Review Mirror’s Edge Catalyst: Membosankan!

Ketika EA memutuskan untuk “membuang” franchise ini dari salah satu game yang hendak mereka racik kembali, banyak gamer yang berteriak untuk sebuah kesempatan yang baru. Mirror’s Edge memang tak pernah menawarkan penjualan yang fantastis untuk EA dan DICE, namun keunikan gameplay dan genre yang ia suntikkan memang membuatnya punya basis fans yang cukup fanatik. Apa jadinya jika Mirror’s Edge kembali dengan kualitas visualisasi platform generasi saat ini? Apa jadinya jika EA membuka kembali ruang untuk game yang tak mainsteam ini? Ketika DICE mengumumkan secara resmi Mirror’s Edge: Catalyst beberapa tahun yang lalu, ia terdengar sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Apalagi DICE juga berambisi untuk memperluas genrenya menjadi sebuah game open-world di atas mekanik dasar yang tetap setia dengan apa yang disukai dari seri pertamanya. Setelah penantian yang lama, Catalyst akhirnya tiba!
Anda yang sempat membaca artikel preview kami sebelumnya tampaknya sudah punya gambaran impresi pertama seperti apa yang ia tawarkan. Sayangnya, kami termasuk salah satu gamer yang kecewa. Fokus untuk memastikan gameplay bisa berjalan di framerate 60fps memang krusial untuk game seperti ini, namun harus diikuti dengan pengorbanan tekstur dan resolusi yang membuat versi Playstation 4-nya tak menawan. Ini mungkin salah satu implementasi Frostbite Engine yang mengecewakan di konsol. Sementara dari sisi gameplay, ada hal yang positif dan negatif darinya. Catalyst tetap menawarkan semua hal yang Anda suka dari seri originalnya namun menawarkan beberapa “perbaikan” lain yang justru menjadi kekurangan tersendiri.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Mirror’s Edge Catalyst ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang membosankan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Mirror’s Edge Catalyst bukanlah sebuah seri sekuel, melainkan sebuah proyek reboot. Ia menjadikan cerita di seri original yang sempat dirilis di tahun 2009 silam sebagai inspirasi utama, namun mengubah konten yang ada untuk memberikan gambaran yang lebih jelas untuk sosok tokoh protagonis utama wanita yang kembali di Catalyst ini – Faith Connors. Anda tetap akan bermain di City of Glass yang kembali jadi sebuah kota distopia dengan arus informasi yang dikontrol dengan ketat oleh penguasa. Namun selain setting yang serupa ini, hampir semua elemen cerita di Catalyst berbeda dengan versi originalnya.


Takdir yang buruk tampaknya melekat kuat pada sosok Faith Connors. Ia tak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi, namun ia harus berhadapan dengan fakta bahwa kedua orang tua dan adiknya yang ia kasihi harus tewas dibunuh. Faith yang berhasil kabur di kala itu, untungnya diselamatkan oleh Noah, yang kemudian melatihnya sebagai seorang Runner – para pelari akrobatik yang berfungsi tak bedanya seorang kurir untuk membawa informasi-informasi tak terlacak. Namun salah satu aksinya justru membawanya terjerumus ke dalam bahaya yang lebih mengancam. Dalam salah satu misinya, Faith mencuri sebuah harddrive penting dari KrugerSec, perusahaan yang menguasai Glass City itu sendiri. Aksinya diliihat oleh mata dan kepala sang pemimpin sendiri – Gabriel Kruger.
Seberapa pentingnya hard-drive ini? Cukup penting untuk membuat KrugerSec mengubah prioritas mereka untuk memburu setiap Runners yang ada, dengan misi untuk menangkap Faith dan mendapatkan kembali hard-drive tersebut. “Perang” pun terjadi dan Runners tak punya banyak opsi untuk melawan. Investigasi lebih lanjut yang melibatkan seorang hacker ternama bernama Plastic menemukan bahwa hard-drive tersebut berisikan sebuah rencana super rahasia dengan kode nama “Reflection” di dalamnya. Sebuah kata yang cukup untuk membuat nyawa tak lagi berarti di mata KrugerSec.

Lantas, apa sebenarnya itu “Reflection”? Nasib seperti apa yang tengah menunggu Faith Connors saat ini? Apa yang membuat masa lalunya kembali menghantui? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan Mirror’s Edge Catalyst.