya sudah terlalu tua?”, tampaknya jadi pertanyaan yang terus berulang-ulang di hati. Mengapa? Karena untuk begitu banyak game-game interactive story yang beredar di pasaran, Life is Strange mengusung karakter dimana kami pribadi merasa, untuk pertama kalinya, tidak bisa membangun keterikatan emosional sama sekali. Apakah kami yang sudah terlalu tua, atau memang Life is Strange mengusung setting dan tema remaja yang terlalu kentara. Seperti sebuah film Hollywood yang mati-matian membuat remajanya terlihat super keren.

Sulit membangun keterikatan emosional yang kuat. Konflik yang ada terasa tidak cukup kuat.
Sulit membangun keterikatan emosional yang kuat. Konflik yang ada terasa tidak cukup kuat.
“2edgy4me”. Satunya berusaha tampil hipster dengan kamera polaroidnya, satunya lagi tipikal remaja “keren” dan pemberontak yang hendak melawan dunia. Huh..

Ketika Ellie di The Last of Us harus belajar membunuh, Elizabeth di Bioshock Infinite belajar soal pengorbanan, atau Clemetine di The Walking Dead hadir sebagai anak-anak yang berhadapan dengan banyak pilihan sulit, Max justru terasa seperti remaja haus perhatian. Ia seorang mahasiswa fotografi yang senang dengan fotografi klasik menggunakan kamera polaroid, di tengah teman-temannya yang sudah beralih digital. Sementara Chloe adalah remaja wanita tatoan yang dikesankan “pemberontak” terhadap nilai-nilai sosial, dengan rokok ganja untuk menghabiskan waktu. Keduanya mati-matian berusaha tampil berbeda di lingkungan pergaulannya sendiri, dengan kesan hipster yang mengalir kuat. Dengan remaja wanita lain yang jadi bully, anak laki-laki kaya yang punya kecenderungan kesehatan mental yang tidak stabil, serta seorang teman pendiam, Anda seperti berhadapan dengan setting film remaja yang sudah usang.

Wohoooo.. we are too cool,  bro!!
Wohoooo.. we are too cool, bro!!

Jadi, apakah kami yang sudah terlalu tua? Mungkin saja. Namun sejauh ini, Life is Strange seolah gagal menawarkan sebuah kesan bahwa Anda memang berhadapan dengan sebuah konflik besar yang benar-benar menyita emosi. Apakah hal ini akan diperbaiki di episode-episode selanjutnya? Ketika lebih banyak misteri terbuka? Besar harapan kami. Karena sejauh ini, karakter-karakter yang ditawarkan Life is Strange adalah mereka yang mengusung tipikal yang cocok untuk dijadikan lelucon internet “2edgy4me”. Ain’t we cool, bro?

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…